Benarkah Ada Wabah Zombi? Ilmuan Ini Jelaskan dari Perspektif Sains

Benarkah ada virus zombi di dunia nyata yang di banyak film diceritakan menular dari gigitan kepada korbannya yang akan bermutasi jadi zombi juga? 

Via Kompas.com
Ilustrasi zombi yang ada di film 

TRIBUNBATAM.id - Ada banyak judul film mengisahkan bagaimana kengerian zombi menyerang manusia.

Virus zombi di banyak film diceritakan menular dari gigitan kepada korbannya yang akan bermutasi jadi zombi

Yang menjadi pertanyaan, apakah benar ada virus zombi di dunia nyata? 

Menjawab itu profesor dan psikiater dari Harvard Medical School, Dr. Steven Schlozman, mencoba menjelaskan fenomena wabah zombi dari sudut pandang sains.

Schlozman mengatakan bahwa gejala menjadi zombi, seperti yang ditampilkan dalam film, tidak mudah menemukan kaitan dengan wabah yang ditakuti oleh para ahli epidemiologi di dunia nyata.

Tetapi, pola pandemi dapat direpresentasikan dengan cukup rapi pada grafik, apakah itu menyebar perlahan atau cepat, melalui otak yang berceceran atau tetesan udara.

"Setiap penyakit menular yang menyebar memiliki cara matematis tertentu dalam penyebarannya," jelas Schlozman.

Baca juga: Sosok Asli Selebgram Iran Dijuluki Zombie Angelina Jolie Terkuak, Ternyata Wajah Aslinya Begini

Kata Schlozman, virus yang ditularkan melalui gigitan, seperti virus rabies, sebenarnya tidak cepat menyebar karena dapat diisolasi.

Sementara itu, penyebaran virus yang ditularkan melalui udara, seperti influenza, dapat menyebar dengan cepat di suatu wilayah.

"Semua pandemi yang kita alami di Bumi biasanya menyebar di udara," ungkap Schlozman.

"Jadi harus ada serangga yang menyebarkan virusnya, tetapi kami tahu serangga udara tidak membuat Anda menjadi zombi".

Jika melihat cara virus zombi menyebar seperti di film, itu mungkin harus dipicu oleh beberapa patogen buatan manusia yang jahat.

Tentunya, sebagai seorang dokter, hampir tidak mungkin bagi Schlozman untuk menonton film zombi tanpa mendiagnosis masalah neurologis mereka.

Dilansir dari Live Science, Schlozman menegaskan terlebih dahulu bahwa zombi adalah makhluk yang tidak nyata.

"Mereka tidak ada. Saya seorang dokter, saya harus memberi tahu kapan Anda harus khawatir dan Anda tidak perlu khawatir tentang zombi," kata Schlozman.

Baca juga: Angkat Cerita Zombie, Film #ALIVE Akan Tayang di Korea Selatan, Dibintangi Park Shin Hye & Yoo Ah In

Hal pertama yang disoroti oleh dokter yang menjuluki dirinya sebagai Dr. Zombie ini adalah gaya berjalan zombi yang terseok-seok dan sulit menjaga keseimbangan.

Menurut Schlozman, masalah gaya berjalan tersebut berakar di otak kecil, sebuah wilayah di bagian bawah otak yang bertanggung jawab untuk keterampilan motorik dan koordinasi manusia.

Kemudian, zombi yang merupakan mayat hidup tampak benar-benar tidak tahu dengan apa yang mereka lakukan.

Hal tersebut menunjukkan beberapa kerusakan atau kelainan pada lobus frontal, yang juga mengontrol impulsivitas, kata Schlozman.

"Anda belum pernah melihat zombi yang ragu-ragu," ucapnya.

Para mayat hidup ini tidak hanya bodoh dan impulsif, tetapi juga terlihat selalu marah, yang bisa menjadi tanda amigdala yang terlalu bersemangat.

Namun, mungkin zombi marah karena mereka tidak cukup makan.

Menurut Schlozman, rasa lapar zombi yang luar biasa mungkin merupakan gejala yang paling sulit dijelaskan dari sudut pandang klinis.

"Gagasan tentang kelaparan dan sakit yang tak terpuaskan itu sulit dijelaskan," ujar Schlozman.

"Ada virus tertentu dan juga lesi tertentu yang dapat memengaruhi wilayah otak, yakni hipotalamus ventromedial, yang memengaruhi rasa kenyang dan itu juga memengaruhi perasaan bahwa Anda sudah cukup makan".

Baca juga: Lagi Ditahan Pemerintah Iran, Selebgram Berjuluk Zombie Angelina Jolie Terinfeksi Covid-19

Zombi dunia nyata

Dilansir dari Scientific American, di hutan Brasil, pada ketinggian hanya sekitar 25 centimeter dari tanah, semut carpenter dapat ditemukan dengan rahang terkunci secara permanen di atas daun, membeku dalam gerakan tanpa akhir, sementara tangkai alien tumbuh di kepala mereka.

Semut ini adalah korban dari jamur ophiocordyceps unilateralis yang juga dikenal sebagai jamur semut zombi.

Jamur tersebut memasuki aliran darah semut sebagai sel tunggal, tetapi sel-sel itu segera menyalin dirinya sendiri dan yang terpenting, membangun koneksi sehingga sel-sel individu dapat berbagi nutrisi.

Hubungan ini membedakan jamur ophiocordyceps dari jamur lain yang hanya membunuh inangnya dan akhirnya membentuk jaringan yang membungkus otot semut.

Saat jaringan jamur tumbuh, tubuh semut menyerah pada kendali jamur.

Dilansir dari kompas.com, jaringan ini tampaknya tidak mencapai otak semut.

Ahli entomologi tidak yakin apakah jamur melepaskan bahan kimia yang memengaruhi otak semut dari jauh atau membiarkan otak semut sendirian untuk menyaksikan sisa pengambilalihan tubuhnya tetapi memotong kontrol otot dan kemampuan otak untuk menghentikannya.

Saat terinfeksi jamur zombi, semut terpaksa meninggalkan koloninya dan memanjat tanaman terdekat ke ketinggian di atas lantai hutan dengan kelembaban dan suhu optimal bagi jamur untuk berkembang.

Semut kemudian dipaksa menggigit daun untuk mempertahankan posisinya dan tidak pernah bergerak lagi.

Dengan inangnya dalam posisi sempurna, jamur membentuk tangkai yang menembus kepala semut dan menghasilkan spora yang kemudian menghujani semut lain di bawahnya untuk mendapatkan lebih banyak korban.

Baca juga: Update Korban Virus Corona, Jumlah Korban Tewas 132 Orang, Kota Mati di China Bak Film Zombie

Baca juga: Mode Zombie Segera Ditarik dari Call of Duty Mobile, Masih bisa Dimainkan Sebelum (25/3/2020)

.

.

.

(*/ TRIBUNBATAM.id)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved