WISATA KEPRI
Tradisi Raja Melayu Masih Lestari di Kepri, Dipercaya Mampu Tolak Malapetaka
Tradisi yang masih lestari di Kepri dulunya hanya diperuntukkan bagi kalangan istana raja Melayu.
KEPRI, TRIBUNBATAM.id - Ada tradisi menarik yang rutin digelar di Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri saat bulan Safar.
Sejumlah warga di sana menggelar ritual mandi.
Banyak dari mereka menyerbu sejumlah lokasi wisata.
Salah satunya yang digelar di Masjid Al Hidayah, Desa Resun, Kecamatan Lingga, Provinsi Kepri, Rabu (6/10).
Kegiatan tolak bala yang digelar pemerintah setempat itu juga dilanjutkan dengan tradisi mandi safar di objek wisata Sungai Ken, Desa Resun.
Kegiatan ini dilaksanakan dan diyakini oleh masyarakat negeri Bunda Tanah Melayu ini sebagai harapan untuk menolak bala atau terhindar dari musibah.
Baca juga: Ada Paket Produk Wisata hingga Kerajinan Batik Batam di Pelangi Nusantara
Baca juga: Lezatnya Kuliner Kepri Ini Tak Diragukan Lagi, Pas Dimakan Selagi Hangat
Kegiatan ini pun sudah dilaksanakan secara turun temurun sejak dahulu kala.
Ketua Lembaga Adat Melayu Desa Resun, Datuk Ruslan menyampaikan rasa terima kasihnya atas perhatian Pemkab Lingga, yang senantiasa ikut mendukung dalam melestarikan budaya Melayu di Lingga.
Salah satunya mendukung tradisi mandi safar, yang juga menjaga tali silaturahmi antar masyarakat.
Baca juga: Nyaris 2 Tahun Tanpa Kunjungan, Kedatangan Ekspatriat Jadi Penyemangat Bangkitnya Wisata Karas Kecil
Baca juga: Kamu Pecinta Mi Wajib Coba Kuliner Kepri Satu Ini, Sensasi Gurih Pedasnya Manjakan Lidah
Pemerhati sejarah dari Staf Dinas Kebudayaan Lingga, Lazuardy mengatakan, bahwa tradisi mandi Safar ini sudah berlangsung lama sejak zaman kesultanan kerajaan Riau-Lingga.
"Mandi safar ini sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda sejak tahun 2019, melalui usulan dari Kabupaten," kata Lazuardy kepada TribunBatam.id.
Lazuardy mengatakan, para masyarakat dan orang tua berbondong-bondong mengantarkan anaknya untuk mandi sungai Desa Resun itu.
"Mandi safar ini dimeriahkan oleh anak-anak yang mandi beramai-ramai," ujarnya.
Sementara Bupati Lingga diwakili Asisten III bidang administrasi umum, Siswandi menceritakan sejarah singkat tradisi ritual mandi, safar yang menjadi bagian tradisi pada kalangan Istana Raja Lingga pada zaman dahulu.
“Pemerintah Kabupaten Lingga sangat mengapresiasi kegiatan ini dan mendukung penuh pelaksanaan ini yang juga merupakan tradisi budaya Melayu Kabupaten Lingga secara turun-temurun," kata Siswandi.
