Jokowi Ingin Ketemu PM Singapura di Bintan, Bahas Pembukaan Perbatasan 2 Negara
Jokowi ingin bertemu Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong untuk membahas pembukaan perbatasan kedua negara yang masih tertutup akibat pandemi.
JAKARTA, TRIBUNBATAM.id - Presiden Joko Widodo ingin bertemu dan berdiskusi dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong untuk membahas pembukaan perbatasan kedua negara yang masih tertutup akibat pandemi Covid-19.
Dalam sebuah wawancara dengan Channel News Asia, Jokowi bahkan berharap pertemuan ke dua kepala negara bisa dilangsungkan di Bintan, Provinsi Kepri.
Jokowi ingin pertemuan terkait travel corridor agreement tersebut dibahas ke dua kepala negara akhir tahun ini.
“Kita akan bahas penataan koridor perjalanan yang kita harapkan bisa dibuka, tapi tidak di seluruh Indonesia. Mungkin antara Bintan dan Singapura, atau Bali dan Singapura, Jakarta dan Singapura, misalnya. Tapi sekali lagi, semua itu harus secara bertahap," kata Jokowi dalam wawancara khusus yang berlangsung di sela-sela pembukaan Sirkuit Internasional Mandalika, Jumat (12/11/2021) lalu.
Indonesia telah membuka kembali pintu masuk bagi 19 negara sejak sebulan lalu, yang diharapkan bisa mengangkat sektor pariwisata.
Namun, dalam daftar tersebut belum termasuk Singapura karena negara tersebut menghadapi gelompang kedua Covid-19.
Dalam tiga hari terakhir, kasus di Singapura sudah semakin turun hingga di bawah 2.000 kasus per hari.
Pada Jumat lalu, kasus harian mencapai 3.009 kasus.
Baca juga: KIRIM Kamus Berisi Sabu, Anjing K-9 Bea Cukai Endus 249 Gram Sabu dalam Paket ke Lombok
Baca juga: SEORANG Warga Batuaji Batam Meninggal Dunia Kena Covid-19, Tak Miliki Komorbid
Sehari kemudian turun menjadi 2.304 kasus dan laporan terbaru, Minggu (14/11/2021) malam, turun lagi menjadi 1.723 kasus dalam 24 jam terakhir.
Jokowi terakhir kali bertemu dengan PM Long pada 8 Oktober 2019 dalam pertemuan tahunan untuk membina hubungan bilateral ke dua negara.
Namun, pertemuan tahun berikutnya belum terwujud lagi akibat pandemi.
Pada 25 Oktober lalu, status Covid-19 Indonesia turun menjadi level satu oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).
Namun Jokowi mengatakan, pihaknya masih berhati-hati untuk menghadapi kemungkinan terjadinya gelombang ketiga pada liburan akhir tahun ini.
Jokowi menyebutkan, tingkat vaksinasi Indonesia saat ini belum cukup untuk mencegah lonjakan kasus baru.
"Vaksinasi di Indonesia, dosis pertama masih 61 persen. Itu masih belum cukup. Kita sudah membagikan 211 juta dosis, tetapi itu belum cukup. Karena itu, protokol kesehatan yang ketat akan tetap kita berlakukan,” katanya dalam wawancara yang diterbitkan Sabtu lalu.
Jokowi juga tidak terburu-buru mengubah situasi pandemi ini ke endemi atau hidup berdampingan dengan virus.
Ia telah memerintahkan otoritas kesehatan untuk menyusun strategi untuk itu, tetapi belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat.
“Semua akan dilakukan secara bertahap. Kami Indonesia tidak ingin terburu-buru menuju endemic state. Kami ingin merencanakan dengan matang. Ada transisi dari pandemi ke endemik. Kami akan pindah ke situasi endemik begitu kita benar-benar siap,” kata Jokowi.
Pintu dengan Malaysia
Pada Rabu lalu, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk memulai pengaturan koridor perjalanan antarakedua negara melalui mekanisme Vaccinated Travel Lane (VTL).
Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan antara Jokowi dengan PM Malaysia di Istana Bogor.
Malaysia yang juga mengalami penurunan kasus secara signifikan hingga pekan pertama November 2021, kembali mengalami kenaikan kasus pada pekan terakhir, dari rata-rata 4.000-an kasus per hari menjadi 6.500-an kasus.
Namun dua hari terakhir, Menteri Kesehatan Malaysia Dr Noor Hisham menyebutkan kembalinya trend penurunan pada dua hari terakhir.
Pada Minggu (14/12) siang, kasus harian terbaru 5.162 kasus. Jumlah ini turun 647 kasus dibanding Sabtu, 5.809.
“Saat ini ada 524 pasien yang dirawat di ICU, 486 di antaranya positif, sedangkan 38 lainnya suspek,” katanya, seperti dilansir Berita Harian Online.
Dalam jumpa pers bersama, PM Ismail Sabri mengatakan, koridor perjalanan kedua negara akan diutamakan bagi mereka yang divaksinasi lengkap.
VTL ini untuk tahap awal akan diujicoba untuk kategori kunjungan resmi, perdagangan, pengobatan serta kemanusiaan. Kunjungan VTL tanpa karantina ini diharapkan mulai dilaksanakan awal tahun 2022. (yan)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google