CORONA KEPRI
1.626 Warga Batam Jalani Isolasi Mandiri, Warga Minta Pengawasan Diperketat
Sesuai Data Tim Gusus Covid-19, Kota Batam, sebanyak 1.626 orang pasien Covid-19 menjalani isolasi mandiri yang tersebar di Kota Batam.
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Isolasi mandiri bagi pasien Covid-19 di Batam menjadi kekhawatiran baru bagi masyarakat.
Pasalnya pengawasan terhadap pasien Isolasi mandiri tersebut tidak semuanya tercover.
Baik oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) maupun Puskesmas di wilayah tempat pasien yang menjalani isolasi mandiri.
Saat ini, sesuai Data Tim Gusus Covid-19, Kota Batam, sebanyak 1.626 orang pasien Covid-19 menjalani isolasi mandiri yang tersebar di Batam.
Hal tersebut sangat mengkhawatirkan masyarakat sekitar.
Pasalnya, jika pasien yang isolasi mandiri tak diawasi dengan baik, maka sangat besar kemungkinan pasien tersebut masih melakukam aktifitas.
Bahkan lebih dikahawatirkan lagi pasien isolasi mandiri tetap bersosialisasi dengan lingkungan dan bisa saja masih bekerja.
Ketua Solidaritas Masyarakat Sagulung (SMS) Kota Batam, Mohammad Zainal Arifin mengatakan, pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri sangat besar kemungkinan menjadi penyebar covid-19.
Baca juga: DIDUGA Terpapar Covid-19 dari Istrinya, Kadinkes Batam Didi Kusmarjadi Ungkap Kondisi Terkini
"Jadi ini harus benar-benar diawasi," kata Zainal.
Zainal mengatakan, Sagulung merupakan wilayah padat penduduk di Batam dengan daerah yang paling banyak kaveling.
"Jadi bisa kita katakan rumah di Kaveling itu lebih padat di banding di perumahan. Jadi kalau ada warga yang melakukan isolasi mandiri di sekitar perumahan padat penduduk, ini jelas sangat dikhawatirkan," kata Zainal.
Dia juga mengatakan, jika pasien Covid-19 khususnya yang tidak memiliki gejala.
"Ini sangat berbahaya. Contoh dari hasil traching yang bersangkutan positif, sementara yang bersangkutan tidak merasakan apa-apa. Nah itu yang sangat berbahaya. Kalau sempat yang bersangkutan sebagai pedagang dan masih terus berjualan dikhawatirkan dampaknya akan sangat luar biasa," kata Zainal.
Dia juga mengatakan, saat ini tenaga Medis, baik dari Dinkes, terlebih dari Puskesmas, sudah berupaya semaksimal mungkin.
"Kita juga sangat prihatin, dan sangat kasihan melihat tenaga medis, yang tanpa lelah melakukan tugas mereka. Namun kita sadar jumlah mereka terbatas, bahkan sangat tidak mungkin melakukan pengawasan terhadap seluruh pasien yang menjalani isolasi mandiri," kata Zainal.
Dia juga mengatakan, dua minggu belakangan hampir seluruh rumah sakit yang menangani Covid-19 di Kota Batam, penuh.
"Nah ini persoalan baru, bagaimana nantinya jika pasien yang isolasi mandiri, mengalami gejala dan harus mendapatkan penanganan di rumah sakit. Ini akan sangat berbahaya. Bahkan nyawa yang dipertaruhkan," kata Zainal.
Dia mencontohkan, yang terjadi minggu lalu di mana Ketua KPU Kabupaten Lingga menghembuskan nafas terakhir di Kota Batam.
"Jelas kalau kita baca kronologisnya di mana, pasien tersebut satu minggu setelah dinyatakan positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumah. Setelah satu minggu kondisinya semakin parah dan baru dibawa ke rumah sakit Encik Maryam Daik Lingga," katanya.
Setelah mendapat perawatan di Rumah sakit Encik Maryam, pihak rumah sakit angkat tangan, dan pasien dirujuk ke RSUD EF.
"Sampai di Batam, kondisinya sudah sangat parah. Akhirnya meninggal. Jadi risiko isolasi mandiri ini, bukan sekadar perawatan, pengawasan dan penyebaran virus kepada masyarakat lainnya. Tetapi nyawa pun jadi taruhan," kata Zainal.
Zainal, berharap pemerintah harus menjalin kerjasama kepada semua pihak, baik rumah sakit swasta dan juga pihak ke tiga, untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. (TRIBUNBATAM.id/Ian Sitanggang)
*Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Kepri