BERITA SRI LANKA

Sri Lanka Bangkrut, Presiden Gotabaya Kabur, Perdana Menteri Siap Mundur

Pengumuman Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe bersedia mundur dari jabatannya setelah Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan kediamannya

TribunBatam.id/Kompas.com via AFP
Polisi menembakkan tabung gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa di jalan menuju Istana Kepresidenan Sri Lanka di Colombo pada 9 Juli 2022. Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang terkepung melarikan diri dari kediaman resminya di Colombo, pertahanan utama kata sumber kepada AFP, sebelum pengunjuk rasa berkumpul untuk menuntut pengunduran dirinya menyerbu kompleks tersebut. 

TRIBUNBATAM.id - Krisis ekonomi parah sedang terjadi di negara Sri Lanka.

Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta orang itu tengah berjuang di bawah kekurangan devisa yang parah.

Krisis ekonomi parah di Sri Lanka ini berdampak pada pembatasan impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan, yang menjerumuskannya ke dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948.

Negara bahkan sempat meminta warga Sri Lanka yang berada di perantauan untuk mengirimkan uang untuk membeli makanan.

Pemerintah di negara Asia Selatan itu mengumumkan gagal membayar utang luar negeri hingga Rp 723 triliun atau 51 dollar AS.

Aksi demonstran yang turun ke jalan tak terhindarkan.

Banyak yang menyalahkan kemunduran negara ini pada Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Yang terbaru, Perdana Menteri (PM) Sri Lanka Ranil Wickremesinghe bersedia mengundurkan diri untuk memberi jalan bagi pemerintah mencapai persatuan baru.

Baca juga: Amerika Serikat Umumkan Tambah Bantuan 20 Juta Dolar AS Bantu Krisis Ekonomi Sri Lanka

Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, (dua dari kiri) ambil bagian dalam perayaan keagamaan di sebuah kuil di Kolombo, Sri Lanka, Kamis, 12 Mei 2022.

Ia disampaikan oleh Kantor Perdana Menteri Sri Lanka pada Sabtu (9/7/2022), setelah Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa meninggalkan kediaman resminya ketika diserbu oleh pengunjuk rasa.

"Untuk memastikan keselamatan warga, dia setuju dengan rekomendasi para pemimpin partai oposisi (untuk mundur", kata Kantor Wickremesinghe, dikutip dari Kompas.com melalui AFP.

Secara terpisah, ribuan pengunjuk rasa di ibu kota Sri Lanka, Colombo, dilaporkan telah menerobos barikade polisi dan menyerbu kediaman resmi Presiden Gotabaya Rajapaksa pada Sabtu.

Insiden ini terjadi dalam salah satu demonstransi anti-pemerintah terbesar di negara yang tengah dilanda krisis ekonomi tersebut.

Dikutip dari Reuters, rekaman video dari saluran berita TV lokal NewsFirst menunjukkan beberapa pengunjuk rasa, dengan memegang bendera dan helm Sri Lanka, terlihat masuk ke kediaman Presiden Sri Lanka.

Dua sumber Kementerian Pertahanan Sri Lanka mengatakan Presiden Gotabaya Rajapaksa telah dipindahkan dari kediaman pada Jumat (8/7/2022), untuk keselamatannya menjelang rapat umum yang direncanakan diadakan pada akhir pekan ini.

Siaran langsung Facebook dari dalam rumah Presiden menunjukkan ratusan pengunjuk rasa, beberapa membawa bendera, berkemas ke kamar dan koridor, meneriakkan slogan menentang Rajapaksa.

Ratusan demonstran juga berseliweran di halaman di luar gedung bercat putih era kolonial itu.

Tidak ada petugas keamanan yang terlihat.

Setidaknya 21 orang, termasuk dua polisi dilaporkan terluka dan dirawat di rumah sakit dalam protes yang sedang berlangsung.

TIGA Menteri Emban Tugas Khusus

Menteri Sri Lanka sebelumnya mendapat tugas khusus untuk mengatasi krisis ekonomi di negara itu.

Tepatnya tiga menterinya diminta menggelar perjalanan bisnis ke Rusia dan Qatar.

Kondisi ini terjadi setelah negara itu dihantam krisis ekonomi hebat yang berdampak pada pasokan bahan bakar minyak atau BBM.

Tujuan tiga menteri itu untuk mencari diskon minyak mentah setelah negara itu juga mengalami krisis bahan bakar.

Baca juga: Sri Lanka Dihantam Krisis Hebat, Negara Desak Perantau Kirim Uang Buat Beli Makanan

Perjalanan bisnis ini dilaksanakan Sri Lanka pada Senin (27/6/2022) seperti diberitakan Channel News Asia.

Menteri Energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera diminta pergi ke Qatar.

Sementara dua menteri lainnya akan ditugaskan untuk melakukan pembicara dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Dua menteri akan pergi ke Rusia dan saya akan pergi ke Qatar besok untuk melihat apakah kami dapat mengatur persyaratan konsesi," jelas Wijesekera kepada wartawan di Kolombo.

Rencana ini disampaikan setelah perusahaan energi Ceylon Petroleum Corporation mengumumkan kondisi bahan bakar di Sri Lanka yang saat ini hampir kehabisan stok bensin dan solar, imbas kosongnya cadangan devisa negara untuk melunasi pembayaran pengiriman BBM sebesar 700 juta dolar AS.

Hal inilah yang membuat kapal kargo pengangkut BBM Sri Lanka terpaksa ditangguhkan sampai Sri Lanka melunasi pembayarannya.

Bahkan di tengah adanya krisis tersebut, Ceylon Petroleum Corporation nekat menaikan harga BBM guna mengumpulkan pundi – pundi pendapatan untuk membeli lebih banyak minyak menyusul pembelian 90.000 ton minyak mentah Siberia bulan lalu.

Tercatat harga solar dinaikkan sebanyak 15 persen menjadi 460 Rupee.

Sementara untuk harga bensin naik 22 persen 550 Rupee.

Kenaikan ini bukanlah kali pertama yang dialami Sri Lanka.

Baca juga: KKP Periksa dan Awasi Rig Berbendera Sri Lanka di Perairan Batu Ampar Batam

Sebelumnya pemerintah telah lebih dulu menaikan harga BBM jenis diesel sebanyak empat kali lipat dan harga bensin sudah naik tiga kali dari harga tahun lalu.

Apabila rencana kerjasama ini disetujui oleh Rusia dan Qatar, maka nantinya Sri Lanka akan langsung menugaskan Ceylon Petroleum Corporation untuk menampung impor energi dari kedua negara tersebut.

Lebih lanjut angka inflasi Sri Lanka pada akhir Mei lalu telah tembus mencapai 45,3 persen.

Sementara ekonom swasta menempatkan pendapatannya sebanyak 128 persen.

Dengan angka tersebut tentunya menambah beban inflasi di Sri Lanka.

Hingga pihaknya menjadi negara yang mengalami inflasi tertinggi kedua di dunia setelah Zimbabwe.

Kondisi memprihatinkan inilah yang kemudian membuat Deputi Asisten Menteri Keuangan AS berkomitmen untuk menyuntikan 158,75 juta dolar AS dalam pembiayaan baru bagi warga Sri Lanka selama dua minggu kedepan.(TribunBatam.id) (Kompas.com/Irawan Sapto Adhi)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Sumber: Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved