Makna Tembang Macapat, Berisi Kisah Perjalanan Hidup Manusia dari Lahir hingga Mati

Masyarakat Jawa, terutama jaman dulu sangat mengenal tembang macapat. Tembang macapat kerap dinyanyikan oleh orangtua untuk menidurkan anak-anak.

Kompas.com
ilustrasi keluarga. Tembang macapat berisikan perjalanan hidup manusia dari lahir hingga kematian 

TRIBUNBATAM.id - Masyarakat Jawa, terutama jaman dulu sangat mengenal tembang macapat.

Tembang macapat kerap dinyanyikan oleh orangtua untuk menidurkan anak-anak.

Dalam pendidikan nasional, tembang macapa juga menjadi pelajaran muatan lokal.

Ada 11 jenis tembang macapat yakni maskumambang, mijil, sinom, kinanti, asmarandana, gambuh,
dandanggula, durma, pangkur, megatruh, dan pucung.

Semua jenis tembang macapat ini diyakini merupakan satu rangkaian yang menggambarkan perjalanan hidup manusia.

Masing-masing tembang menceritakan kisah hidup manusia mulai dari sebelum lahir hingga meninggal.

Baca juga: 13 Weton yang Diramalkan Bakal Sukses dan Banjir Rezeki di 2021, Termasuk Anda?

Setiap jenis tembang memiliki ciri-ciri atau watak tersendiri, seperti gembira, sedih, bijaksana, dan jenaka.

Mungkin generasi sekarang ada yang suka melihat wayang.

Nah, tembang-tembang macapat seringkali dilantunkan saat pagelaran wayang.

Tembang macapat berisikan petuah-petuah bagi kehidupan manusia.

Sehingga masyarakat Jawa jaman dulu menggunakan tembang macapat sebagai sarana menasihati anak.

Syair-syair tembang macapat ada yang berupa kiasan-kiasan. 

Berikut ini adalah makna tembang macapat.

Baca juga: Watak Wanita Weton Selasa Menurut Primbon Jawa, Punya Daya Pesona tapi Mudah Tergoda

1. Maskumambang

Maskumambang mengisahkan perjalanan hidup manusia di dalam kandungan.

2. Mijil

Mijil bisa diartikan keluar atau lahir.

Dengan demikian tembang mijil mengisahkan lahirnya bayi setelah sembilan bulan 10 hari dalam kandungan.

3. Kinanthi

Oleh masyarakat Jawa, kinanthi merupakan tembang anak-anak.

Tembang ini menceritakan perjalanan hidup anak-anak yang masih membutuhkan bimbingan orangtua.

4. Sinom

Sinom merupakan analogi dari anom atau anak muda.

Sehingga tembang sinom digunakan untuk mewakili kisah anak yang mulai beranjak dewasa.

Kisah mengenai anak yang masuk masa puber atau mengalami perubahan fisik dan psikis.

5. Asmarandana

Asmarandana bercerita mengenai asmara.

Setelah masa puber, anak muda mulai mengenal cinta atau jalinan asmara.

Masa di mana anak mulai menyukai lawan jenis. 

6. Gambuh

Setelah tumbuh cinta, perkembangan selanjutnya yakni mulai berkomitmen untuk membangun bahtera rumah tangga.

Dalam masa ini akan terjadi percampuran suami dan istri untuk menanamkan benih hasil kisah cinta.

7. Dhandhanggula

Dhandhanggula merupakan perumpamaan dari dandhang dan gula.

Masyarakat Jawa menggunakan dandhang untuk memasak, sedangkan gula menggambarkan manisnya kehidupan.

Sehingga dandhanggula bisa dimaknani kehidupan mencapai kesejahteraan dan berkecukupan dalam sandang maupun pangan

8. Durma

Tahapan kehidupan selanjutnya yakni munculnya rasa syukur atas apa yang sudah didapat.

Rasa syukur itu diwujudkan dengan berbagi ke sesama dalam bentuk derma atau Durma

9. Pangkur

Seiring dengan bertambahnya usia, manusia mulai menyingkirkan hawa nafsu.

Mereka pelan-pelan mulai meninggalkan gemerlang dunia dan memasuki masa memikirkan kehidupan akherat.

10. Megatruh

Megatruh berasal dari kata megat (pisah) dan ruh (roh).

Sehingga megatruh bermakna masa dimana ruh berpisah dengan jasad. 

Ruh akan kembali kepada Tuhan sang pencipta.

11. Pucung

Pucung atau pocong yakni saat ruh berpisah, maka yang tinggal hanyalah jasad terbungkus kain kafan untuk dimakamkan.

Nah, demikianlah jenis tembang macapat yang berisikan petuah-petuah.(tribunbatam)

Editor: Agus Tri Harsanto

baca berita terbaru di google news

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved