Pertumbuhan Ekonomi Kepri 2022 Diprediksi Capai 4,5 Persen
Bank Indonesia Kepri memprediksi pertumbuhan ekonomi Kepri tahun 2022 ini capai 3,7 sampai 4,5 persen
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) tahun 2022 diperkirakan mencapai kisaran 3,7 sampai 4,5 persen.
Sebelumnya, ketegangan antara Rusia dan Ukraina turut berdampak terhadap Provinsi Kepri, khususnya bersumber dari kenaikan harga komoditas global seperti energi, sehingga berpotensi menekan inflasi.
Bank Indonesia (BI) mencatat inflasi pada triwulan I 2022 sebesar 3,24 persen (yoy), bersumber dari kenaikan harga minyak goreng, cabai merah dan angkutan udara.
"Tekanan inflasi diperkirakan akan berlanjut seiring dengan kenaikan harga BBM non subsidi dan momentum Idul Fitri yang akan memicu inflasi pada jasa angkutan udara," ujar Kepala Perwakilan BI Provinsi Kepri, Musni Hardi K. Atmaja, baru-baru ini di Batam.
Risiko peningkatan inflasi juga didorong oleh kondisi perekonomian yang diperkirakan terus mengalami perbaikan. Meski demikian, dengan sinergi yang kuat dari seluruh stakeholders, inflasi diperkirakan akan terkendali pada kisaran sasaran 3 sampai kurang lebih 1 persen.
Musni menambahkan, dalam hal ini masyarakat juga berperan penting dalam mewujudkan inflasi yang terkendali dengan berbelanja secara bijak sesuah kebutuhan.
"Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah dan stakeholders lainnya akan terus memastikan ketersediaan pasokan keterjangkauan harga bahan-bahan kebutuhan masyarakat," tambah Musni.
Inflasi Maret
Sebelumnya, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kepri mencatat pada Maret 2022, Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri secara bulanan mengalami inflasi sebesar 0,68 persen (mtm).
Baca juga: INFLASI Tanjungpinang Terendah di 24 Kota IHK di Sumatera, Batam Deflasi 0,48 Persen
Baca juga: Kenaikan Harga Minyak Goreng dan Cabai Merah Dorong Inflasi di Kepri Maret 2022
Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan Februari 2022 yang mengalami deflasi sebesar -0,42 persen (mtm).
Inflasi terutama didorong dari kenaikan harga kelompok volatile food yakni minyak goreng dan cabai merah.
Pada saat yang sama, IHK Nasional juga tercatat mengalami inflasi sebesar 0,66 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan deflasi pada Februari 2022 yang tercatat sebesar -0,02 persen (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Kepri pada Maret 2022 mengalami inflasi sebesar 3,24 persen (yoy), atau meningkat dibandingkan Februari 2022 sebesar 2,47 persen (yoy), namun masih berada dalam rentang sasaran inflasi Nasional sebesar 3 ± 1 % (yoy).
"Inflasi di Kepri pada Maret 2022 bersumber dari kenaikan harga komoditas kelompok makanan, minuman dan tembakau utamanya minyak goreng sejalan dengan kebijakan Pemerintah untuk menyesuaikan harga minyak goreng kemasan sesuai dengan harga pasar," ujar Kepala TPID Kepri, Musni H. K. Atmadja.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepri itu melanjutkan, kenaikan cabai merah didorong oleh menurunnya pasokan dari sentra produsen seiring dengan perubahan siklus panen akibat pergeseran musim tanam.
Secara spasial, Batam mengalami inflasi sebesar 0,73 persen (mtm), sedangkan Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 0,36 persen (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan Batam mengalami inflasi sebesar 3,39 persen (yoy), dan Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 2,15 persen (yoy).
Komoditas utama penyumbang inflasi di Batam adalah minyak goreng, cabai merah dan angkutan udara, sedangkan komoditas penyumbang inflasi di Tanjungpinang adalah cabai merah, minyak goreng, dan kue kering.
Memasuki bulan April 2022, tekanan inflasi diperkirakan masih cukup tinggi.
Beberapa risiko inflasi yang perlu diwaspadai, antara lain peningkatan permintaan angkutan udara menjelang Idul Fitri, penyesuaian harga BBM non subsidi seiring tingginya harga minyak dunia, dan meningkatnya kebutuhan bahan pangan strategis masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri.
Sehubungan dengan hal tersebut, upaya pengendalian inflasi oleh TPID pada April akan difokuskan untuk memastikan ketersediaan stok, menjaga kelancaran distribusi, dan memastikan keterjangkauan harga dengan terus memastikan kelancaran aktivitas bongkar muat dan ketersediaan stok bahan pangan strategis pada distributor dan Bulog, serta melakukan monitoring harga bahan pangan.
Selain itu masyarakat juga diimbau untuk dapat berbelanja secara bijak dan tidak berlebihan, sehingga dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan inflasi secara signifikan.
Dalam jangka panjang, TPID akan terus mendorong upaya pengendalian inflasi dengan meningkatkan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan atau petani, perluasan lahan dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda (Proliga), program urban farming, dan digital farming kepada petani dan nelayan.
TPID juga akan terus mendorong pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS).
(tribunbatam.id/Hening Sekar Utami/Rebekha Ashari Diana Putri)
Baca juga Berita Tribun Batam lainnya di Google