BATAM TERKINI
PLN Batam Bakal Jual Listrik ke Singapura, Gubernur : Jangan Sampai Listrik Kepri Terganggu
Singapura membuka kerja sama untuk mengimpor energi listrik termasuk dengan Indonesia dan peluang ini ditangkap oleh bright PLN Batam.
BATAM, TRIBUNBATAM.id – Singapura membutuhkan daya listrik yang terbilang besar.
Negara kota itu bahkan memerlukan sekitar 4 gigawatt hingga tahun 2035 mendatang. Karena itu, Singapura membuka kerja sama untuk mengimpor energi listrik termasuk dengan Indonesia.
Peluang tersebut kemudian ditangkap oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) Batam.
Komitmen kerja sama penyaluran daya listrik dari sumber energi terbarukan dari Batam ke Singapura mulai dibangun antara kedua belah pihak.
Sebagai tindak lanjut, PLB Batam langsung menandatangani development agreement atau perjanjian pengembangan dengan mitra-mitranya pada Oktober 2021 silam.
Dalam kerja sama ini, PLN Batam menggandeng PT. Trisurya Mitra Bersama (Suryagen) serta perusahaan pengembang energi terbarukan asal Singapura, Sembcorp Power Pte Ltd.
Bentuk kerja samanya meliput pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di wilayah Kepulauan Riau (Kepri) hingga penyaluran suplai energi bersih ke negara Singapura.
PLN Batam melihat ada kemungkinan memperoleh kerja sama dengan mekanisme trial atau tiga tahap. Kegiatan ekspor tahap pertama sebesar 1 gigawatt diperkirakan dapat dimulai pada awal 2025 mendatang.
Baca juga: TERTANGKAP! 2 Pelaku Pencoret Terowongan Pelita Batam Usai Mural Festival Piala Kapolri
Baca juga: Simpan Sabu dalam Anus, Seorang Pria Dibekuk Polisi saat Ngopi di Batam
Jumlah tersebut akan terus bertambah secara bertahap sebesar 2 gigawatt sampai tahun 2030 dan seterusnya hingga 4 gigawatt pada 2035.
Demi menangkap peluang tersebut, PLN Batam sedang menjajaki peluang kerja sama ini sebelum mengikuti tender.
Sesuai rencana, tender akan diumumkan oleh Energy Market Authority (EMA) Singapura pada November 2021 nanti.
"Singapura membutuhkan impor energi listrik sekitar 4 gigawatt sampai dengan tahun 2035. Ini akan memenuhi target bauran energi di Singapura sebanyak 30 persen sampai tahun itu," jelas Direktur Umum PLN Batam, Nyoman S. Astawa, melalui zoom meeting beberapa waktu lalu.
Kebutuhan daya listrik 4 gigawatt itu tidak diimpor oleh Singapura hanya dari satu negara saja.
Namun demikian, Nyoman meyakini Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menangkap peluang kerja sama ini.
Sebab, Indonesia memiliki sumber energi tenaga surya yang dapat menghasilkan daya listrik lebih dari 200 gigawatt.
Potensi tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.
Menurut Nyoman, penyaluran energi bersih membutuhkan sumber energi terbarukan termasuk PLTS.
Untuk membangun PLTS, PLN Batam telah berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Batam.
Kepala Badan Pengusahaan Batam sekaligus Wali Kota Batam, H. Muhammad Rudi juga sudah memberikan izin pematangan lahan di wilayah Kota Batam, Rempang, Galang atau pulau-pulau di sekitarnya.
PLN Batam tengah menjajal potensi pemanfaatan lahan lainnya di luar wilayah Kota Batam, semisal kawasan Bintan atau Karimun. PLN Batam juga telah berkonsultasi dengan Gubernur Kepri, H. Ansar Ahmad terkait pilihan lokasi lahan tersebut.
"Lokasinya mungkin dua bulan lagi sudah bisa ditetapkan. Tetapi saat ini kami sudah mulai survei mana yang cocok untuk dibangun PLTS. Kami membutuhkan lahan seluas kurang lebih 1.000 hektare," ujar Nyoman.
Tidak hanya itu, PLN Batam pun turut mengevaluasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Di dalam RUPTL tersebut ditemukan bauran energi terbarukan masih kurang dari 1 persen hingga tahun 2021.
Saat ini, sumber energi listrik masih didominasi oleh bahan bakar fosil semisal batu bara sebesar 21 persen dan gas sebesar 78 persen.
Di dalam RUPTL ini, PLN Batam memang merencanakan pembangunan PLTS hingga tahun 2025. PLTS tersebut diperkirakan dapat memproduksi 30 megawatt listrik.
Tetapi, upaya itu masih terus dievaluasi sehingga pelan-pelan PLN Batam dapat bertransisi ke sumber energi terbarukan yang bersih dan ramah lingkungan.
Namun demikian, Nyoman menilai wilayah geografis Batam sebenarnya menjadi tantangan tersendiri dalam pembangunan sumber energi terbarukan.
Sebab, Batam tidak memiliki sungai, air terjun atau pun biothermal.
Karena itu, satu sumber energi terbarukan yang dapat dikembangkan adalah energi bertenaga surya melalui pengadaan panel surya.
"Kami terus mengkaji potensi-potensi yang ada serta mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Kami juga mempertimbangkan kemungkinan interkoneksi antarapulau Sumatera ke Batam untuk pengembangan sumber energi terbarukan ini," tambah Nyoman.
Melalui rencana pengembangan ini, Nyoman meyakini PLN Batam dapat berkontribusi dalam meningkatkan target bauran energi nasional dan target zero emission di Indonesia pada tahun 2060 mendatang.
Lantas, apa efek positif dari megaproyek pengembangan energi listrik ini bagi masyarakat Kepri umumnya dan Batam khususnya.
Terkait pertanyaan itu, Gubernur Kepri, H. Ansar Ahmad langsung memberikan tanggapan.
Dia mengatakan, hal paling utama dalam persayaratan yang diminta oleh Pemprov Kepri ialah PLN Batam harus benar-benar mendahulukan kebutuhan energi di daerah Kepri.
"Paling utama kita ingin pemenuhan kebutuhan energi listrik di Kepri harus jadi prioritas. Jangan sampai megaproyek dibangun, tetapi listrik di Kepri malah tak cukup," ungkap Ansar, Senin (8/11/2021) siang.
Ansar menegaskan, jika pasokan listrik di Kepri mencukupi maka itu akan menjadi satu faktor penarik minat para investor untuk berinvenstasi.
"Satu faktor penentu para investor mau berinvestasi kalau listrik di daerah kita maksimal," tandas Ansar lagi.
Mantan Anggota DPR RI ini kemudian menyebutkan, problem besar dalam megaproyek tersebut adalah ketersedian lahan.
Sebab, luas lahan yang dibutuhkan tidak sedikit. Rata-rata lahan yang dibutuhkan sekitar 1.000 hektare.
“Itu memang tidak mudah. Kecuali kalau konsorsium-konsorsium sudah menguasi lahan di Kepri dalam jumlah besar, bisa itu jadi lebih mudah. Kita menawarkan juga ke mereka untuk mengembangkan ini di atas laut. Hanya saja mereka berat karena hitung-hitungan biayanya," ucap Ansar.
Namun demikian, Ansar memastikan Pemprov Kepri akan mendukung dan tetap memfasilitasi rencana tersebut.
"Sekarang mana yang lebih cepat perkembangannya, kita bantu dorong itu segera terlaksana. Ini ‘kan menyambut green energy," kata Gubernur Kepri itu.
Tidak hanya Gubernur Kepri, tanggapan yang tidak jauh berbeda datang dari Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad.
Dia sendiri mengaku tidak masalah jika PLN Batam terlibat dalam megaproyek tersebut, asalkan seluruh pasokan listrik di Kota Batam tidak terganggu.
"Terpenting bagi kami adalah seluruh masyarakat pelaku usaha merasa aman. Seluruh kriteria yang ada berdasarkan tarif yang diberikan PLN juga tidak bermasalah," ujar Amsakar saat berada di Tanjung Sengkuang Kecamatan Batu Ampar.
Menurut Amsakar, kebutuhan listrik mulai dari kebutuhan sosial, pemerintah, industri, rumah ibadah dan rumah tangga harus menjadi prioritas. "Jaga masyarakat Batam, jangan sampai kebijakan ini, Batam kekurangan energi," kata Amsakar.
Seakan menanggapi kecemasan Ansar dan Amsakar, Nyoman menjamin kalau pembangunan PLTS dan ekspor listrik ke Singapura tidak merugikan Batam, baik dari segi lingkungan atau pun perekonomian.
Dia juga memastikan, PLN Batam bahkan secara bertahap akan membangun PLTS untuk meningkatkan suplai energi listrik di Batam
Saat ini PLN Batam telah memiliki beberapa panel surya skala kecil yang sudah beroperasi di lokasi perkantoran dan gedung PLN Batam. Pada akhir tahun ini, pembangunan panel surya akan bertambah hingga 1 megawatt.
PLN Batam mengusahakan pembangunan sumber energi terbarukan tidak hanya dapat dinikmati oleh PLN Batam saja, tetapi juga masyarakat dan industri di Kota Batam.
Melalui kerja sama ekspor listrik ke Singapura, PLN Batam akan menyalurkan sebagian kecil pasokan energi bersih itu ke sistem kelistrikan Batam sebesar 30 megawatt atau 50 megawatt.
"Saat ini banyak perusahaan juga ingin bertransisi ke energi terbarukan karena ada wacana carbon taxing. Para pelanggan kami pun akan mendorong PLN Batam untuk menciptakan sumber energi bersih untuk keperluan industri dan personal," ujar Nyoman.
Selain itu, pembangunan PLTS ini akan turut memperhatikan kemungkinan dampak lingkungan, lahan yang tersedia serta teknologi yang sedang berkembang.
Nyoman berharap agar pasokan energi bersih bagi masyarakat dapat diberikan dengan tarif yang tidak membebankan, mengingat panel surya masih merupakan teknologi baru.
Direktur Umum PLN Batam itu mengakui megaproyek ini memiliki potensi keuntungan yang besar bagi ke dua belah pihak.
Dari sisi kerja sama ekspor listrik ke Singapura, diperkirakan Indonesia bisa mendapat lebih dari Rp 40 triliun pemasukan selama kontrak berlangsung. Proyek skala besar tersebut juga berpotensi membangkitkan industri-industri yang memproduksi panel surya di Indonesia. (hsu/dra/rus)
*Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google