Pembelajaran Jarak Jauh jadi Hikmah Dunia Pendidikan di Tengah Pandemi Covid-19

Laporan Cambridge International menyebut bahwa pelajar Indonesia merupakan salah satu pengguna teknologi tertinggi di dunia

Banjarmasin Post
Seorang murid mengikuti pembelajaran jarak jauh "Belajar dari Rumah", program dari Kementerian Pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud) 

TRIBUNBATAM.id - Sudah 7 bulan Indonesia bergelut melawan pandemi covid-19 sejak ditemukan kasus pertama pada Maret 2020.

Adanya pandemi covid-19 ini memberikan dampak yang luar biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan.

Pandemi covid-19 ini memaksa proses pembelajaran yang semula tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh atau daring.

Guru pun dituntut melek teknologi untuk membimbing peserta didik melalui pembelajaran daring.

Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pembelajaran jarak jauh dimulai 16 Maret 2020.

Dengan pembelajaran jarak jauh, peserta didik diminta untuk tetap belajar meski didalam rumah.

Namun kurangnya pengawasan menjadi kendala dalam proses pembelarajan jarak jauh.

Baca juga: Jadwal Belajar dari Rumah TVRI Kamis 8 Oktober 2020, Pengurangan & Pembagian hingga Fungsi Kuadrat

Untuk menyiasati kendala tersebut, guru didorong untuk melakukan inovasi dan melek terhadap teknologi.

Banyak media yang dapat digunakan guru untuk menyampaikan pembelajaran jarak jauh kepada peserta didik.

Misalnya dengan penggunaan google form, google meet, aplikasi zoom, hingga whatsapp.

Untuk saat ini penggunaan aplikasi tersebut dinilai paling efektif dalam mendukung pembelajara jarak jauh atau daring.

Meskipun jika dibanding dengan pembelajaran tatap muka dapat dikatakan jauh dari kata sempurna.

Tapi inilah momentum bagus dunia pendidikan untuk merespons perkembangan jaman, khususnya tenaga pengajar.

Laporan Cambridge International pada 2018 menyebut bahwa pelajar Indonesia merupakan salah satu pengguna teknologi tertinggi di dunia.

Dengan kata lain, murid-murid kita sebetulnya sudah siap, berbanding terbalik dengan tenaga pendidik.

Perbedaan pemahaman soal teknologi dan penggunaan internet antara guru dan murid mungkin menjadi salah satu faktor mengapa digitalisasi pendidikan di Indonesia belum kunjung terwujud.

Artinya, pembelajaran digital adalah dinamika perubahan zaman yang membuat kita tidak punya pilihan lain selain mengikutinya.

Karena bukan tidak mungkin penggunaan teknologi semakin banyak di masa mendatang.

Pandemi covid-19 ini dapat menjadi cambukan dunia pendidikan di Indonesia.

Pembelajaran jarak jauh yang saat ini tengah berlangsung tidak boleh dipandang sebagai pengganti kelas konvensional.

Baca juga: Daftar Aplikasi dan Website Masuk Kuota Belajar Gratis Kemendikbud

Sebab jika pandangan seperti itu dibiarkan, saat wabah ini berakhir, pola-pola belajar dan mengajar usang akan cenderung dipertahankan.

Ceramah tunggal, interaksi kelas yang relatif didominasi oleh guru, sistem CBSA (Catat Buku Sampai Abis) dan segala metode sejenis harus ditinggalkan.

Atau, setidaknya-tidaknya jangan dijadikan sebagai metode utama dalam mengajar.

Cara-cara seperti itu tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

KBM konvensional dan digital harus saling melengkapi karena keduanya punya kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Contoh sederhana, dalam pembelajaran tatap muka, guru-guru bisa dengan cepat memberikan tanggapan atas pertanyaan dari para peserta didik sehingga mereka tidak perlu menunggu lebih lama.

Sementara dalam pembelajaran daring, penjelasan dari guru yang lazimnya direkam dalam bentuk audio atau video bisa lebih mudah dicerna sebab murid-murid bisa memutar berulang-ulang sampai paham.

Pada sistem tatap muka, mengulang-ulang penjelasan guru sesuai keinginan hampir mustahil untuk dilakukan karena dibatasi oleh waktu dan banyaknya peserta didik dalam kelas.

Dengan demikian, transisi pembelajaran ke model daring atau jarak jauh ini harus diyakini sebagai paradigma permanen.

Dan yang tidak kalah penting adalah pandemi Covid-19 seolah membawa kita kembali ke gagasan Tri Pusat Pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara.

Seorang murid sedang mengikuti program belajar dari rumah
Seorang murid sedang mengikuti program belajar dari rumah (Banjarmasin Post)

Konsep ini menitikberatkan peran tiga sentra: keluarga, sekolah dan masyarakat dalam menopang keberhasilan pendidikan.

Di tengah-tengah wabah ini, komunikasi antara sekolah dan orang tua relatif lebih terjalin.

Orang tua menjadi perpanjangan tangan guru-guru dalam memonitor pembelajaran anak-anak di rumah.

Tugas yang sederhana tapi tidak mudah. Masyarakat pun berperan dalam mengonstruksi pembelajaran softskills.

Lihat saja bagaimana solidaritas kemanusiaan kita bermunculan saat melihat orang-orang di sekitar mengalami kesulitan.

Pemberian bantuan kebutuhan pokok, santunan uang tunai dan pembagian masker gratis sebagai karakter kita merupakan pembelajaran nyata yang bisa menjadi teladan bagi para peserta didik.

(Penulis: Diny Maulina Andriawan, Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Bintan Utara, Kepulauan Riau)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved