WAWANCARA EKSKLUSIF
Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman Marah TNI Dijelek-jelekkan
Nama Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman kini tidak hanya terkenal di wilayah DKI Jakarta.
TRIBUNBATAM.id - Nama Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman kini tidak hanya terkenal di wilayah DKI Jakarta. Ia mendadak terkenal di seluruh tanah air. Bahkan jadi pembicaraan di media sosial.
Instruksinya mencopot baliho Front Pembela Islam (FPI) dan Muhammad Rizieq Shihab, membuat Dudung makin terkenal se-nusantara.
Langkah perwira tinggi TNI yang pernah menjabat Gubernur Akademi Militer ini kemudian diikuti oleh daerah lain seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan daeran lainnya. Bahkan publik yang tadinya tak berani menolak kedatangan Habib Rizieq Shihab ke daerahnya, kini berani mengungkapkan penolakan.
Kepulangan Rizieq dari Arab Saudi memang menambah hiruk-pikuk Ibu Kota. Kerumunan di Bandara Soekarno-Hatta, Petamburan, Tebet, Megamendung, dan yang terbaru soal pencopotan baliho. Instruksi pencopotan baliho itu datang dari Dudung. Langkah tersebut tentu saja menuai reaksi dari publik, bahkan polemik.
Melihat karangan bunga yang mengelilingi markas Kodam Jaya di, Jalan Mayjen Sutoyo, Cililitan, Jakarta, Senin (23/11), menunjukkan banyak dukungan yang mengalir atas langkah yang diambil Pangdam Jaya.
Pangdam Jaya kelahiran Bandung ini berkenan menerima wartawan Tribun Network, yang dipimpin oleh Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra. Selama lebih dari 30 menit, Dudung berbicara di balik kebijakannya mencopot baliho dan perkataannya soal, "Kalau perlu, FPI bubarkan saja!" Pernyataan tersebut membuat heboh pemberitaan nasional.
Berikut wawancara eksklusif Tribun Network bersama Mayjen TNI Dudung Abdurachman:
Ketika mengambil keputusan menurunkan baliho FPI dan Habib Rizieq Shihab, sempat berpikir atau tidak bahwa tindakan ini akan menjadi berita besar?
Tidak berpikir. Tapi kalau menurut saya memang ya seyogyanya begitu, kalau memang sudah tidak sesuai dengan aturan dan ketentuan, tidak taat kepada hukum perilakunya, menurut saya terlalu menghalalkan segala cara yang, ya seenaknyalah, ya itu salah satunya memasang baliho di tempat yang tidak benar.
Apalagi di dalam statementnya menjelek-jelekan orang, di dalam statementnya TNI itu kurang ajar, polisi itu begini, begitu, itu kan tidak bagus. Tentunya saya sendiri marah itu. Kasusnya ada anggota yang akan dikiranya menjemput Habib Rizieq di bandara. Ini saya jelaskan. Anggota itu mendapat perintah untuk pengamanan bandara Soekaeno Hatta. Tugas pokok dia itu.
Pada saat mengambil keputusan itu, Anda berkonsultasi dengan pihak lain atau tidak? Misal dengan Pak KSAD, Panglima, Kapolda, atau dengan siapapun?
Kodam Jaya ini Panglimanya saya, Pangdam Jaya. Tentu saya konsultasi dengan Pak Kapolda, kemudian konsultasi dengan Gubernur, karena ini kewilayahan. Tetapi apa pun yang saya lakukan tetap kita laporkan kepada pimpinan. Tetapi kalau setiap saat laporkan yang kecil-kecil, Panglima itu kan pekerjaannya banyak kalau hanya sekedar menurunkan baliho masa laporan juga, gitu loh.
Kelompok FPI sering mengaitkan, bahwa tindakan Pangdam Jaya merupakan perintah dari Presiden Jokowi?
Oh tidak ada. Saya yang bertanggungjawab langsung di Jakarta.
Tidak benar?
Tidak ada. Sama sekali tidak ada.