HUMAN INTEREST
Kisah Hawa Jadi Pemulung di Batam, Bertahan Hidup di Tengah Pandemi Corona
Sebelum Covid-19 tiap hari Hawa bisa mendapatkan Rp 50 ribu dari mencari barang rongsokan. Kini hanya Rp 20 sampai 30 ribu
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Sudah lebih kurang delapan bulan, Indonesia dilanda pandemi Covid-19. Termasuk di Batam.
Dampaknya tak hanya dirasakan mereka yang bekerja di perusahaan besar, tetapi juga mereka yang mencari uang dengan menjadi pemulung.
Contohnya Hawa (67), ibu dari lima anak di Batam.
Hawa menjadikan sampah sebagai mata pencahariannya sehari-hari.
Kesehariannya, ia mengumpulkan barang rongsokan dan limbah rumah tangga yang dinilai masih bisa didaur ulang.
Baca juga: Apakah Kolam Berenang Bisa Tularkan Virus Corona, Simak Keterangan Dokter di Sini
Baca juga: Cegah Penyebaran Virus Corona, TNI & Polri di Karimun Bagikan Masker di Pulau Buru
Sebagian orang mungkin menyebutnya pemulung, namun dia tak keberatan dengan hal itu.
Hawa mengumpulkan segala jenis sampah, mulai dari sampah plastik, besi tua, aluminium sampai tembaga.
Kemudian dia mengumpulkannya dan menjualnya kembali ke pengepul yang lebih besar.
“Jadi aku mengumpulkan dulu di sini, terus nanti aku jual kembali ke bos besar,” ungkapnya saat dijumpai Tribun Batam, Kamis (5/11/2020).
Bergelut dengan barang tak terpakai setiap harinya, Hawa bisa menilai mana barang yang memiliki daya jual.
“Nanti kami sortir dulu di sini sesuai kualitasnya, nah dari situ ditentukan berapa harga per kilonya dari bos,” ujar Hawa.
Dari hasil mengumpulkan barang tak terpakai itu, ia mendapat omzet sampai Rp 600 ribu per bulan.
Dari hasil itulah dia bisa membeli makan untuk bertahan hidup di Batam.
"Ya syukur-syukur bisa untuk beli makan sehari-hari," ujar Hawa.
Saat ini wanita paru baya itu tinggal sendiri di permukiman padat penduduk di Pasar Pagi Jodoh, Batam.
"Suami saya sudah meninggal 13 tahun yang lalu di Medan," kata ibu yang lahir di Dolo Sanggul, 5 Mei 1953.
Ia mengaku hijrah ke Batam karena lapak jualan sayur miliknya yang ada di Simpang Limun Medan, Sumatra Utara di gusur oleh pemerintah setempat.
Setelah digusur ia mengaku tidak memiliki tempat untuk berjualan lagi.
Akhirnya ia memilih mengadu nasib ke Batam.
Ibu lima anak ini bercerita, sebelum Covid-19 tiap hari ia bisa mendapatkan Rp 50 ribu dari mencari barang rongsokan. Namun saat Covid ini sehari-hari ia hanya mendapatkan penghasilan Rp 20 - 30 ribu saja.
Saat ditanya ingin pulang ke Medan, Hawa Purba atau sering disapa Opung ini mengaku ingin pulang namun terhambat biaya.
"Kalau sudah ada uang ingin pulang, sudah kangen sama anak-anak di Medan," ujarnya.
Ketika ditemui Tribun Batam.id, Hawa sedang memeriksa barang yang ia kumpulkan selama dua hari ini.
Walau saat itu kondisi di daerah Jodoh sedang panas terik, dengan sigap dia membongkar karung-karung yang hampir sobek itu untuk dibersihkan kembali.
(tribunbatam.id/Ronnye Lodo Laleng)