Detik-detik yang Tak Biasa Jelang G 30S PKI, Barang-barang Mahal, Harga Korek Api Tembus Segini

Keadaan ekonomi makin bobrok. Keperluan hidup sehari-hari terus membubung karena inflasi merajalela.

IST
Suasana penumpasan terduga anggota G30S oleh Angkatan Darat setelah peristiwa 30 September 1965 

"100.000 masa rakyat ibukota dengan dipelopori pemuda, pelajar dan mahasiswa yang.tergabung dalam Front Pemuda, PPMI dan MMI yang diikuti pula oleh golongan buruh, tani, wanita, sarjana, seniman dan wartawan hari Rebo siang (tanggal 29-9-1965) mengadakan aksi tunjuk hidung terhadap setan kota, kapbir, pencoleng dan koruptor.'' mereka kemudian mengajukan daftar nama empat setan kota kepada Menteri/Jaksa Agung, Kastaf KOTRAR dan Menteri/Pangak.

 

Sementara itu dalam halaman yang sama Menperdag Brigjtn M.Yusuf (sekarang MenHankam) menyatakan bahwa masalah ekonomi tidak akan teratasi dengan tuduh menuduh atau mencari kambing hitam.

la menjelaskan bahwa ekonomi merupakan masalah multikompleks yang hanya dapat diatasi dengan menaikkan produksi.

Genjer-genjer

Sementara itu Toko Serba Ada Sarinah (salah satu proyek prestis pemerintah Orde Lama) pada tanggal itu juga memasang iklan berbentuk sajak:

“Siapa bilang tanah kita kapur.Indonesia negri yang subur. Buktinya dari palawija Di Toko Pangan Serba Ada”

Agaknya maksudnya supaya didendangkan menurut irama lagu bersuka-ria "Siapa bilang Bapak dari Blitar, Bapak kita dari Prambanan" lagu yang menjadi 'top hit' tahun 1965.

Siapa yang sering bertugas ke istana waktu itu tentunya tahu bahwa lagu itu sering mengiringi pesta-pesta lenso yang dihadiri menteri-menteri, diplomat-diplomat, bintang film, biduanita dan tokoh lain yang gemerlapan.

Memang meja-meja istana melimpah dengan segala macam hidangan yang enak-enak, sementara rakyat kekurangan bahan pangan dianjurkan untuk makan jagung. Sementara para pemimpin berpesta, tragedi nasional ada di ambang pintu.

Berbicara tentang lagu, yang sedang 'top' pada waktu itu, barangkali tidak ada yang menandingi lagi "Genjer-Genjer'.

Semula lagu rakyat dari daerah Banyuwangi, kemudian diorbitkan oleh seorang anggota Lekra lalu menjadi semacam lagu kampanye golongan mereka.

Tetapi kenyataannya ialah bahwa lagu itu digemari oleh hampir segenap lapisan masyarakat.

Tetapi jelas bahwa lagu ini tidak akan muncul dalam banjir kaset "Nostalgia" sekarang ini.

Sebab konon lagu ini pernah memegang peranan dalam tragedi pembunuhan para pahlawan Revolusi di Lubang Buaya sehingga tak lama setelah peristiwa Gestapu dilarang.

Hiburan umum sangat terbatas. Hiburan yang paling mudah terjangkau adalah film, relatif masih murah, sebab belum ada mode gala premiere, gedung mewah pakai AC, midnight show dan sebagainya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved