HUMAN INTEREST
KISAH Hidup Maurien Nugraha Timisela Hingga Abdikan Diri Jadi Pelayan Tuhan
Maurien Nugraha Timisela kini menjadi pendeta di Gereja GPIB Ora Et Labora Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri.
Penulis: Yeni Hartati | Editor: Septyan Mulia Rohman
KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Pendeta Maurien Nugraha Timisela tampak berbeda dibanding pendeta lainnya.
Jelas saja, sebab wanita 48 ini merupakan satu-satunya pendeta perempuan di gereja GPIB Ora Et Labora Kecamatan Meral, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepri.
Lingkungan agama yang kuat memang sudah lekat dengan Maurien sedari kecil.
Lahir dari keluarga sederhana Maurien kecil selalu rajin beribadah, hingga aktif dalam kegiatan gereja sampai sekolah Minggu.
Menjadi pelayan Tuhan mulai mantap menjadi pilihan hidupnya ketika sering ditanya soal cita-citanya oleh kedua orang tuanya.

Ia sempat bingung ketika Sang Ayah yang kerap bertanya mengenai cita-citanya.
Niat bulatnya untuk menjadi pelayan Tuhan itu, ia sampaikan kepada ayahnya yang kini sudah tenang di Surga ketika Maurien di bangku SMA.
Sejak saat itu, Sang Ayah menjaga pergaulannya dengan ketat.
Termasuk dengan lawan jenis, cara berpakaian, apalagi melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
Bertambah usia remaja dan memasuki dunia perkuliahan, ia memutuskan untuk kuliah di salah satu Universitas ternama di kota Makasar dengan mengambil jurusan Teologi.
Takdir Tuhan berkata lain. Sang Ayah yang selama ini mendorong dan mendukung Maurien sedari remaja untuk membantu mewujudkan cita-citanya, tak sempat melihat anaknya menjadi seorang Pendeta.
Maurien Nugraha Timisela tak mau terus menerus berlinang duka.
Setelah kepergian Sang Ayah, ia pergi ke gereja GPIB pusat.

Di gereja inilah, ia memulai perjalanan hidupnya menjadi seorang pelayan Tuhan.
Sebelumnya, ia harus melewati beberapa tahapan yang mengharuskan ke Depok, Provinsi Jawa Barat dan Pangkal Pinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama dua tahun.