HUMAN INTEREST

Anak Suku Laut Pulau Gara Batam Berjuang untuk Sekolah, 'Kami Ingin Cucu Dapat Pendidikan'

Melihat lebih dekat hak pendidikan anak suku laut Pulau Gara Batam, Provinsi Kepri. Bagaimana perjuangan mereka untuk bisa sekolah?

Penulis: Novenri Halomoan Simanjuntak | Editor: Septyan Mulia Rohman
TribunBatam.id/Noven Simanjuntak
Potret anak suku laut Pulau Gara, Kota Batam, Provinsi Kepri saat asyik memancing ikan karang. 

Hingga akhirnya oleh Pemerintah Kota (Pemko) Batam mereka ditempatkan di Pulau Gara dan menetap di rumah.

"Nenek moyang kami gak ada pendidikan, oleh karena itu harapan kami dengan dipindahkan ke pesisir pantai ini dari pada anak cucu kami punya pendidikan pak," ungkapnya.

Ia pun turut menyayangkan, tidak adanya bangunan lokal belajar yang disediakan oleh pemerintah bagi anak-anak suku laut di Pulau Gara sejak tiga puluh tahun terakhir mendiami pulau tersebut.

"Sudah 30 tahun kami tinggal di sini, satu lokal pun untuk anak-anak sekolah tidak ada, coba bapak pikir. Dari pada sekolah TK tak ada, SD juga tak ada, itulah masalah dia pak. Gitu juga balai pertemuan tak ada, tempat kesehatan juga tak ada. Maka dari itu kami pikir apa pemerintah tak tahu permasalahan ini," tutur lelaki paruh baya itu.

Namun tak banyak dari anak-anak suku laut Pulau Gara yang berhasil menamatkan jenjang pendidikan SMP dan SMA. Tradisi melaut yang merupakan ciri khas suku laut juga kerap menjadi salah satu faktor rendahnya pendidikan mereka.

Hal pendidikan anak suku laut benar-benar menyisakan kesedihan bagi sejumlah orang tua suku laut sendiri, sama seperti yang diungkapkan oleh Jumariyah.

Ia mengaku telah berupaya keras mendorong anak-anaknya untuk tetap melanjutkan sekolah hingga tingkat menengah.

"Kami inginnya mereka ini melanjutkan pendidikannya, tapi anak-anak nih udah tak mau. Katanya lebih suka kerja di laut nyari ikan teri," terangnya.

Anak-anak Jumariyah hanya tamat Sekolah Dasar, melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP dan SMA di Pulau Kasu tak lagi jadi impiannya.

Baca juga: HIDUP di Sampan sebagai Suku Laut, Junia: Saya Kecil Hati, Diejek Orang Mantang atau Orang Barok

Baca juga: Hidup di Atas Sampan, Begini Kesederhanaan Hidup Masyarakat Suku Laut Asli Kepulauan Riau

Tradisi hidup melaut dan mendapatkan hasil tangkapan baik ikan dan udang terdorong kuat dalam tradisi mereka.

"Kadang kalau hasil tak dapat banyak, anak-anak pulang pagi. Di sini tak banyak memang yang melanjut, rata-rata hanya tamat SD," tukasnya.

TribunBatam.id pun turut merasakan hal yang sama saat tiba di Pulau Gara sore itu.

Laut yang mengering memaksa diri untuk turun dari boat dan berjalan kaki menuju pelantar deretan rumah suku laut.

Di titik air laut yang cukup dalam dengan mimik wajah yang tak takut sama sekali, tiga anak suku laut tampak bersemangat duduk di atas sampannya sembari memancing ikan karam.

Sedang beberapa lainnya memilih bermain di tanah laut yang telah kering, berlarian dan saling mengejar hingga sore menjemput dan air laut pasang kembali mereka naik ke pelantar rumahnya.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)

Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google

Berita Tentang Batam

Sumber: Tribun Batam
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved