Banjir Rob di Lingga, Puluhan Warga Desa Batu Berdaun Mengungsi ke Kantor Desa
Puluhan warga Desa Batu Berdaun Lingga mengungsi ke kantor desa setelah rumah mereka terendam banjir rob sejak Rabu (13/1)
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Banjir rob di Lingga, puluhan warga Desa Batu Berdaun mengungsi ke Kantor Desa.
Sejumlah daerah di Lingga terendam banjir rob, khususnya yang berada di wilayah pesisir.
Ada juga rumah yang rusak akibat dihantam gelombang laut dan air laut pasang besar.
Satu di antara daerah yang terkena banjir rob di wilayah Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep.
Sejumlah rumah warga di Batu Berdaun terendam banjir. Sedikitnya 31 Kepala Keluarga (KK) terpaksa harus mengungsi di Kantor Desa Batu Berdaun sejak Rabu (13/1/2021) sampai hari ini Kamis (14/1/2021).
Baca juga: Air Laut Pasang, Belasan Rumah di Singkep Pesisir Lingga Terendam Banjir Rob
Kepala Desa (Kades) Batu Berdaun, Zainal mengatakan, daerah warga yang terkena banjir tersebut, yakni Kampung Baru dan Kampung Boyan.
"Warga mulai mengungsi sejak kemarin (Rabu), kira-kira pukul 10.00 WIB. Semua yang terdampak 54 KK, namun yang baru mengungsi di sini 31 KK," kata Zainal kepada Tribunbatam.id, Kamis siang.
Zainal melanjutkan, ada sebagian rumah yang terendam banjir, dan ada beberapa rumah yang rusak berat akibat terjangan gelombang laut.
"Mereka berusaha membuang air parit, dan juga membuat bendungan. Namun, kita tidak bisa melawan alam, hanya bisa berupaya.
Saya telah menyampaikan kepada pihak warga, agar mengungsi dulu sampai arus laut benar-benar kembali normal," terang Zainal.

Zainal berharap, agar pemerintah daerah maupun pemerintah pusat bisa mengupayakan pembangunan di pantai, agar kejadian ini tidak terulang kembali.
"Semoga bisa dibangun tembok pemecah gelombang, kira-kira yang dibutuhkan 6 kilometer," ucap Kades Batu Berdaun itu.
Sementara itu, ia menaksir kerugian yang dialami warga terdampak lebih kurang Rp 100 juta dari musibah itu.
Dari informasi yang dihimpum TribunBatam.id, ada beberapa bantuan baik itu dari Kabupaten, donatur, dari desa, pihak Puskesmas dan kecamatan sudah tersalurkan.
Selain itu, juga telah didirikan sebuah posko bencana dari Kemensos, tepatnya di depan pengungsian warga.
Cerita Warga
Seorang warga Kampung Boyan, Ismawati menceritakan kejadian banjir rob tersebut bermula saat Rabu dini hari kemarin.
"Sekitar pukul 03.00 WIB, air itu sudah meluap masuk dalam rumah kami. Hingga pukul 05.00 WIB, air sudah mencapai paha, saat itu situasi juga hujan," ungkap Ismawati kepada tribunbatam.id.
Ia melanjutkan, saat itu sudah banyak warga yang keluar dari rumah dan membangunkan warga lainnya.
"Kami kalau tak dibangunkan tak sadar. Habis baju-baju semua basah," sambung suami Ismawati.
Ismawati melanjutkan, saat ini anaknya yang duduk di bangku SD dan SMP diliburkan karena musibah itu. Di sisi lain, baju-baju sekolah juga basah.
"Pohon-pohon kelapa banyak yang tumbang karena kikisan pasir pantai. Subuh itu ramai warga yang keluar rumah sambil membangunkan orang di rumah yang terendam banjir," kata Ismawati.
Ismati mengatakan, para warga merasa bersyukur atas saluran bantuan yang terus datang ke tempat pengungsian.
"Alhamdulillah ada saja bantuan. Salut kami sama orang yang bantu. Baik itu dari desa, kecamatan, puskesmas, donatur organisasi-organisasi.
Alhamdulillah makanan tidak putus. Terus di sini kenal juga sama warga yang sebelumnya belum kenal, Alhamdulillah silaturahmi," ungkap Ismawati.
Dari informasi, musibah seperti ini terjadi 5 tahun sekali.
"2016 kemarin saya ngungsi juga," sahut warga lainnya yang ikut mengungsi bersama Ismawati.
Lahasa, warga Kampung Baru mengatakan, rumahnya sudah rusak parah akibat terjangan gelombang laut.
"Dapur saya roboh, dengan keseluruhan rumah saya hampir roboh, hancur. Saya sudah buat bendungan selama 3 tahun, tapi untuk gelombang yang satu ini saya tidak bisa berbuat apa-apa," katanya.
"Sebenernya kalau hanya gelombang laut saja tidak masalah, kemungkinan tidak apa-apa. Tapi saat itu ditambah lagi hujan lebat, habis semuanya.
Hewan-hewan kayak ayam ada yang mati juga karena kandang tidak dibuka.
Saat itu saya mau buka pintu rumah susah, harus gali dulu, karena pintu sudah tertimbun pasir yang dibawa gelombang," kata Lahasa saat menceritakan kejadian kepada TribunBatam.id.
Lahasa tak terlalu banyak meminta soal bantuan yang dibutuhkannya.
"Kalau ada bantuan Alhamdulillah kita terima, kalau tidak ada yang kita maklum. Karena kita tahu negara kita juga dalam situasi saat ini.
Kalau sudah dibolehkan pulang oleh Kades, saya mulai perbaiki sendiri," tutur nelayan itu.
Banjir Rob di Singkep Pesisir
Tak jauh beda dengan warga Desa Batu Berdaun, belasan rumah yang berada di Desa Persing, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri teredam banjir akibat air laut pasang dan ombak kuat, Rabu (13/1/2021).
Banjir rob yang terjadi sejak dini hari, sekira pukul 03.00 WIB itu, membuat aktivitas warga sebagai pengolah ikan teri lumpuh.
Selain itu, akses jalan utama penghubung antar kecamatan yang berada di dekat laut ikut terendam banjir, sehingga kendaraan yang melintas melambat.
Meski tidak menimbulkan korban jiwa, namun puluhan warga terpaksa mengungsi ke tempat lain. Sebagian di antaranya membawa alat perabotan rumahnya.
Kapolres Lingga, AKBP Arief Robby Rachman, bersama Waka Polres Lingga, Kompol M Tahang dan sejumlah Pejabat Utama (Pju) Polres Lingga ikut membantu evakuasi warga. Saat itu kondisinya sedang gerimis.
"Untuk sementara kita dirikan posko di sini untuk membantu warga. Selain untuk distribusi sembako dan barang-barang yang dibutuhkan korban banjir agar lebih mudah, keberadaan posko ini kita harapkan juga menjadi pusat informasi sehingga bantuan tepat dan sesuai sasaran," terang AKBP Arief Robby Rachman.
Menurut Arief, beberapa waktu lalu jajaran Polres Lingga sudah meminta kepada masyarakat untuk waspada terhadap datangnya musim penghujan dan cuaca ekstrem.
Hal ini karena rumah-rumah warga terutama yang berada di Desa Persing ini dibangun tepat di bibir pantai, sehingga cukup rawan bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.
"Kita dari pihak kepolisian sudah memberi imbauan agar masyarakat waspada dan berhati-hati terutama bagi mereka yang tinggal di pinggir pantai.
Kita sama-sama berharap musibah ini cepat selesai," ujarnya.
Sementara itu di lokasi banjir rob di Desa Persing, sejumlah warga di bantu aparat Kepolisian, Satpol PP, Tagana dan BPBD Lingga masih disibukkan dengan bersih-bersih dan menyelamatkan sejumlah barang berharga.
Kondisi air laut pasang ini masuk hingga ke pemukiman padat penduduk. Akibat kejadian ini, sebagian barang berharga berupa perangkat elektronik dan perabotan rumah pun rusak.
Pantauan TribunBatam.id, air laut sudah mulai menyurut sejak pukul 13.00 WIB.
Warga Desa Batu Berdaun Gagal Panen
Sebelumnya diberitakan, hujan deras di Lingga membuat kebun warga Desa Batu Berdaun, Kecamatan Singkep terendam air.
Hujan di Lingga diketahui terjadi sejak Sabtu (9/1) membuat aliran air di Sungai Serayak meluap hingga ke kebun warga.
Seorang warga Desa Batu Berdaun, Taria mengatakan, sebagian warga desa merasa resah setiap musim hujan datang.
Aliran air akhirnya meluap dari jembatan Sungai Serayak.
"Dampaknya kami jadi gagal panen dan mengalami kerugian,” ungkap Taria, Senin (11/1/2021).
Menurutnya, kejadian tersebut sudah lama dialami oleh warga Desa Batu Berdaun, termasuk dirinya.
Ia bersama warga memohon kepada pemerintah untuk membuat parit atau drainase yang besar supaya air sungai tidak meluap lagi.

"Baru hujan satu hari saja air sudah meluap ke halaman rumah dan kebun-kebun warga.
Apalagi kalau sudah sempat hujan tiga atau empat hari mungkin sudah kayak laut di sini,” tuturnya.
Kepala BMKG Dabo, Sahat Mauli Pasaribu memprediksi cuaca untuk Selasa (12/1), pukul 07.00 WIB, akan hujan dengan intensitas ringan hingga sedang.
Untuk transportasi laut dan aktivitas kelautan, ia turut mengimbau agar waspada terhadap gelombang tinggi dan angin kencang di wilayah perairan Lingga yang diakibatkan awal Cumulonimbus.
Waspada potensi banjir terjadi di wilayah Lingga akibat akumulasi curah hujan yang terus menerus dan daerah yang resapan airnya kurang baik, pinggiran sungai yang dangkal, serta drainase yang tidak baik," sebut Sahat.
"Perairan Lingga, arah angin Barat Laut hingga Timur Laut, kecepatan angin 04 km/jam hingga 29 km/jam. Gelombang dikisaran 1,25 hingga 4 meter dan masuk kategori sedang," jelas Sahat.
(TribunBatam.id/Febriyuanda)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google