Trauma Kudeta G30S/PKI, Amelia Putri Jenderal Achmad Yani Sampai Pindah ke Desa Sembuhkan Diri
55 tahun berlalu, namun kisah kudeta PKI yang dikenal dengan Gerakan 30 September atau G30S/PKI masih terngiang.
Dikutip dari Kompas.com lewat wawancara khusus 10 Oktober 2017 lalu, Amelia mengingat peristiwa kelam menimpa ayahnya tersebut.
Untuk mengobati hal itu, ia juga kerap menggelar tahlilan untuk mendoakan mendiang.
Amelia juga tak menyangka bahwa masih banyak generasi muda bertanya kepadanya untuk mengenang sejarah G30S/PKI tersebut.

Khususnya peristiwa yang terjadi kepada sang ayah, Jenderal Achmad Yani.
Sebagai bentuk penghormatan, Amelia mengaku merasa senang untuk membagikan cerita.
Ia membalas pertanyaan masyarakat dan tak jarang membuatnya mengingatkan kembali pada visual sang ayah.
Rasa trauma yang dialami Amelia ketika menulis, kerap membangunkan visualisasi sang ayah seolah datang kembali dan merasa dekat dengannya.
"Seolah-olah saya dibimbing untuk menulis,"
"Kan nulisnya bukan siang hari, saya nulisnya malam hari, jam tiga pagi, jam satu malam, ketika sepi, tidak ada siapa-siapa,"
"Saya seperti ada yang mendorong untuk menulis dan jawaban itu seperti ada di situ," ujarnya.
Selain mengobati rasa rindu dengan menulis, Amelia juga mengobati trauma batinnya pindah ke desa.
Kurang lebih selama 20 tahun ia tinggal di desa di Sleman, Yogyakarta.
Ia mengaku pergi ke desa untuk menyembuhkan trauma, rasa dendam, rasa amarah dan kebenciannya.
"Tapi, kemudian, saya pindah ke desa, saya pindah ke sebuah dusun, dusun Bawuk namanya (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 1988). Enggak ada listrik."
"Tinggal di desa itulah yang menyembuhkan saya dari semua rasa dendam, rasa amarah, rasa benci, kecewa, iri hati, dengki," ungkapnya.