Laris Manis saat Pandemi, Begini Cara Membedakan Madu Asli dan Palsu

Ada beberapa cara khusus untuk membedakan madu asli dan palsu. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan.

freepik.com
MADU - Cara membedakan madu asli dan palsu. FOTO: ILUSTRASI madu. 

TRIBUNBATAM.id - Ada beberapa cara khusus untuk membedakan madu asli dan palsu.

Madu dikenal sebagai salah satu bahan alami yang bagus untuk kesehatan.

Di masa pandemi Covid-19, madu laris manis dan amat dicari.

Hal ini lantaran madu dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh agar tak mudah sakit saat pandemi.

Pada pasien Covid-19 pun, madu sering dikonsumsi untuk mempercepat pemulihan.

Sayangnya, di pasaran banyak beredar madu palsu yang tidak memiliki khasiat.

Hal ini tentu merugikan lantaran kita jadi tidak dapat merasakan khasiat madu yang alami.

Untuk itu, sebelum membeli madu, pastikan jika madu yang dibeli adalah madu asli.

Membedakan madu asli dengan yang palsu menjadi rumit lantaran banyaknya jenis madu yang beredar di Indonesia.

Ada yang warnanya gelap dan cerah, ada yang konsistensinya cair dan kental, aroma yang tajam dan halus, serta rasa yang manis, asam, ataupun pahit.

Tak ada patokan khusus, seperti misalnya madu yang cair artinya madu palsu atau madu yang punya rasa pahit sudah pasti madu asli.

Mengenal istilah madu palsu

Melansir Kompas, pakar produk-produk lebah madu Dr Muhammad Sahlan, mengatakan ada tiga jenis madu palsu yang beredar di masyarakat.

Peneliti di Laboratorium Rekayasa Industri Bio Proses, Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Unversitas Indonesia itu mengatakan ada tiga jenis madu palsu yang saat ini marak beredar di Indonesia.

Ketiga jenis madu palsu tersebut antara lain:

1. Madu sintetis

Madu palsu ini benar-benar sintetis alias buatan.

Yakni dibuat dari bahan-bahan yang sama sekali tidak alami seperti gula cair, soda kue, putih telur, dan sebagainya.

2. Madu oplosan

Madu satu ini terbuat dari madu asli (murni) yang ditambah bahan lain.

Tujuannya agar kuantitas bertambah banyak

3. Madu sirupan

Jenis sirupan ini digunakan peternak lebah ketika paceklik, lebih tepatnya saat musim tidak ada bunga.

Supaya lebahnya tetap hidup dan tidak punah, mereka digelonggong atau dicekoki dengan gula.

Ketiga madu palsu ini biasa disebut dengan singkatan SOS (Sintetis, Oplosan, Sirupan).

Membedakan madu asli dan palsu

Meski ada bedanya, ternyata mengenali madu palsu tak semudah yang dibayangkan. Bahkan di mata peternah lebah.

“Sedikit sulit ketika kita membedakan mana madu murni dan sintetis,” kata peternak lebah di Eduwisata Lebah Madu di Desa Bojongmurni, di kaki Gunung Pangrango bernama Iyan Supriyadi.

Menurut Iyan yang juga Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Sadar Tani Muda Desa Bojongmurni, jenis-jenis madu tak sekadar bisa dibedakan hanya dengan memperhatikan warna, aroma, tekstur, atau pun rasanya.

Walaupun begitu, masih ada cara yang bisa dilakukan untuk membedakan madu murni dengan madu sintetis, oplosan, dan sirupan dengan sederhana.

1. Tes dengan jari

Trik lainnya bagi kamu yang belum terbiasa dengan rasa madu murni, adalah dengan mengetes tekstur madu.

Cukup oleskan sedikit madu di bagian telunjuk dan ibu jari tangan.

Kemudian gosok-gosok ibu jari dan telunjuk.

Jika madu tersebut adalah madu murni, maka semakin lama digosok teksturnya akan jadi semakin kesat.

“Tapi ketika dilihat dengan kasat mata, kayak berminyak gitu madunya. Itu yang asli biasanya seperti itu,” imbuh Iyan.

2. Rasa dan aroma yang khas

Cara ini akan terasa mudah bagi Anda yang sudah sering mengonsumsi madu murni.

Maka, sensasi keaslian rasanya sudah cukup dikenali.

Melalui indera perasa, aroma madu murni juga bisa dideteksi dengan mudah bagi yang sudah terbiasa.

“Lidah itu tidak akan menerima ketika kita mengonsumsi madu yang terindikasi SOS,” kata Iyan.

3. Asal madu yang terpercaya

Selanjutnya adalah cara yang akurat untuk bisa membedakan apakah madu tersebut madu murni atau bukan.

Caranya adalah dengan memastikan sumber madu yang kamu konsumsi tersebut.

Pertama, di mana lokasi peternakan madu tersebut berasal.

Kedua, pakan atau tanaman apa yang dikonsumsi oleh lebah.

Ketiga, jenis lebah apa yang memproduksi.

Jangan lupa cek berapa banyak koloni lebah yang dimiliki peternakan.

“Kalau peternak itu hanya punya 10-15 koloni, apakah mungkin untuk menutupi permintaan pasar yang membludak?

Karena permintaan pasar yang tinggi, akhirnya malah dioplos,” pungkas Iyan.

(*)

Baca berita terbaru lainnya di Google!

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved