ROHANI KRISTEN
Renungan Kristen, Ketulusan Hati Yesus Membuat diri-Nya Lakukan Kehendak Bapa Dengan Ketaatan
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku.
Tuhan Yesus, setelah melewati malam di mana Ia berdoa dan menyatakan “Jadilah kehendak-Mu”; yang terjadi kemudian adalah penangkapan, penahanan, penistaan, penyiksaan, penganiayaan, penghinaan, dan penyaliban. Sangat jauh dari dugaan banyak orang yang mungkin berpikir ketika berkata “Jadilah kehendak-Mu” maka semua urusan dan persoalan menjadi lancar, berjalan dengan baik dan mengalami berkat TUHAN.
Baca juga: Doa Kristen Saat Bangun Pagi dan Ingin Memulai Aktifitas, Minta Penyertaan Yesus Kristus
Tuhan Yesus memahami dan menerima konsekuensi dari penyerahan diri-Nya terhadap kehendak Bapa di sorga dengan ketulusan hati. Tidak berbantah, tidak bersungut-sungut, tidak ada penyesalan sedikit pun terhadap kehendak Bapa yang harus Ia jalani.
“Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” Yesaya 53:7
Bagaimana? Apakah kita memahami konsekuensi apa yang menanti kita dalam penyerahan diri kepada kehendak Bapa; ketika kita berdoa dan berkata: “Jadilah kehendak-Mu?” Lebih dari itu, apakah kita siap untuk melakukannya? Ketulusan hati ini adalah kuncinya. Ketulusan hati Yesus membuat diri-Nya melakukan semua kehendak Bapa dengan penuh ketaatan.
“Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Filipi 2:5-8
Rasul Paulus menjabarkan implementasi dari ketulusan dan ketaatan Tuhan Yesus dalam mengikuti kehendak Bapa dengan hal-hal praktikal yang perlu dilakukan dalam kehidupan orang percaya sebagai berikut:
“Hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.”
Baca juga: Doa Kristen Bagi Orang Sakit, Memohon Kesembuhan Dari Tuhan Yesus Kristus
Filipi 2:2-4
Ketika kita menjalaninya bukan untuk kepentingan kita sendiri, melainkan demi kepentingan bersama, maka kita bisa menerima konsekuensi dari penyerahan diri kepada kehendak Bapa di Sorga.
Ayub juga memberikan teladan yang baik mengenai hal ini. Di tengah pergumulan dan persoalan hidup yang sangat berat yang dialaminya, perkataan ini yang keluar dari mulut Ayub ketika istrinya berupaya untuk membuatnya mengutuki TUHAN:
“Maka berkatalah isterinya kepadanya: “Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!”
Tetapi jawab Ayub kepadanya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?”
Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya” Ayub 2:9-10
Jika hal tersebut adalah sesuai dengan kehendak Bapa, entah yang kita akan hadapi adalah hal yang baik atau yang buruk, kita terima dan kita lakukan dengan ketulusan hati, dengan iman percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. (Roma 8:28)
Jadilah pribadi yang dengan penuh ketulusan menerima keputusan Bapa di sorga. (*)