HUMAN INTEREST
KISAH Sukses Penjual Kerupuk di Batam, Bermodal Rp 1, 5 Juta Kini Wiyono Punya 7 Karyawan
Wiyono, yang kerap dipanggil Yono ini, salah satu pendiri kerupuk Batam, yang cukup terkenal di kawasan Pelita Batam hingga ke Singapura.
Penulis: ronnye lodo laleng |
Editor : Tri Indaryani
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Modal terbatas nyatanya bukan halangan seseorang menjadi sukses dalam merintis bisnis.
Pasalnya, Keuletan dan tekad kuat adalah faktor terpenting sukses atau tidaknya usaha yang dirintis dan perjuangkan.
Setidaknya itulah yang dialami Wiyono, seorang tukang kerupuk.
Dia sukses merintis usaha kerupuknya.
Seperti diketahui jika kerupuk merupakan makanan ringan yang dikonsumsi banyak orang, hampir di setiap kalangan dari anak-anak hingga dewasa menyukai makanan tersebut.
Wiyono, yang kerap dipanggil Yono ini, salah satu pendiri kerupuk Batam, yang cukup terkenal di kawasan Pelita Batam hingga ke Singapura.
Tak kurang dari puluhan reseller di Kota Batam telah bergabung bersamanya.
Saat ini, tak kurang dari dua ribuan bungkus kerupuk diproduksi dan dijual setiap hari.
Keuntungannyapun cukup banyak, bisa untuk membayar karyawan serta sebagian lain disimpan.
Tapi siapa kira, kisah bisnis yang dirintis selama delapan tahun ini hanya bermodalkan Rp1,5 juta. Saja.
"Modal awal jualan itu Rp1,5 juta. Dulu uang tersebut saya dapatkan dari hasil ojek," kata Wiyono.
• Kisah dr Muhammad Askar, Pernah Bercita-cita Jadi Insinyur, Kini Petinggi di RSBP Batam
Pria 45 tahun tersebut menceritakan pertama kali ke Batam tahun 1995, waktu itu ia sempat jadi tukang ojek selama tujuh tahun, karena alasan ekonomi serta biaya sekolah anak yang semakin tinggi, iapun mulai memikirkan untuk membuka usaha sendiri.
Awalnya ia membaca situasi serta peluang usaha disekeliling lingkungan tempat tinggalnya, setelah dipelajari hampir satu tahun ia baru menemukan jika jualan kerupuk termasuk langka di Kota Batam. Hal ini yang mendorong Wiyono mencoba usaha tersebut.
Tahun 2002 ia mulai merintis usaha kerupuk sebagai pemula ia memesan sekitar 500 ikat dari Jawa, selang beberapa bulan ternyata kerupuk termasuk laris di pasaran, sehingga ia memutuskan untuk memproduksi sendiri di rumahnya Griya Pekita Mas Blok J nomor 10 Pelita, Batam.
Dia open order via Facebook dan juga WhatsApp sehingga kerupuk tersebut akhirnya direspons teman-temannya.
Akhirnya, dari belasan bungkus yang dijual, kini sekitar ratusan bahkan ribuan bungkus bisa terjual per hari.
Dia mengaku, tidak pernah bercita-cita jadi pebisnis. Namun, anak kelima dari Bapak Hadi Suyanto dan Ibu Asih tersebut mengambil risiko untuk mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut.
Dia mengajak ibu-ibu di kompleknya untuk membantu membesarkan bisnis kerupuk tersebut.
Mereka lantas mengembangkan bisnis ini hingga sekarang, mulai dari satu jenis dan rasa, hingga delapan jenis kerupuk dan rasa.
Kini usaha kuliner milik Wiyono sudah berkembang serta ia mampu memperkerjakan tujuh orang karyawan yakni dua orang sebagai penggoreng dan lima orang sebagai tukang bungkus.
Menurut pria yang lahir di Boyolali 21 Juli 1975 tersebut, walaupun kerupuknya sudah tersebar dimana-mana, namun ia masih tetap turun langsung ke jalan-jalan serta pasar untuk berjualan kerupuk miliknya.
"Setiap pagi dari pukul 05.30 WIB hingga pukul 10.00 WIB saya berjualan di Pasar Tos 3000 Jodoh", ujarnya.
Ia mengaku jika setiap hari bisa menghabiskan 200 ikat dengan harga Rp 13 ribu per ikat.
Dengan pengalaman yang banyak dan relasi banyak iapun berpesan kepada masyarakat luas kalau ada niat dan kesempatan.
“Ayo buat usaha, jangan pernah malu dan takut gagal, karena kalau sudah ada niat dan keinginan serta dibarengi dengan doa Insya Allah' usaha kita pasti lancar,” katanya.
Ia juga berharap agar usahanya ini bisa berjalan lancar dan Covid-19 ini cepat selesai sehingga usaha kecil bisa bangkit lagi dan ekonomi Batam bisa berjalan seperti dulu lagi. (TRIBUNBATAM.id/Ronnye Lodo Laleng)