HARI PAHLAWAN 2020

Bakar Semangat Arek-arek Suroboyo, Inilah Profil dan Sepak Terjang Bung Tomo, Pernah jadi Wartawan

Bung Tomo dengan lantang dan berani menyerukan semangat pantang mundur untuk menggelorakan jiwa juang arek-arek Suroboyo.

Kompas
BUNG TOMO - Bung Tomo adalah tokoh yang berperan penting dalam Pertempuran Surabaya. FOTO: Sosok Bung Tomo semasa hidup. 

Editor: Widi Wahyuning Tyas

TRIBUNBATAM.id - Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November tak lepas dari Pertempuran Surabaya.

Peristiwa pertempuran ini merupakan yang pertama terjadi selepas Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya.

Selama lebih dari 3 minggu, arek-arek Suroboyo berjuang keras untuk mengusir Sekutu dan Belanda yang kala itu datang kembali.

Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam peristiwa ini adalah sosok Bung Tomo.

Bung Tomo dengan lantang dan berani menyerukan semangat pantang mundur untuk menggelorakan jiwa juang arek-arek Suroboyo.

Kita mungkin sudah sering mendengar nama Bung Tomo.

Namun, untuk lebih mengingatnya, berikut Tribun Batam sajikan profil lengkap dan sepak terjang Bung Tomo.

Baca juga: Puluhan Ribu Orang Tewas, Begini Ganasnya Rakyat Indonesia saat Pertempuran Surabaya

Profil Bung Tomo

Bung Tomo adalah seorang tokoh pahlawan nasional asal Surabaya, Indonesia.

Dia lahir di Surabaya pada 3 Oktober 1920 dengan nama lengkap Sutomo.

Bung Tomo lahir dari pasangan Kartawan Tjiptowidjojo dan Subastita.

Ibunya berdarah campuran Jawa, Sunda, dan Madura.

Bung Tomo merupakan anak laki-laki pertama dari enam bersaudara.

Keluarganya tergolong berkecukupan sehingga ia bisa menempuh pendidikan yang cukup layak pada zamannya.

Namun demikian, dia tumbuh menjadi anak yang pekerja keras.

Bung Tomo pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda.

Dia gemar bekerja keras untuk memperbaiki keadaan agar menjadi lebih baik.

Pada saat usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Bung Tomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu.

Lalu, Bung Tomo menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Di usia muda Bung Tomo aktif dalam organisasi kepanduan atau Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) dan bergabung di dalamnya.

Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya.

Pada usia 17 tahun, Bung Tomo menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda.

Setelah berusia cukup matang, dia menikahi seorang gadis bernama Sulistina.

Baca juga: Logo, Makna, dan Ucapan Selamat Hari Pahlawan 2020, Dalam Negeri Kita, Janganlah Kita yang Menumpang

Bung Tomo dengan istri dan anaknya

Dari pernikahan itu, pasangan ini dikarunia seorang anak laki-laki bernama Bambang Sulistomo.

Bung Tomo wafat di Arafah, Arab Saudi pada 7 Oktober 1981.

Menjadi Wartawan

Bung Tomo memiliki minat pada dunia jurnalisme atau kewartawanan.

Ia pernah bekerja sebagai wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937.

Setahun kemudian, ia menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa; Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939.

Pada masa pendudukan Jepang, Bung Tomo bekerja di kantor berita tentara pendudukan Jepang, Domei, bagian Bahasa Indonesia untuk seluruh Jawa Timur di Surabaya pada tahun 1942-1945.

Meskipun bekerja pada kantor berita penjajah, semangat perjuangan dan nasionalisme Bung Tomo tentu tidak padam.

Pada tahun 1944, beliau bergabung menjadi aktivis Gerakan Rakyat Baru dan didapuk menjadi pengurus Pemuda Republik Indonesia.

Saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dikumandangkan, beliau memberitakannya dalam bahasa Jawa bersama wartawan senior Romo Bintarti untuk menghindari sensor Jepang.

Secara sembunyi-sembunyi berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disampaikan Bung Tomo kepada masyarakat, sehingga tersiar dari mulut ke mulut.

Berkat usaha Bung Tomo pula, Teks Proklamasi dimuat secara lengkap dalam harian Asia Raya esok harinya.

Tanpa mengindahkan larangan pihak Jepang, ia juga menempelkan Teks Proklamasi di depan Kantor Domei (kini Antara), sehingga semakin banyak orang yang mengetahuinya.

Bung Tomo dan radio

Pada bulan-bulan pertama sesudah Proklamasi, Bung Tomo melibatkan diri secara intensif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Antara lain ikut dalam proses pembentukan Badan Keamanan Rak­yat (BKR) dan perebutan senjata dari pasukan Jepang.

Bung Tomo juga membentuk badan perjuangan, yakni Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI). Para anggotanya diberi pelatihan kemiliteran.

Dalam kunjungan ke Jakarta pada awal Oktober 1945, Bung Tomo berhasil meyakinkan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin agar memanfaatkan siaran radio untuk mengobarkan semangat rakyat.

Bung Tomo kemudian membangun pemancar radio sendiri, yakni Radio Pemberontakan yang ternyata memegang peranan penting dalam pertempuran menghadapi pasukan Inggris di Surabaya bulan November 1945.

Artikel ini telah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul '17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Bung Tomo'.

Sumber: TribunnewsWiki
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved