Sosok Hatshepsut, Firaun Wanita Mesir Kuno yang Kecantikannya Saingi Cleopatra
Hatshepsut diperkirakan lahir sekitar tahun 1508 sebelum masehi (SM) dari seorang ayah yang berama Thutmose I dan ibu Ahmose
TRIBUNBATAM.id - Selama lebih dari 3.000 tahun, Mesir (Egypt) adalah peradaban besar yang berkembang di sepanjang tepi Sungai Nil
Sungai Nil merupakan sungai dengan aliran terpanjang di dunia dan sering disebut sebagai bapak sungai di benua Afrika.
Nama Nil berasal dari bahasa Yunani Neilos (Latin: Nilus), kemungkinan berasal dari akar bahasa Semit naḥal, yang berarti sebuah lembah atau lembah sungai.
Keberadaan sungai nil tidak dapat dipisahkan sejak peradaban besar Mesir kuno.
Dari lembah sungai inilah peradaban Mesir kuno sejak era Firaun berkembang.
Banyak kisah, cerita, mozaik, catatan menarik diungkap arkeolog dan sejarawan mengenai mesir kuno di zaman Firaun (Pharaohs).
Dalam alkitab Ibrani, Mesir diceritakan sebagai tempat orang-orang Yahudi awal memulai perjalanan untuk memasuki tanah perjanjian, tanah Kanaan.
Alkitab Ibrani menceritakan tentang perbudakan anak-anak Israel oleh Fiaruan Mesir yang sangat berkuasa sehinggga mengakibatkan eksodus besar-besaran ke tanah Kanaan.
Iistilah Firaun atau pharaoh, dilansir dari laman britannica, kata itu secara etimologi berarti "rumah besar".
Makna aslinya adalah istana kerajaan.
Oleh orang di jaman modern, istilah Firaun secara metonimi dipakai untuk menyebut raja Mesir di bawah Kerajaan Baru (dimulai pada dinasti ke-18, 1539–1292 SM), dan pada dinasti ke-22 (c. 945–c. 730 SM).
Orang Mesir kuno sendiri tidak menggunakan kata Firaun untuk menyebut raja mereka.
Dalam sejarah, banyak Firaun yang pernah berkuasa di Mesir. Kekuasaan mereka ada yang panjang ada yang singkat.
Salah satu firaun yang cukup terkenal bernama Hatshepsut.
Sesuai namanya, Hatshepsut bukan laki-laki, melainkan firaun wanita.
Hatshepsut merupakan ratu Mesir selama dinasti Kedelapan Belas.
Hatshepsut diperkirakan lahir sekitar tahun 1508 sebelum masehi (SM) dari seorang ayah yang berama Thutmose I dan ibu Ahmose.
Tentu, Anda pernah mendengar tentang Cleopatra dan Nefertiti, tetapi mungkin jarang untuk nama Hatshepsut.
Sampai saat ini, sejarawan belum banyak menggambarkan secara utuh dan lengkap sosok ratu Hatshepsut.
Immanuel Velikovsky, seorang sarjana berdarah Yahudi, pengarang buku-buku kontroversial membuat klaim yang mencengangkan pada pada tahun 1952.
Dia menyebut Ratu Sheba yang diceritakan dalam alkitab ibrani adalah ratu Hatshepsut.
Menurut dia, Ratu Sheba tidak hanya ada dalam sejarah, tetapi juga meninggalkan banyak potret dirinya serta catatan perjalanannya yang terkenal ke Israel.
Ratu Sheba, menurut Velikovsky tidak lain tidak bukan adalah Hatshepsut, firaun Mesir yang membangun telah sebuah kuil yang indah di luar Thebes di dinding tempat dia mengabadikan peristiwa terpenting dalam hidupnya.
Sejauh mana kebenaran pernyataan Immanuel Velikovsky, masih perlu banyak kajian.
Para sejarawan dan arkeologi kuno belum berani berspekulasi demikian.
Berikut adalah fakta Hatshepsut yang telah dihimpun para sejarawan:
1. Dia Menikahi Saudara tirinya
Hatshepsut lahir sebagai putri penguasa abad ke-15 SM Thutmose I dan istri utamanya, Ratu Ahmose.
Thutmose memiliki seorang putra dengan seorang selir, Thutmose II, yang akan menggantikan ayahnya.
Hatshepsut kemudian menikahi saudara tirinya Thutmose II.
2. Saudara dan Putrinya Semua Meninggal Muda
Ahmose dan Thutmose memiliki empat anak.
Anak-anak mereka adalah putri Hatshepsut dan Nefrubity, dan putra Wadjmose dan Amenmose.
Sayangnya, hanya Hatshepsut yang tampaknya selamat dari masa kanak-kanak.
Selama pernikahannya dengan Thutmose II, Hatshepsut hanya melahirkan satu anak, seorang putri, Neferure.
Rencananya, Nefrure akan menikahi saudara tirinya, Thutmose III (putra Thutmose II dari seorang selir).
Hatshepsut bergelar "Raja" ketika dia menjadi firaun.
Putrinya diberi gelar "Istri Tuhan" sebagai bagian dari ritual.
Karena kurangnya penyebutan Nefrure di tahun-tahun terakhir Hatshepsut sebagai firaun, bukti menunjukkan bahwa dia meninggal muda, kemungkinan besar sebelum menikahi saudara laki-lakinya.
3. MerebutTakhta dari Keponakan/Anak Tirinya, Thutmose III
Thutmose II meninggal sekitar tahun 1497 SM.
Ia menjadi ayah dari Thutmose III, dengan istri kedua sebelum kematiannya.
Karena Thutmose III masih terlalu muda untuk memerintah ketika Thutmose II meninggal, orang lain harus memerintah sampai ia dewasa.
Hatshepsut siap untuk melangkah karena telah dipersiapkan dengan baik untuk pemerintahan.
Seiring berlalunya waktu dan Thutmose mendekati kedewasaan, Hatshepsut tidak melonggarkan cengkeraman kekuasaan.
Selama beberapa tahun, dia melanjutkan untuk berkuasa, tetapi tujuh tahun kemudian, Hatshepsut terang-terangan merebut gelar penuh seorang raja.
4. Penasihat Nomor Satunya Mungkin Adalah Kekasihnya
Setelah suaminya meninggal, Hatshepsut memiliki banyak penasihat.
Di antara mereka adalah Ahmose Pennekhbet yang berumur panjang dan arsitek Senenmut.
Senenmut merancang kuil pemakaman Hatshepsut di Deir el-Bahri, sebuah struktur yang megah.
Dia juga mengukir rupa dirinya ke beberapa tempat rahasia di kapel di pelipisnya.
Senenmut sangat dekat dengan keluarga kerajaan yang menjadi tutor Putri Neferure dan digambarkan memeluknya di salah satu monumen.
Para arkeolog menemukan beberapa lusin patung Senenmut.
Apakah Hatshepsut dan Senenmut adalah sepasang kekasih atau hanya memiliki hubungan kerja yang baik masih diperdebatkan.
Sumber : Intisari Online