Mengenal Fenomena Alam Black Moon Serta Dampaknya Bagi Cuaca
Fenomena alam bulan hitam atau Black Moon rencananya dapat dilihat di Indonesia hari ini, Senin (30/5/2022) pukul 18.30 WIB.
TRIBUNBATAM.id - Fenomena alam Bulan Hitam atau Black Moon bakal terjadi di Indonesia hari ini, Senin (30/5/2022) pukul 18.30 WIB.
Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang terjadi setiap 29 bulan sekali.
Kondisi ini merupakan fase bulan baru kedua dalam satu bulan masehi yang sama.
Hal ini disebabkan oleh umur bulan Masehi selain Februari lebih panjang dibandingkan dengan durasi siklus sinodis bulan.
Sementara Bulan baru pertama di dalam bulan Masehi jatuh di awal bulan.
Fenomena alam ini sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2016 dan 30 Agustus 2019.
Ini akan terjadi kembali pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027 mendatang.
Baca juga: Penyebab Gerhana Bulan Super Blood Moon Berwarna Merah, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Baca juga: Mengapa Super Blood Moon Disebut Langka? Gerhana Bulan Total Terjadi 195 Tahun Sekali
"Hari ini, tepatnya malam nanti pukul 18.30 WIB akan terjadi Bulan Hitam," kata Andi saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (30/5/2022).
Tahun ini, fenomena Bulan Hitam juga sebenarnya terjadi di Amerika Serikat pada akhir Januari 2022.
Andi menjelaskan, perbedaan ini dikarenakan zona waktu yang digunakan berbeda-beda di setiap tempat.
Selain itu, jatuhnya fase Bulan baru untuk setiap lunasi juga berbeda-beda.
"Sehingga, ada wilayah yang mengalami Bulan Hitam Tripel, ada wilayah yang mengalami Bulan Hitam Ganda dan ada wilayah yang hanya mengalami Bulan Hitam sekali saja," ujarnya.
Ia menuturkan, fenomena Bulan Hitam tidak bisa dilihat secara kasat mata.
Sebab, formasi Bumi-Bulan-Matahari terlihat satu garis lurus jika diamati di atas kutub.
Dengan begitu, permukaan Bulan yang menghadap Bumi tidak terkena cahaya Matahari, sehingga tampak gelap.
"Setiap 2 hingga 5 kali setahun, konfigurasi ini bertepatan dengan ketika Bulan berada di titik simpul orbit. Sehingga, bayangan Bulan jatuh ke permukaan Bumi dan mengakibatkan Gerhana Matahari," sambungnya.
Seperti fase Bulan baru pada umumnya, Andi menyebut fenomena Bulan Hitam dapat mengakibatkan naiknya pasang laut dibandingkan hari-hari lainnya.
Bahkan, pasang air laut pada malam nanti berpotensi lebih tinggi dibandingkan saat Bulan baru.
Baca juga: Super Blood Moon Akan Membuat Bulan Tampil Merah Berkarat, Simak Fakta-faktanya
Baca juga: 7 Fenomena Langit Sepanjang Bulan September, Full Corn Moon Bisa Disaksikan Malam Ini
"Kombinasi badai laut yang menyebabkan swell atau alun dan ditambah dengan efek astronomis dari fase Bulan baru, dapat menyebabkan air pasang bisa lebih tinggi dibandingkan saat terjadi badai laut saja atau saat Bulan baru atau purnama saja," tuturnya.
FENOMENA Gerhana Super
Selain fenomena Black Moon, terdapat fenomena gerhana bulan super moon.
Apa itu super moon? Bulan mengelilingi bumi dalam orbit elips.
Setiap bulan, bulan akan melewati titik terdekat dengan bumi dan titik terjauh dari bumi.
Ketika bulan berada pada titik terdekat dengan bumi, ia disebut super moon karena tampak sangat besar dan sangat cerah.
Pengamat di berbagai wilayah di dunia bisa melihat super moon sepanjang malam, jika langit sedang cerah.
Sebagaimana bulan purnama, super moon terbit di timur sekitar matahari terbenam dan terbenam di barat sekitar matahari terbit.
Gerhana bulan total biasanya berlangsung selama 15 menit.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui fasenya agar tidak melewatkan fenomena yang langka ini.
Kenapa bulan berwarna merah saat gerhana?
Baca juga: Bulan Terbaik Membangun, Membeli dan Merenovasi Rumah Berdasarkan Fengshui
Baca juga: Terjadi Pas Waisak, Ini Keunikan Gerhana Bulan Total Super Blood Moon Indonesia 26 Mei 2021
Warna merupakan salah satu cara otak manusia untuk menafsirkan variasi sifat fisik cahaya.
Sifat yang sama menyebabkan setiap warna cahaya berperilaku berbeda saat melewati zat seperti udara.
Sinar matahari membengkok dan berhamburan saat melewati atmosfer bumi.
Di udara, warna-warna di ujung biru dan ungu pelangi tersebar lebih luas daripada warna-warna seperti merah dan oranye.
Cahaya biru yang tersebar luas mewarnai langit ketika matahari berada di atas kepala atau ketika pagi hari sangat cerah.
Cahaya yang lebih merah bergerak di jalur yang lebih lurus di udara, kita hanya melihatnnya tersebar di seluruh lanngit di sekitar matahari terbit dan terbenam.
Selama gerhana bulan, sebagian cahaya pagi dan sore yang tersaring akan menembus atmosfer bumi dan akhirnya mencapai permukaan bulan.
Gerhana bulan tampak merah-oranye yang tersisa dari semua matahari terbenam dan matahari terbit yang terjadi di seluruh dunia pada saat itu.
Semakin banyak debu atau awan di atmosfer bumi, maka gerhana bulan pun akan tampak semakin merah.(TribunBatam.id) (Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh/Lulu Lukyani)
Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google
Sumber: Kompas.com