Saat Diminta Tokoh Ini Serahkan Kekuasaan Kepada Soeharto, Soekarno Marah dan Lempar Asbak ke Hasjim

Soekarno sempat marah sampai melempar asbak kepada Hasjim. Proses itu diceritakan dalam biografi Hasjim Ning dan Alamsyah.

Kolase pustry.blogspot.com/Instagram - jadoel.ig
Kolase Foto Soeharto dan Soekarno 

TRIBUNBATAM.id - Sosok Presiden Soekarno  tak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia.

Nama besar Presiden Soekarno  masih teraptri di hati rakyat Indonesia hingga maut menjemput.

Presiden Soekarno sempat dibujuk oleh dua pengusaha untuk menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.

Dua orang tersebut justru datang dari orang yang punya hubungan akrab dengan Presiden Soekarno.

Bahkan satu di antaranya bebas keluar masuk kamar Presiden Soekarno.

Hal tersebut terjadi, sebelum Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret ( Supersemar).

Baca juga: Rismawati Simarmata Berani Gugat Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ternyata Lulusan Australia

Bujukan itu datang dari dua pengusaha yang juga disebut sebagai orang dekat Soekarno, Hasjim Ning dan Dasaad.

Cerita ini terungkap dalam biografi Hasjim Ning yang ditulis AA Navis berjudul Pasang Surut Pengusaha Pejuang,

Otobiografi Hasjim Ning (1987), serta buku otobiografi Alamsjah Ratu Prawiranegara, Perjalanan Hidup Seorang Anak Yatim (1995).

Alamsjah Ratu Prawiranegara, yang saat itu menjabat Asisten VII Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Soeharto,

mengusulkan untuk mengirim Dasaad dan Hasjim Ning.

Baca juga: Saat Diusir dari Istana, Soekarno Cuma Bawa Bungkusan Koran, Ternyata Isinya Benda Ini, Jimat?

Kedua pengusaha itu diminta membujuk Soekarno agar membubarkan Partai Komunis Indonesia ( PKI)

dan menyerahkan mandatnya kepada Soeharto. Pertemuan disebut berlangsung 6 Maret 1966.

Mereka berdua dianggap sebagai sosok yang dipercaya oleh Soekarno.

Saking dekat dan percayanya, kata Alamsjah dalam otobiografinya, Dassad dapat bebas keluar-masuk kamar Soekarno.

"Alamsyah tahu betul siapa saja orang-orang yang dekat dengan Soekarno.

Untuk membujuk perlu memakai orang-orang yang dekat dengan Soekarno," ujar sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam dalam wawancara dengan kepada Kompas.com, 6 Maret 2016.

Baca juga: Sebelum Dikremasi, Pastor Pimpin Misa Atas Meninggalnya Menantu Presiden Soekarno

Kecurigaan Soekarno

Alamsjah bertemu Dasaad dan Hasjim di rumah Dasaad, Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.

Ketika itu, Alamsjah menceritakan bahwa negara dalam keadaan kritis.

Soekarno tidak memenuhi tuntutan untuk membubarkan kabinet tapi malah memperbanyak menteri,

tidak menurunkan harga melainkan menurunkan nilai uang, dan tidak membubarkan PKI.

Oleh karena itu, Alamsjah meminta Dasaad dan Hasjim menemui Presiden Soekarno di Istana Bogor.

Mereka diminta meyakinkan Soekarno bahwa Letjen Soeharto telah membuktikan kemampuannya mengendalikan keadaan.

Baca juga: Jokowi Mirip Soekarno! Sejarah Masyumi, Pembubaran HTI & FPI Jadi Sejarah Gerakan Islam Indonesia

"Jenderal Soeharto akan mampu melaksanakan penertiban dengan tuntas,

apabila Presiden Soekarno mau melimpahan kekuasaannya," kata Alamsjah, dikutip dari otobiografi Hasjim Ning.

Namun, otobiografi Hasjim Ning menyebut bahwa pertemuan itu berlangsung 10 Maret 1966.

Hal ini berbeda dengan versi Alamsjah yang menyebut pertemuan itu dilakukan pada 6 Maret 1966, Hasjim Ning dan Dasaad setuju.

Kemudian ada catatan, mereka membujuk Soekarno untuk menyerahkan pemerintahan, bukan melimpahkan kekuasaan.

Mereka dibekali surat keterangan dari Menpangad Letjen Soeharto yang menyatakan

sebagai penghubung antara Menpangad dengan Presiden Soekarno.

Baca juga: Soekarno dan Mohammad Hatta Baru Akan Dapat Gelar Pahlawan Hari Ini

Setibanya di Bogor dan berbicara dengan Soekarno, mereka mengatakan perihal penyerahan kekuasaan.

"Kedua orang itu membawa surat dari Soeharto.

Dengan berbekal surat dari Soeharto, Mereka datang ke Bogor dan meminta supaya Soekarno tetap Presiden,

tetapi urusan pemerintahan sehari-hari diserahkan kepada Soeharto," kata Asvi.

Menurut penuturan Asvi, Hasjim berkata kepada Soekarno,

"Menteri-menteri Bapak tidak melaksanakan tugasnya lagi.

Keluar rumah pun mereka tidak. Sehingga, Bapak sama sekali tidak terbantu.

Baca juga: Malaysia Buka Suara Tentang Parodi Akun YouTube MY Asean yang Lecehkan Indonesia dan Soekarno

Hanya seorang yang berfungsi dan mampu melaksanakan tugasnya, yakni Jenderal Soeharto."

"Ah, kamu bicara seenaknya saja," kata Soekarno.

"Aku tahu itu Soeharto menyuruh Sarwo Edhie memimpin mahasiswa untuk demonstrasi.

Mestinya dia larang itu demonstrasi."

Soekarno menaruh curiga, "Apa kamu disuruh Soeharto datang ke sini?"

Ketika itu keduanya belum menyerahkan surat dari Menpangad.

Hasjim berkilah, namun dia memberanikan diri menyatakan,

Baca juga: 50 Kumpulan Ucapan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, dari Soekarno, Tan Malaka, hingga Soe Hok Gie

"Kalau Bapak menyerahkan pimpinan pemerintahan kepada Jenderal Soeharto,

Bapak akan tetap berada di tengah-tengah rakyat yang mencintai Bapak."

Usul itu pun ditolak Presiden Soekarno.

Soekarno melempar asbak

Menurut penuturan Asvi, mengutip dari buku biografi Alamsjah,

Soekarno sempat marah sampai melempar asbak kepada Hasjim.

Saat itu Soekarno membentak, "Kamu juga sudah pro-Soeharto."

Baca juga: Habib Rizieq Shihab Tiba di Tanah Air, Sampai Pukul 9 Pagi dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta

"Soekarno sangat marah waktu itu, dan menurut Hasjim Ning, Soekarno sempat melemparkan asbak ke dirinya.

Proses itu diceritakan dalam biografi Hasjim Ning dan Alamsyah,

walaupun mereka memberikan tanggal yang berbeda," ucap Asvi.

Upaya membujuk Soekarno, seperti diakui Hasjim Ning dan Alamsjah Ratu Perwiranegara, gagal.

Kemudian, terjadilah peristiwa pada 11 Maret 1966.

Saat itu, tiga jenderal mendatangi Soekarno di Istana Bogor.

Soeharto mengirim petinggi Angkatan Darat, yaitu Mayjen Basuki Rachmat,

Brigjen Muhammad Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud.

Baca juga: 23 Penerbangan Domestik di Soekarno-Hatta Terlambat

Ketiga jenderal itu meminta Soekarno mengeluarkan surat perintah yang kemudian dikenal sebagai Supersemar.

Dengan Supersemar, Soeharto menjalankan kekuasaannya jauh dari sekadar mengatasi keadaan.

Sehari setelah menerima Supersemar, Soeharto langsung membubarkan Partai Komunis Indonesia.

Padahal, seperti ditegaskan Soekarno dalam pidato 17 Agustus 1966, Supersemar bukan surat transfer of authority (pengalihan kekuasaan).

Supersemar hanya surat perintah pengamanan.

"Jika melihat rangkaian peristiwa sebelum 11 Maret, artinya sudah ada upaya membujuk melalui orang-orang terdekat Soekarno.

Karena gagal, dicoba lebih keras lagi melalui demonstrasi dari mahasiswa dan tentara, kemudian mengirim tiga jenderal," tutur Asvi.

Direncanakan dan penuh tekanan

Menurut Asvi, pertemuan sebelum 11 Maret 1966 itu menunjukkan adanya peristiwa yang tidak spontan,

Baca juga: Ketika Megawati Soekarnoputri Dongkol Terus Dituduh PKI, Minta Bukti Lama-lama Saya Kesal

melainkan direncanakan dan penuh nuansa tekanan.

"Ada serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Soeharto. Semua itu tidak ada di buku sejarah.

Bukan melemahkan lagi, tapi menghabisi kekuasaan Soekarno," ucap Asvi.

Akan tetapi, mengutip arsip Harian Kompas terbitan 31 Maret 1982,

Amirmachmud mengaku tidak tahu menahu soal peristiwa pertemuan kedua pengusaha itu dengan Soekarno.

Menurut Amirmachmud, Supersemar tidak pernah direncanakan, disusun konsepnya, atau didiskusikan terlebih dulu.

"Karena itu saya selalu mengatakan, SP 11 Maret adalah pemberian Tuhan yang mencintai bangsa Indonesia," kata Amirmachmud yang saat itu menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri.

Sedangkan dalam buku Jenderal M Jusuf, Panglima Para Prajurit (2006),

Jusuf mengaku bahwa Hasjim Ning pernah menceritakan pertemuan itu. Namun, Jusuf tidak mau bercerita lebih jauh mengenai pertemuan itu. (*/tribunbatam.id)

BACA JUGA BERITA TERBARU TRIBUNBATAM.id di GOOGLE NEWS, klik di sini

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Pengusaha Ini Dilempari Asbak Oleh Presiden Soekarno, Lantaran Permintaan Ini

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved