Dana Rp 280 Triliun dari Abu Dhabi dan Saudi Bakal Jadi Modal Bangun Gedung-gedung di IKN
Pemerintah Indonesia mendapatkan komitmen investasi dari Timur Tengah dalam membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara senilai Rp 280 triliun.
JAKARTA, TRIBUNBATAM.id - Pemerintah Indonesia mendapatkan komitmen investasi dari Timur Tengah dalam membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Nilainya tak tanggung-tanggung, mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 280 triliun.
Investasi dari Timur Tengah ini menggantikan SoftBank yang menarik rencana investasinya sebesar US$ 100 miliar untuk proyek IKN.
Seperti dilansir Reuters, SoftBank Corp menungumkan pembatalan itu Jumat pekan lalu.
Tetapi mereka tetap terus berinvestasi di Indonesia melalui Vision Fund dan perusahaan portofolionya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tidak heran dengan mundurnya SoftBank.
Kemunduran mereka bukan karena IKN tidak feasible, tetapi karena kondisi perusahaan mereka sendiri.
"Kalau SoftBank dari awal sudah mundur dia, sejak sahamnya drop. Kemudian dia punya vision fund. Fund-nya tidak jadi ditaruh di Saudi, tidak jadi ditaruh di Abu Dhabi. Jadi dia tidak ada (dana), ya sudah off,” ujar Luhut, Jakarta, Selasa (15/3/2022).
Pemerintah kemudian mengejar sumber dana Softbank langsung dari Saudi dan Abu Dhabi.
Baca juga: JOKOWI Siapkan Wedang Jahe Sambut Kedatangan Marquez Cs Jelang MotoGP Mandalika
Baca juga: INGIN Pulang Kampung saat Lebaran, Warga Batam Mulai Cari Lokasi Vaksin Booster
Indonesia pun mendapat komitmen investasi dari Abu Dhabi dan Saudi Arabia.
"Akan masuk, angkanya kira-kira 20 miliar dolar AS," kata Luhut.
Mereka akan investasi untuk eksternal, pembangunan-pembangunan di luar gedung pemerintahan.
Sementara proyek pemerintahan tetap dibiayai menggunakan APBN.
SoftBank tetap berkomitmen untuk berinvestasi di sektor lain di Indonesia melalui SoftBank Vision Fund.
Sebagai catatan, menjelang akhir 2017, startup kesehatan Alodokter memperoleh pendanaan sebesar Rp 121 miliar, yang dipimpin oleh SoftBank Venture Korea.
Luhut juga memastikan CEO SoftBank Masayoshi Son telah dihapus namanya dari Dewan Pengarah Pembangunan IKN.
Posisi pengganti Masyoshi sedang dicari, tetapi nantinya bisa diisi oleh investor baru atau lainnya.
"Lagi kita cari penggantinya. Bisa juga (dari investor) tapi bisa juga tidak," ucap Luhut.
Saat SoftBank berminat investasi 100 miliar dolar AS di IKN, pemerintah menunjuk Masayoshi Son sebagai Ketua Dewan Pengarah IKN bersama Eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohamed bin Zayed Al Nahyan atau MBZ.
Faktor Risiko
Terpisah, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai ada indikasi kuat risiko politik pembangunan IKN cukup tinggi di masa datang hingga membuat Softbank menarik diri.
"Terlebih, kegaduhan belakangan soal perpanjangan masa jabatan Presiden membuat investor memilih wait and see. Investasi di IKN bukan jangka pendek, tapi butuh kepastian jangka panjang," ujarnya.
Dikhawatirkan, risiko politik terkait penundaan pemilu 2024 tersebut akan membuat proyek IKN terkendala, bahkan juga bisa saja berhenti total. Namun di sisi lain, Bhima mengungkapkan, Softbank sendiri memiliki masalah keuangan internal, bahkan sebelum masa pandemi.
"Kerugian Softbank dari Wework tahun 2020 dan Alibaba tahun 2021 belum bisa tergantikan hingga saat ini," katanya.
Mundurnya Softbank ini juga dinilainya memberi sinyal kepada investor bahwa strategi perusahaan akan lebih fokus terhadap pendanaan startup digital. "Softbank akan lebih fokus ke pendanaan startup, bukan proyek pemerintahan," kata Bhima. (Tribun Network/sen/van/wly)