Masitoh Dijuluki Pembuat Masalah oleh Mertuanya, Orangnya Ngeyel Hingga Sering Cekcok Sama Ipar
Nama Masitoh pertama kali jadi sorotan lantaran kabar pasutri yang melakukan mudik dengan berjalan kaki.
TRIBUNBATAM.id, BATAM- Terungkap jika Masitoh ternyata diberi julukan pembuat masalah.
Julukan tersebut disematkan oleh sang mertua.
Hal itu lantaran Masitoh dikatakan orang yang ngeyel dan sering sekali cekcok sama saudara iparnya.
Nama Masitoh pertama kali jadi sorotan lantaran kabar pasutri yang melakukan mudik dengan berjalan kaki.
Pasangan suami istri itu yakni Dani Rahmat (38) dan Masitoh Ainun (36).
Keduanya mengaku mudik jalan kaki dari Gombong, Jawa Tengah ke Bandung.
Kisah mereka pun viral di media sosial.
Bahkan keluarga ini mendulang simpati publik setelah pengakuan mudik jalan kaki itu.
Keluarga tersebut mengaku terpaksa jalan kaki ratusan kilomenter karena hanya memiliki uang Rp 120 ribu.
Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya benar sebab Dani dan Masitoh beserta dua anak mereka itu hidup di jalan.
Masitoh adalah sosok yang memberikan ide agar keluarganya hidup di jalan setelah Dani berhenti bekerja.
Dani dan Masitoh bukan warga asli Bandung.
Sekretaris Desa Pananjung, Ridwan, mengungkapkan, awalnya ada konfirmasi dari Polres bahwa saat di-BAP ia mengaku warga Pananjung.
"Makanya dari polres mungkin menelepon Kapolsek, Kapolsek dengan Bhabinkamtibmasnya ke sini langsung, maka kami antisipasi, yaitu tentang karantina (sebab dalam kondisi Covid-19)," kata Ridwan di Kantor Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Minggu (9/5/2021).
Ridwan mengatakan, dilihat dari data administrasi kependudukan, keluarga yang viral berjalan kaki itu bukan merupakan warga Desa Pananjung.
"Beliau bukan orang Desa Pananjung, enggak tahu kami juga, tapi kata istrinya (identitasnya) masih di Medan," kata Ridwan.

Ridwan mengungkapkan, sebetulnya hanya orang tua dari laki-lakinya, yakni Dani terdaftar sebagai warga di Desa Pananjung, sedangkan istrinya berasal dari Medan.
Adik Dani, Fitria Anisa (18) mengatakan keluarga kakaknya itu sempat datang ke rumah ibunda Dani, Lilis Suryani (56) di Kampung Bojong Sayang, RW 1, RT 3, Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.
Fitria menjelaskan bahwa ia sempat cekcok dengan Masitoh.
"Saya enggak terima ibu saya digituin (dibentak-bentak). Memang setiap kali ke sini kerap membuat masalah," kata Fitria.
Pasangan Dani dan Masitoh itu disebut Lilis selalu membuat masalah.
Setiap datang ke rumahnya, Lilis dan Dani kerap bertengkar.
Sudah satu tahun Masitoh dan suaminya hidup di jalan setelah tempat mereka bekerja bangkrut.
"Mesin jahit diambil bos, jadi bingung kerjaan enggak ada. Yang ngajak hidup di jalan, saya. Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan. Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh saat ditemui di tempat karantina, di Kantor Desa Pananjung, Kecamatan Canggunga, Kabupaten Bandung, Minggu (9/5/2021).
Selama hidup di jalan, Masitoh dan Dani kerap berpindah-pindah.
Mereka keliling dari Bandung, Karawang, Tegal, Gombong, sebelum kembali ke Bandunglagi.
Pada akhirnya Masitoh mengakui dia tidak mudik dari Gombong ke Cangkuang.
Ia dan suaminya dengan membawa kedua anaknya sengaja melakukan perjalanan untuk menghidupi keluarga.
Mereka berjalan kaki dan menumpang kendaraan untuk mencari pekerjaan.
Menurut Masitoh, baru sekitar seminggu lalu, mereka kembali melakukan perjalanan.
Masitoh menjelaskan rute perjalanan sebelum mereka viral mudik jalan kaki.
"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta. Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.
Setelah itu, kata Masitoh, dari Cikarang, mereka menuju Cikampek, Karawang, Subang, dan Indramayu.
"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus. Ditanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.
Setelah di Tegal, menurut Masitoh, ia dan keluarganya jalan ke Gombong, Jawa Tengah.
Nah, dari Gombong, mereka balik lagi.
"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.

Selama melakukan perjalanan dan hidup di jalanan, Masitoh mengaku ia dan suami mencari pekerjaan namun tidak kunjung mendapat jalan keluar.
"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat. Cuma tidak hanya sambil diam, sambil cari kerja, tapi itu memang yang namannya cari kerja susah," katanya.
Masitoh memaparkan, selama satu tahun keliling, dia mengibaratkan jalan-jalan gratis.
Kalau tak ada tumpangan, jalan kaki.
"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.
Hal tersebut dilakukan, kata Masitoh, saat anaknya yang kecil berusia empat bulan dan sekarang sudah berusia 1,6 tahun.
"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit. Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, kan gitu kan," ujar Masitoh.
Baca berita terbaru lainnya di Google
Artikel ini diolah dari laporan wartawan TribunJabar.id, Lutfi Ahmad