Indra Rudiansyah Ada di Balik Riset AstraZeneca, Begini Pesannya Soal Vaksinasi

Indra Rudiansyah ada di balik riset AstraZeneca, ini pesannya soal vaksinasi yang sedang berjalan

Kompascom Reporter on Location
Pesan Indra Rudiansyah, mahasiswa di balik riset AstraZeneca soal vaksinasi 

TRIBUNBATAM.id - Tak ada yang menyangka dibalik pengembangan vaksin AstraZeneca ada sosok orang Indonesia.

Dia adalah Indra Rudiansyah, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang saat ini menempuh pendidikan di Oxford University.

Vaksin AstraZeneca saat ini aktif digunakan oleh Indonesia untuk melindungi warga dari Covid-19.

Kepada Kompas.com yang mewawancarainya pada 17 Januari 2021, Indra berpesan kepada warga Indonesia terkait vaksinasi yang tengah berjalan.

"Vaksin yang ada sekarang ini (dan sudah mulai diberikan pada masyarakat) kan bisa dikatakan sebagai emergency used ya sehingga clinical trial itu masih terus berjalan," kata Indra.

Baca juga: Sosok Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia di Balik Penemuan Vaksin AstraZeneca di Inggris

Lantas, siapa sebenarnya Indra Rudiansyah?

Dilansir Kompas.com, Indra (29) merupakan mahasiswa Universitas Oxford yang tergabung dalam tim Jenner Institute yang dipimpin ilmuwan Inggris, Profesor Sarah Gilbert.

Tim Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group bekerja sama menguji coba vaksin virus corona di Pusat Vaksin Oxford sejak 20 Januari 2020.

Kepada Antara London, Indra mengaku bahwa sebenarnya vaksin corona bukan penelitian utamanya untuk thesis, melainkan vaksin malaria.

Pesan Indra Rudiansyah, mahasiswa di balik riset AstraZeneca soal vaksinasi
Pesan Indra Rudiansyah, mahasiswa di balik riset AstraZeneca soal vaksinasi (Kompascom Reporter on Location)

Namun, dia mengaku bangga bisa bergabung dalam tim uji klinis vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Indra bergabung dengan tim karena saat itu lab kekurangan banyak sumber daya manusia.

Sehingga pemimpin penelitian membuka kesempatan bagi mahasiswa yang ingin membantu uji klinis.

Ketika itu, kasus Covid-19 mulai menyebar di Inggris, sehingga semua aktivitas perkuliahan ditutup kecuali penelitian terkait virus corona.

Bersama timnya, Indra bertugas menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksinasi.

Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 23 November 2020.Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca, diambil pada 23 November 2020. (JOEL SAGET / AFP)

Menurut laporan Kompas.com Reporter on Location, Indra menilai proses pengembangan vaksin AstraZeneca termasuk sangat cepat.

Ini karena hasil data uji preklinis dan inisial data untuk safety serta imunogenitas di manusia dapat dihasilkan dalam enam bulan.

"Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini," ujar Indra.

Menurut laman Linkedinnya, Indra saat ini tengah menjalani studi S3 Clinical Medicine di Universitas Oxford.

Sebelumnya, pria asal Bandung ini lulus dari S1 Mikrobiologi ITB pada 2013.

Lalu melanjutkan pendidikan S2 Bioteknologi ITB dengan Fast Track Program dan lulus pada 2014.

Selama bekerja menjadi tim uji klinis vaksin AstraZeneca, Indra mengaku harus bekerja secara dinamis, sigap, dan cepat.

Saat dihubungi Kompas.com pada 17 Januari 2021 lalu, Indra berpesan kepada warga Indonesia terkait vaksinasi yang tengah berjalan.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Terbukti Ampuh Beri Perlindungan Seumur Hidup dari Covid-19

"Jadi, sebenarnya vaksin yang ada sekarang ini (dan sudah mulai diberikan pada masyarakat) kan bisa dikatakan sebagai emergency used ya sehingga clinical trial itu masih terus berjalan," kata Indra.

Indra juga mengimbau agar mereka yang bisa bekerja secara Work From Home (WFH) bisa memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkecil kemungkinan terpapar Covid-19.

"Jadi, sebisa mungkin jangan egois ingin keluar rumah dengan alasan bosan atau ingin hiburan," jelasnya.

Menurut laporan Reuters pada 21 Juli 2021 dari studi terbaru yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine, dua dosis vaksin AstraZeneca efektif melawan varian Delta yang menjadi salah satu penyebab lonjakan Covid-19 di Indonesia.

Studi mengatakan, dua dosis vaksin AstraZeneca 67% efektif terhadap varian Delta, naik dari 60% yang dilaporkan semula.

Selain itu 74,5% efektif terhadap Varian Alpha, dibandingkan dengan perkiraan awal yakni hanya 66%.

SUMBER : TRIBUNNEWS.COM

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved