Mantan TKI Hidup Memprihatinkan Dalam Kebun Sawit, Pempers Anaknya Sampai Berulat

Sebuah keluarga di Desa Balansiku, Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, ditemukan hidup memprihatinkan di tengah kebun sawit.

Editor: Eko Setiawan
(Kompas.com/Ahmad Dzulviqor)
Kunjungan DPPAPPKB dan Psikolog serta petugas puskesmas didampingi Bhabinkamtibmas ke rumah keluarga eks TKI Malaysia di Balansiku Sebatik (Faridah) 

Bahkan Rosnaeni tidak bisa mengurus dirinya sendiri, sampai-sampai dia pernah tidak mandi selama setahun.

Pantas saja kondisi tempat tinggal mereka berantakan. Pakaian kotor dan bersih ditumpuk jadi satu.

Makanan anaknya pun dibiarkan berceceran di mana-mana.

"Awalnya ada laporan ke kami di DPPPA pada akhir 2019, ada keluarga yang tidak tahu cara mengurus anak, pampers si anak sampai berulat, sehingga kami fokus untuk itu," ujar Faridah.

Pendapatan sang ayah pas-pasan

Dengan kondisi seperti itu, anak-anak mereka mengalami gizi buruk.

Mereka tidak pernah mendapatkan asupan protein.

Ayah mereka, Herman, pun tidak bisa memberikan makanan yang layak karena penghasilan yang pas-pasan.

Sebagai buruh tombak sawit, Herman dibayar Rp 150 ribu per ton. Sebulan dia biasanya dua kali menombak sawit.

Beruntung bosnya menyediakan beras secara rutin untuk keluarga Herman

Diduga istri ketujuh, alami KDRT

Dari pemeriksaan psikolog, Rosnaeni mengaku sebagai istri ketujuh Herman.

Jarak usia mereka cukup jauh, yaitu Herman 52 tahun dan Rosnaeni 26 tahun.

Mereka menikah saat sama-sama menjadi TKI ilegal di Malaysia.

Pihaknya juga belum tahu penyebab Rosnaeni sampai mengalami depresi berat.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved