Intip Potret Suku Ngalum yang Tinggal di Pegunungan Bintang, Dituding Sebagai Mata-mata TNI

Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.

Dok Jubi
Intip Potret Suku Ngalum yang Tinggal di Pegunungan Bintang, Dituding Sebagai Mata-mata TNI 

Salah seorang peneliti antropologi Eropa yang beberapa kali datang ke Pegunungan Bintang adalah Wulf Schiefenhoevel. Peneliti dari Max Planck Institut Starnberg-Seewiesen, Jerman ini menyandang gelar profesor untuk antropologi medis dengan puluhan penelitian.

Wulf Schiefenhoevel pertama kali datang ke Pegunungan Bintang pada 1974. Ketika itu, Wulf bersama timnya mencapai sebuah lembah di pedalaman Papua yang kini dikenal sebagai Kabupaten Pegunungan Bintang.

Sebelumnya, Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha), pada akhir 1960 yang dipimpin Kapten Feisal Tanjung hanya menyebut Lembah X, untuk sebuah lembah di pertemuan tiga Sungai Eipo (Mek). Tiga sungai itu membentuk seperti huruf X, “Saya kasih nama Oksibil dari bahasa penduduk,” kata Schiefenhoevel.

Wilayah Pegunungan Bintang. Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Dok. Jubi
Wilayah Pegunungan Bintang. Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.

Sementara nama Oksibil berasal dari bahasa Suku Ngalum, terdiri dari kata Ok yang artinya air. Oksibil berarti lokasi permukiman Suku Ngalum di tepi Sungai Sibil. Oksibil pun kini jadi ibu kota Pegunungan Bintang.

Lahir pada 1943, Wulf Schiefenhoevel pertama kali menjejakkan kakinya di Papua pada 4 Juli 1974.

Wulf mengenang, petualangannya di dalam belantara Pegunungan Bintang pada 1974-1976, didanai oleh Pemerintah Jerman.

Rombongan pertama yang dia pimpin merupakan penelitian besar dari proyek bertajuk “Mensch, Kultur und Umwelt in Zentralen Bergland von Irian Jaya (Manusia, Budaya dan Lingkungan di Pegunungan Sentral Irian Jaya)”.

Selama empat tahun meneliti, berbagai kebutuhan hidup dan peralatan penilitian diterjunkan dari udara, tiga atau empat kali selama dua tahun.

Pada 2018, Wulf Schiefenhoevel datang lagi. Tentu dengan suasana yang sudah jauh berubah. Ia bersama timpalannya, arkeolog asal Perancis Dr. Marian Vanhaeren.

Mereka berhasil membuktikan adanya aktivitas manusia prasejarah, berupa arang sisa pembakaran dan tulang hewan kecil sejenis marsupial di Gua Emok Tum, Kabupaten Pegunungan Bintang.

Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Dok. Jubi
Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.

Menurut Wulf Schiefenhovel, sisa arang bekas aktivitas manusia zaman dulu yang diperkirakan pada 2.140 tahun lalu.

“Sebenarnya kami kurang berkenan dengan penemuan ini, karena di salah satu tempat di Papua New Guinea (PNG) ada penemuan yang lebih lama yakni 8.000 tahun lalu. Tapi penemuan ini cukup membahagiakan bagi penduduk di Oksibil karena nenek moyang mereka telah mengenal api sebelum Tuhan Yesus lahir,” katanya.

Wulf dan Vanhaeren berharap, dapat menemukan goa dengan tanda-tanda kehidupan masa lampau yang lebih tua, “Orang Papua pertama tiba di Tanah Papua 40.000 atau 50.000 tahun yang lalu,” ujarnya.

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, mengatakan nenek moyang pertama Papua hanya mengenal budaya membuat api dan berburu. Hal ini menguatkan temuan Wulf dan rekannya itu.

Leluhur pertama Papua kemudian bercocok tanam keladi, pisang, buah merah, dan tebu. Mereka hanya mengolah bahan makanan dengan cara dibakar saja, sebelum mengenal manfaat babi, anjing, dan ayam.

Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Dok. Jubi
Di dalam hutan negeri atas awan Papua ini, Suku Ngalum dituding menjadi mata-mata TNI oleh KKB Ngalum Kupel pimpinan Lamek Taplo.
Sumber: Tribun Medan
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved