HUMAN INTEREST

Kegiatan Unik Pasien Covid-19 di RSKI Galang, Sarma: Kasih Makan Monyet Paling Berkesan

Sarma, mantan pasien Covid-19 di RSKI Galang terngiang pengalamannya selama menjalani karantina.Paling berkesan saat kasih makan monyet di sore hari

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id
Kegiatan unik pasien Covid-19 di RSKI Galang, Sarma: kasih makan monyet paling berkesan. Foto Sarma menghabiskan waktunya dengan membaca buku saat menjadi pasien Covid-19 di RSKI Galang Batam, beberapa waktu lalu 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Dikarantina lantaran terkonfirmasi positif Covid-19 hampir 2 minggu, pasti memiliki kebosanan. Berbagai kegiatan sehat dilakukan untuk mengisi waktu kosong.

Nah, pasien positif Covid-19 di Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Galang, Batam, ternyata punya kegiatan unik untuk mengusir kebosanan selama masa karantina.

Tahukah kamu itu apa?

Ya, mengisi waktu luang di sore hari, pasien Covid-19 itu tak hanya berolahraga. Mereka juga diminta memberi makan monyet. 

Ini salah satu kekhasan rutin pasien terkonfirmasi positif Covid-19 yang dikarantina di Galang.

Tak terkecuali, Sarma, karyawan swasta di Batam yang pernah diboyong ke RSKI karena positif Covid.

Baca juga: JUMLAH Pasien Covid-19 di RSKI Galang Batam Bertambah, Kini Rawat 158 Orang 

Baca juga: Ketua Satgas Covid-19 Positif Corona, Doni Monardo Akui Tak Rasakan Gejala Apapun

"Ya, tiap sore itulah kegiatan kami. Masih berkesan sampai sekarang," ujar mantan pasien Covid-19 ini, Sabtu (23/1/2021).

Ia mengakui memberi makan monyet, jadi semacam hiburan di sana, di samping mereka wajib berolahraga dan berjemur pada pagi dan sore hari.

"Di sana juga wajib pakai masker. Seluruh petugas pakai APD (alat pelindung diri)," kata Sarma.

Selain berjemur dan olahraga, aktivitas Sarma dan pasien lainnya wajib di dalam kamar. Nah, selama di kamar Sarma mengisi waktu luangnya dengan membaca buku dan menonton film.

Ia juga tak lupa selalu menghubungi keluarga, pacar dan temannya untuk sekadar saling menanya kabar.

Sebelum diizinkan pulang, Sarma telah menjalani dua kali swab.

Hasil swab kedua yang diambil petugas RSKI, menyatakan pria berusia 30 tahun ini negatif Covid. Karena hasil swab negatif, Sarma pun dipulangkan.

Pria yang akrab disapa Ciro ini mengaku, meski dipulangkan karena sudah negatif Covid, ia masih diwajibkan karantina mandiri selama seminggu di rumah.

Ia juga diharapkan keluar rumah saat kondisi benar-benar stabil. Sarma mengamini semua petunjuk petugas, agar ia benar-benar sembuh dari Covid.

"Pulang dari RSKI, harus karantina lagi di rumah. Tak apa-apa, yang penting cepat pulih," kata Sarma lagi sembari tertawa.

Ia merasa lega karena sudah dinyatakan negatif. Sebab awalnya, ia cukup kaget ketika divonis petugas Rumah sakit Elisabeth Baloi positif Covid.

Hal itu disampaikan petugas rumah sakit, dua hari setelah ia menjalani swab mandiri.

Jadi 6 hari sebelum melakukan Swab mandiri, Sarma mengalami demam tinggi. Selain itu tenggorokannya sakit hingga batuk kering.

Awalnya, Sarma berpikir jika ia hanya demam biasa, karena kecapekan dan kehujanan. Ia pun langsung mengonsumsi paracetamol dan antibiotik yang dibeli di salah satu apotek di Batam.

Dua hari kemudian, panasnya mulai turun. Namun batuk kering tetap berlanjut. Meski begitu, Sarma tetap memutuskan untuk berangkat kerja.

Keanehan terjadi saat ia hendak memakai hand sanitizer. Sarma tak mencium bau apa-apa. Bahkan saat menyemprot parfum, ia kembali merasakan hal yang sama.

"Jadi aku sempat ngomong, kenapa parfum nggak wangi. Terus teman aku yang duduk di pojok bilang, usdah wangi banget kok. Nah, kok aku nggak nyium bau apa-apa ya," tuturnya lagi.

Sadar ada hal yang tak beres dengan kondisinya, Sarma langsung menuju ruang kesehatan di kantornya.

Di sana, ia minta di-rapid test.

Hasil rapid yang keluar menyatakan Sarma non reaktif Covid. Namun hasil rapid test tak membuat Sarma puas. Ia kemudian berkonsultasi dengan dokter yang menangani Covid-19 di kantornya.

"Aku ceritakan semua gejala yang dirasa, dokter itu menyarankan agar aku swab, soalnya gejala yang aku rasa sudah mengarah ke Covid, apalagi karena kehilangan indera penciuman," katanya.

Lantaran sudah sore, Sarma pun menunda untuk melakukan swab hari itu. Ia memutuskan untuk swab esok harinya.

RS Elisabeth menjadi lokasi tujuan Sarma. Ia sengaja datang pagi hari agar bisa mendapat pelayanan cepat. Swab pun dilakukan petugas, dengan mengambil sampel lendir di hidung dan tenggorokan.

"Pulang dari rumah sakit, aku langsung isolasi mandiri. Aku takut menularkan ke yang lain. Dua hari hasil swab keluar dan dinyatakan positif. Aku diminta diam di rumah sampai ada panggilan," katanya.

Dua hari berlalu sejak dinyatakan positif, ternyata Sarma tak juga dihubungi tim gugus covid. Ia semakin bingung dan takut menularkan ke orang lain. Beberapa orang ia hubungi, namun hasilnya tetap nihil, ia tak juga dijemput.

"Akhirnya, saya kembali cerita ke dokter yang menyarankan swab kemarin. Kebetulan juga dokter itu penanggungjawab Covid di Pukesmas Baloi Permai. Dia minta saya foto hasil swab, esok harinya saya disuruh datang ke Pukesmas untuk kemudian dibawa ke RSKI," tutur Sarma lagi.

Di RSKI, ia mendapat berbagai vitamin dan obat anti virus selama 5 hari. Di sana, Sarma dan ratusan pasien Covid-19 lainnya juga diwajibkan bangun pagi dan melakukan aktivitas di luar ruangan. Di antaranya berolahraga, berjemur dan memberi makan monyet.

(tribunbatam.id / Roma Uly Sianturi)

Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved