HUMAN INTEREST
Kisah Ajo Sukses Kuliahkan Empat Anaknya dari Jualan Rujak di Batam, Ada yang Jadi TNI
Dari hasil jualan rujak di Batam, Ajo mengumpulkan pundi-pundi Rupiah hingga berhasil kuliahkan empat anaknya. Seorang di antaranya calon TNI
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Meski usianya tak muda lagi, Ajo (57), seorang pedagang kaki lima (PKL) di Batam tetap gesit bekerja.
Sehari-hari ia menjual rujak di pinggir Jalan Raja Ali Haji, Kompleks Nagoya Square, Sungai Jodoh, Kecamatan Batu Ampar, Batam.
Di usianya yang hampir kepala enam itu, Ajo telah banyak makan asam garam kehidupan.
Sebelumnya, pria paruh baya ini merantau ke Batam dari Surabaya. Tepatnya pada 1984 lalu, Ajo pertama kali menginjakkan kakinya di Batam.
Meski dari Surabaya, Ajo berdarah campuran Padang dan Jawa.
Baca juga: Fakta-fakta Sosok Tari Putri, Penjual Rujak Cantik yang Viral, Pembeli Sering Curi Pandang
Baca juga: Viral Pedagang Rujak di Madura Mirip Syahrini, Omset Rujak Jutaan Rupiah Gara-gara Disangka Incess
Di Batam, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya saat itu, Ajo melakoni berbagai macam pekerjaan, seperti bekerja di rumah makan, buruh bangunan, dan tukang parkir.
Namun sejak 1987 lalu, ia beralih pekerjaan menjadi PKL dan berjualan rujak hingga saat ini.
Itu artinya sudah 33 tahun Ajo bekerja sebagai penjual rujak di Batam.
Ajo bercerita, pekerjaan sebagai penjual rujak terbilang cukup mudah.
Pasalnya yang dipegang hanyalah buah-buahan.
Dari hasil jualan rujak itu, Ajo mengumpulkan pundi-pundi Rupiah hingga berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai tamat kuliah.
Bahkan ada anaknya yang kini sedang mengenyam pendidikan militer.
Total, Ajo memiliki empat anak.
"Anak pertama saya laki-laki. Sekarang dia kerja kapal. Sebelumnya dia sempat kuliah di Putra Batam. Setelah selesai, karena sulit cari kerjaan, dia lanjut pendidikan di Jakarta sekolah pelayaran," kata Ajo kepada Tribunbatam.id, Jumat (18/12/2020) lalu.
Sekarang, anak pertamanya itu sudah kerja kapal rute Singapura-Batam.
Sedangkan anak kedua Ajo, seorang perempuan. Dia telah menyelesaikan pendidikannya di kampus Putra Batam.

Sementara anak ketiganya laki-laki. Dia kini sedang pendidikan militer TNI Angkatan Darat di Medan.
Terakhir si bungsu, perempuan. Dia baru diwisuda di Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Tanjungpinang, dan mengambil jurusan kebidanan.
"Semuanya bisa sekolah dari hasil jualan rujak," ujarnya.
Bagaimana caranya?
"Setiap hari saya nabung. Hasil jualan saya simpan. Kadang Rp 20 ribu, kadang Rp 50 ribu, kadang juga lebih, sesuai pemasukanlah," ungkap Ajo.
Sebelum Corona melanda, penghasilan Ajo dari menjual rujak bisa tembus Rp 400 ribu hingga Rp 500 ribu sehari.
Namun sejak pandemi Covid-19, penghasilannya menurun drastis.
Lantaran hanya sedikit orang yang lewat dan singgah di pangkalan tempat ia jualan rujak.
Dalam satu hari itu, penghasilannya tak tentu. Paling banyak hanya Rp 130 ribu, bahkan terkadang tak sampai Rp 100 ribu.
"Sebelum Corona, banyak orang yang beli rujak saya termasuk bule-bule yang menginap di hotel di sekitar sini. Karena Corona, bule dari luar negeri itu tak bisa masuk, makanya sekarang sepi," ujarnya.
Meskipun begitu, penghasilannya saat ini masih cukup untuk biaya hidup sehari-hari.
Satu porsi rujak dibanderol Rp 10 ribu. Rujak buatan Ajo terdiri dari berbagai macam jenis buah.
Ada jambu air, nanas, kedondong, mentimun, mangga, bengkoang, pepaya.
Bedanya rujak Ajo dengan penjual rujak lainnya terletak pada bumbu rujak.
Ya, Ajo memang handal membuat rujak dengan rasa yang gurih dan enak.
Saat pandemi Covid-19, Ajo tidak pernah menabung lagi.
"Mudah-mudahanlah corona cepat berlalu, jadi banyak lagi nanti bule yang datang beli rujak saya," harapnya.
(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google