Sepak Terjang Zulkarnaen alias Daud, Buron Teroris Bom Bali I yang Menghilang 18 Tahun, Ditangkap
Menghilang 18 tahunm buron teroris Bom Bali I Zulkarnaen alias Daid akhirnya ditemukan
TRIBUNBATAM.id - Lama menghilang, buronan kasus bom Bali I yang masih tersisa akhirnya ditemukan dan berhasil diringkus Tim Densus 88.
Sang buronan ditemukan di Lampung Timur, Sabtu (12/12/2020).
Dia bernama Zulkarnaen, memiliki nama alis Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin alias Abdulrahman.
Sepeti apa sepak terjang Zulkarnaen? simak selengkapnya di sini:
Sabtu malam adalah akhir pelarian Zulkarnaen, buronan negara yang paling dicari selama ini.
Pria beralias Aris Sumarsono alias Daud alias Zaenal Arifin alias Abdulrahman ini ditangkap di sebuah gang di Lampung Timur, Lampung.
Penangkapan terhadap Zulkarnaen dibenarkan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono.
Zulkarnaen adalah terduga teroris kasus bom Bali I pada tahun 2002 silam.
Itu artinya dia telah diburu selama 18 tahun.
Saat ini, Zulkarnaen memiliki peran penting dalam sejumlah teror di Indonesia.
Siapa sebenarnya Zulkarnaen?
Berikut sosoknya:
1. Putus kuliah
Zulkarnaen saat ini telah berus 57 tahun.
Zulkarnaen berasal dari Sragen, Jawa Tengah .
Dia pernah menempuh pendidikan selama empat semester pada tahun 1982 di Fakultas Biologi sebuah kampus di Yogyakarta.
Dalam kasus ini, Densus 88 tengah melakukan sejumlah penggeledahan di tempat tinggal Zulkarnaen.
Hingga saat ini, tersangka masih menjalani pemeriksaan oleh Polri.
"Tersangka diamankan dan dilakukan penggeledahan badan serta disebuah tempat untuk dilakukan introgasi awal," ujar Irjen Pol Argo Yuwono.
2. Terlibat konflik Poso dan Ambon

Selain itu, keterlibatan Zulkarnaen adalah berperan membuat Unit Khos yang kemudian terlibat bom Bali dan konflik-konflik di Poso dan Ambon.
Unit khos berfungsi seperti special taskforce.
3. Sembunyikan penerus Dr Azhari
Menurut Argo, Zulkarnaen memiliki peranan penting saat kelompoknya menjalankan teror Bom Bali I pada 2001.
"Zulkarnaen adalah panglima askari Jamaah Islamiyah ketika Bom Bali 1," ucap Irjen Pol Argo Yuwono.
Zulkarnaen diduga berperan dalam menyembunyikan Upik Lawangan alias Taufik Bulaga alias Udin.
Upik sendiri telah lebih dulu ditangkap Densus 88 di Lampung Tengah, Lampung, pada 23 November 2020.
Densus 88 Antiteror Mabes Polri sebelumnya menangkap terpidana terorisme TB alias Upik Lawangan di Lampung pada 23 November 2020.
Upik Lawangan merupakan Jaringan Islamiah yang terkenal sebagai penerus dokter Azhari.
Karo Penmas Humas Polri Brigjen Awi Setyono mengatakan Upik Lawangan memang telah menjadi buruan Polri sejak diterbitkan dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) sejak 14 tahun lalu.
"Penangkapan DPO tindak pidana terorisme TB alias Upik Lawangan."
"Upik Lawangan ini telah jadi DPO oleh Densus Anti Teror mulai tahun 2006."
"Jadi sejak saat itu sudah diterbitkan DPO-nya. Alhamdulillah pada 23 November 2020, pada pukul 14.35 WIB di Jalan Raya Seputih Lanyak di Lampung, Tim Densus 88 berhasil menangkap TB alias Upik Lawangan," kata Brigjen Awi Setyono di Bareskrim Polri, Jakarta, Senin (30/11/2020).
Ia menyampaikan wajah terpidana telah banyak berubah sejak buron 14 tahun yang lalu.
Dia mengatakan Upik Lawangan merupakan aset penting bagi jaringan Jamaah Islamiyah.
Bukan tanpa sebab, Upik Lawangan masuk ke dalam daftar orang yang paling dilindungi oleh jamaah Islamiyah.
Dia telah dianggap sebagai penerus Dokter Azhari yang tewas meledakkan diri dalam sebuah penyergapan kelompok Detasemen Khusus 88 di Kota Batu.
"Ini merupakan aset yang berharga JI, karena dia penerus dokter Ashari."
"Makanya bersangkutan disembunyikan oleh kelompok JI."
"Di JI sendiri ada bidang Toliyah yang betugas mengamankan aset dan orang JI yang dilindungi," jelas Brigjen Awi Setyono.
4. Keluarga tak percaya
Pada 2010, wartawan Surya.co.id sempat mendatangi rumah Ustadz Zulkarnaen alias Arif Sunarso.
Orangtua Zulkarnaen meyakini Arif, demikian Zulkarnaen dipanggil, tak terlibat dalam kegiatan terorisme.
Berikut catatannya ketika Wartawan Surya mendatangi rumah orangtua Zulkarnaen.
Nama Ustadz Zulkarnaen alias Arif Sumarsono alias Ustadz Daud sempat lama tenggelam dalam pemberitaan tentang teroris.
Padahal, kabarnya, dia adalah panglima perang di kelompok Jamaah Islamiyah .
Namanya kembali mengemuka setelah gembong teroris Dulmatin ditembak mati polisi.
Pintu rumah sederhana di Dukuh Gebang Kidul RT 14/RW 6, Desa Gebang, Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, itu terbuka lebar. Suasana sepi.
Begitulah suasana di rumah orangtua Arif Sunarso, Hadi Saleh, 63, Selasa (16/3/2010) siang.
Desa tersebut terletak sekitar 30 kilometer dari Kota Solo.
Ketika pintu diketuk, tuan rumah pun keluar dari dalam rumah yang terbuat dari kayu tersebut, kemudian mempersilakan wartawan Surya duduk di kursi ruang tamu.
Tak selang lama, istri Hadi Sholeh, Ny Aminah, 60, juga keluar dari bagian dalam rumah.
Hadi Saleh, pensiunan guru, kini bekerja sebagai petani. Adapun Aminah sehari-hari berdagang pakaian di pasar-pasar.
Dia biasa berjualan di berbagai pasar, tergantung hari pasaran tertentu. Jika situasi pasar sepi, dia membantu suaminya bekerja di sawah.
Meski kedatangan tamu asing, pasangan suami-istri yang baru datang dari sawah itu tampak tidak kaget.
Tak heran, karena sejak bertahun-tahun silam, tepatnya beberapa saat setelah peristiwa bom Bali 1, 12 Oktober 2002, mereka telah mendengar kabar tak sedap bahwa Arif diduga terlibat aksi terorisme. Suami istri berpenampilan sederhana sebagaimana layaknya warga desa lainnya tersebut sudah menduga bahwa tamu mereka pasti akan menanyakan tentang Arif.
Apalagi, Hadi dan Aminah dapat merasakan bahwa selama ini sering ada petugas kepolisian yang menyamar, yang mengintai kediaman mereka.
"Dulu mereka pura-pura berjualan di pojok gang di sana, bawa-bawa bronjong (wadah dari bambu, Red). Suka tanya ini dan itu.
Mereka pikir kami tidak tahu," kata Ny Aminah dalam Bahasa Jawa halus alias krama inggil.
Aminah mengaku tidak takut dan khawatir meski sering diintai polisi.
Karena dia yakin Arif, anak sulungnya, tidak berbuat salah sebagaimana tuduhan polisi.
Aminah juga yakin bahwa dirinya, suaminya maupun seluruh anggota keluarganya tidak pernah terlibat peristiwa kriminal.
"Tidak mungkin anak saya begitu (menjadi teroris, Red). Kalau dia berbuat begitu pastilah sudah kaya, bisa kirim banyak uang ke orangtuanya atau ke istrinya. Nyatanya kami masih miskin seperti ini," katanya dengan nada emosional.
Berbeda dengan sang istri, Hadi Saleh tampak lebih tenang. Pensiunan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN, setingkat SD, Red) di wilayah Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jateng, ini lebih banyak diam.
"Saya pensiun sejak tiga tahun lalu," kata Hadi, yang mengenakan baju batik dan kain sarung.
Ny Aminah berkali-kali menegaskan keyakinannya bahwa Arif tidak mungkin berbuat jahat dengan menjadi teroris yang tega membunuh orang dengan aksi-aksi pengeboman.
"Tidak mungkin. Mana ada ayat (dalam Alquran) yang membolehkan orang membunuh? Tidak ada," tegas ibu enam anak ini, yang siang kemarin mengenakan kerudung warna putih.
Ketika ditanya apakah dirinya masih berharap bertemu Arif, yang diketahui menghilang sejak tahun 2001 atau sejak sekitar sembilan tahun silam, Aminah langsung menangis. "Saya kira setiap orangtua pasti berharap dapat bertemu lagi dengan anaknya setelah sangat lama tidak bertemu," tuturnya seraya mengusap air mata.
BACA BERITA LAIN TRIBUN BATAM DI GOOGLE NEWS
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Densus 88 Tangkap Buronan Teror Bom Bali I di Lampung Timur