HUMAN INTEREST
Lahir 17 Agustus 1945, Ini Makna Kemerdekaan bagi Mustafa Warga Suku Laut di Lingga
Mustafa lahir pada 17 Agustus 1945. Tepat pada Selasa (17/8), pria ini genap berusia 76 tahun. Sama dengan usia hari kemerdekaan Indonesia
Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Ini cerita Mustafa, seorang lansia yang kini tinggal di perkampungan Suku Laut, Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.
Mustafa lahir pada 17 Agustus 1945. Ya, tepat pada Selasa, 17 Agustus 2021, pria ini genap berusia 76 tahun.
Sama dengan usia hari kemerdekaan Indonesia.
Saat ditemui TribunBatam.id di kediamannya, Mustafa rela meluangkan waktunya untuk berbagi cerita di tengah cuaca hujan sore itu.
Ia tinggal di rumah sederhana bersama anak, menantunya, dan beberapa cucunya.
Kondisi rumahnya saat itu mengalami banjir sedang akibat curah hujan yang lebat.
Baca juga: Sosok Putri Nur Azhima, Pembawa Baki Bendera pada Upacara HUT ke-76 RI Tingkat Kepri
Mustafa bercerita, kebanyakan rumah warga di sana mengalami banjir ketika hujan lebat maupun ketika air pasang.
Pihak RT pun telah mengajukan bantuan kepada pemerintah terkait mengatasi banjir tersebut, namun belum terealisasi.
Tidak tahu pasti berapa lama ia tinggal di sana.
Namun jauh puluhan tahun sebelumnya, Mustafa merupakan warga yang tinggal di Desa Mepar, Kecamatan Lingga.
Namun pria itu mengaku, ia merupakan orang suku laut lantaran dilahirkan dari orang tua dan kakek dari orang suku laut.
Mustafa juga menggambarkan, bagaimana keadaan orang suku laut di Kampung Baru, Desa Sungai Buluh itu.
Memiliki akses jalan yang tidak memadai, masjid yang bocor gentengnya, hingga pelabuhan yang sudah rusak untuk dipakai nelayan turun ke laut.
Kondisi Mustafa saat ini masih bisa berdiri, namun lemah untuk berjalan, apalagi bekerja.
Untuk kemampuan mendengarnya sudah berkurang.
Orang-orang harus berbicara dengannya dengan nada yang keras.
Dimintai tanggapannya, bagi Mustafa makna kemerdekaan yakni bisa hidup aman dan nyaman.
Ia pun bersyukur bisa hidup lebih aman dibanding pada masa penjajahan dulu.
Mustafa bercerita, dulu Presiden RI pertama, Ir Soekarno telah bersusah payah merebut kemerdekaan, hingga akhirnya semua bisa merasakan kemerdekaan saat ini.
"Dulu waktu usia saya 10 tahunan, saya sekolah di Senayang. Alhamdulillah, setelah 1945 hidup di Indonesia aman saja," kata Mustafa kepada TribunBatam.id.
Meski begitu, Mustafa hanya berpendidikan rendah. Saat masa muda hingga dewasanya dihabiskan dengan bekerja di laut.
"Saya gak pernah turun melaut, tapi saya lebih bekerja ke kelong laut," ujarnya.
Mustafa mengaku tidak malu jika disebut orang laut. Karena rata-rata orang Lingga berpenghasilan kaya dari hasil laut.
Di hari kemerdekaan RI tahun ini, Mustafa berharap, agar pemerintah lebih memperhatikan kondisi perkampungan suku laut di tempatnya tinggal.
"Coba lihat sekarang, air tergenang di seluruh rumah, jalan rusak," ujarnya.
(TribunBatam.id/Febriyuanda)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Human Interest Story