Masih Ingat Bom Meledak di 3 Gereja di Surabaya? Pelakunya Satu Keluarga, Kini Terulang di Makassar

Tragedi bom meledak di Gereja Katedral Makassar Minggu (28/3/2021) mengingatkan dengan ledakan bom di tiga gereja di Surabaya.

TRIBUNJATIM.com
Kapolri Jenderal Tito Karnavian (kanan) saat memberikan keterangan terkait teror bom di Surabaya 

TRIBUNBATAM.id - Tragedi bom meledak di Gereja Katedral Makassar Minggu (28/3/2021) mengingatkan dengan ledakan bom di tiga gereja di Surabaya.

Bom di Gereja Katedral dilakukan oleh dua orang menggunakan sepeda motor.

Ledakan tiga Bom di Surabaya terjadi tiga tahun silam, tepatnya pada Minggu (13/5/2018).

Pelakunya adalah satu keluarga yakni suami, istri, dan anak perempuan berusia 9 tahun.

Tiga tahun silam, tepatnya Minggu (13/5/2018), bom meledak di tiga gereja di Surabaya. 

Pelaku bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya diduga satu keluarga.

Hal itu disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian, berdasarkan hasil investigasi polri, Minggu (13/5/2018).

"Pelaku diduga satu keluarga," ungkap Kapolri saat konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) petang.

Selang sekitar lima menit kemudian bom kedua meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno dan tidak lama kemudian bom meledak di gereja GKI di jalan Diponegoro.

Menurut Kapolri, pelaku yang menyerang di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya yang menggendarai Mobil Avanza adalah bapaknya, bernama Dita.

Dita melakukan serangan bom bunuh diri dengan cara menabrakkan mobil yang dikemudikannya ke Gereja Pantekosta.

BOM GEREJA - Polisi mengusir wartawan dan warga yang mendekat di sekitar lokasi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jl Arjuno, Surabaya, Minggu (13/5). Ledakan terjadi di tiga lokasi di Surabaya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela pada waktu yang hampir bersamaan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
BOM GEREJA - Polisi mengusir wartawan dan warga yang mendekat di sekitar lokasi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jl Arjuno, Surabaya, Minggu (13/5). Ledakan terjadi di tiga lokasi di Surabaya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela pada waktu yang hampir bersamaan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (Surya/JUNI KRISWANTO)

"Diduga keras Dita," tegas Kapolri.

Namun sebelum melakukan aksinya, Dita terlebih dahulu mengantar isteri dan dua anak perempuannya di Gereja GKI Jalan Diponegoro.

"Isterinya yang diduga meninggal bernama Puji Kuswati. Kemudian anaknya yang perempuan berumur 12 tahun dan PR (9 tahun)," ujar kapolri.

Di lokasi ledakan ketiga di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, kata Kapolri, pelakuanya adalah dua laki-laki yang juga merupakan putera dari Dita.

"Putera dari pak Dita, yang satu namanya YD usianya 18 tahun. Dan F, usianya 16 tahun," jelas Kapolri.

Kapolri tegaskan semua serangan di tiga Gereja adalah serangan bom bunuh diri.

Sejak pagi hingga sore ini, total ada 13 korban tewas dan korban luka jumlahnya masih sama 41 orang.

Anggota JAD

Kapolri Jenderal Tito Karnavian kepada media menyampakan bahwa pelaku adalah anggota jemaah JAD.

Kelompok ini tidak lain adalah sel jaringan ISIS.

"Dita adalah Ketua JAD (jaringan Ansarut Daulah) Surabaya."

"Jaringan ini kaitannya dengan JAT (Jaringan Ansarut Tauhid). Keduanya terkait dengan ISIS," kata Tito.

Pimpinan mereka adalah Aman Abdurahman yang yang saat ini ditahan di Mako Brimob.

Jaringan mereka terkait dengan jaringan teroris ISIS.

JAD di Surabaya adalah bagian sel jaringan ISIS.

Kapolri mencatat baik anggota JAD maupun JAT saat ini telah berangkat ke Siria.

Namun ada yang sudah kembali ke Indonesia.

Tito mencatat anggota ISIS di Indonesia yang berangkat sebanyak 1.100. Sebanyak 500 ada di Syiria sekarang. Sebanyak 103 telah meninggalkan Syiria dan 500 di deportase.(*)

Berita tentang Bom di Makassar

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved