KULINER NATUNA
Kuliner Satai Khas Natuna Menggoda Selera, Harga Per Tusuk Mulai Rp 2 Ribu
Satai, kuliner berbahan dasar ikan tongkol dan kelapa parut ini menjadi kuliner andalan khas warga Natuna
Penulis: agus tri | Editor: Dewi Haryati
Laporan Kontributor Tribun Batam di Natuna, Wina
NATUNA, TRIBUNBATAM - Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Natuna memiliki beragam kuliner tradisional yang menjadi menu andalan dan selalu disajikan saat menyambut tamu.
Bahkan kini aneka kuliner khas Natuna ini dapat dicicipi tanpa harus menunggu adanya kunjungan tamu tertentu.
Nah, ada berbagai jenis kuliner yang wajib dicicipi jika kamu berkunjung ke Natuna.
Selain kernas dan lempar bakar, juga ada satai.
Kuliner berbahan dasar ikan tongkol dan kelapa parut ini dibuat dengan cara mencampur daging ikan tongkol dan kelapa setengah tua yang telah diparut.
Baca juga: Cerita Wanita Paruh Baya di Natuna Jualan Makanan Lemper, Bantu Ekonomi Keluarga
Baca juga: Kuliner di Batam Dapur Mak Long, Menu Beragam Harga Murah
Kemudian ditambah irisan daun kunyit, cabai, bawang putih dan bawang merah yang telah dihaluskan.
Lalu satai dibungkus dengan daun pisang berbentuk lonjong, dan diberi tusukan sate sebagai pengunci daun pisang agar tidak terbuka.
Seperti halnya lempar khas Natuna, proses memasak Satai juga dilakukan dengan dipanggang di atas bara api yang dibuat dari sabut kelapa.
Proses pemanggangan bisa mencapai 15 menit atau lebih. Bentuknya yang lonjong terkadang membuat banyak orang penasaran dengan kuliner yang berasal dari Kecamatan Midai dan Kecamatan Bunguran Barat ini.
Dijual dengan harga Rp 2000 sampai Rp 5000 per tusuk, harga satai cukup terjangkau tergantung ukuran. Selain dapat dimakan sebagai camilan, satai juga dapat dijadikan teman makan nasi yang nikmat.
Kini penjual satai mudah ditemui di seputaran Kota Ranai. Biasanya dijual bersamaan dengan lempar bakar.
Ratnawati, seorang penjual satai di kawasan pering Kelurahan Bandarsyah, Kecamatan Bunguran Timur, mengaku biasa menjual satai setiap hari mencapai 30 tusuk atau tergantung jumlah ikan yang diproduksi.
Dalam sehari biasanya dibutuhkan 2 ekor ikan tongkol ukuran 2 kilogram untuk membuat satai.
Meskipun bukan asli dari Kecamatan Midai maupun Bunguran Barat, namun ia sudah 4 tahun berjualan satai.
"Asli satai ni Sedanau (Bunguran Barat) kami ni dari Tanjung (Bunguran Timur Laut). Tapi kami dah lame jualan satai ni, asal belajar dengan mertua," ujar Ratna di sela- sela aktivitasnya membakar satai dan lempar, Sabtu (4/9/2021).
Bersuamikan lelaki asli Kecamatan Pulau Tiga, Natuna, Ratna belajar membuat satai dari ibu mertuanya.
Kini usaha satai yang dirintis di depan rumahnya telah banyak dikenal orang. Meskipun sudah banyak penjual satai, Ratna tidak takut bersaing.
"Setiap penjual pasti punya rasa yang berbeda, dan rezeki kita tak akan tertukar dengan orang lain," ucap Ratna.
(Tribunbatam.id/Wina)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google
Berita Tentang Natuna