WAWANCARA EKSKLUSIF

Idul Adha Batam Dalam Bayang Penyakit Mulut dan Kuku Hingga Covid-19

Idul Adha di Batam terjadi dalam bayang-bayang penyakit mulut dan kuku (PMK) hingga covid-19. Tribun mengulasnya bersama Ketua MUI Kota Batam.

Dokumentasi Tribun Batam
Tribun Podcast edisi Selasa (12/7/2022) menghadirkan Ketua MUI Kota Batam, KH. Luqman Rifa'i, S.Ag. Edisi Tribun Podcast ini membahas perayaan Idul Adha dalam bayang-bayang penyakit mulut dan kuku (PMK) dan covid-19. 

Ketua MUI: Ya begini, kalau terkait urusan non agama seperti pelayanan publik tentu tempat keluh kesahnya adalah pemerintah baik itu eksekutif dan juga legislatif dan lainnya.

Tapi kalau tanda kutip berkaitan dengan agama memang tumpuannya ke majelis ulama, sebab lebih sebagai representasi organisasi umat islam yang ada, karena rutenya lebih banyak kasus kehidupan masyarakat yang sering kali berkaitan perlu pertimbangan dari fatwa MUI, begitu lah kira-kira.

TB: Pak Kiai, apakah setelah dilantik dan merasakan situasi sulit yang dibayang-bayangi kecemasan masyarakat akan pandemi dan PMK saat ini, MUI memiliki program masa depan untuk kesejahteraan atau pun mendampingi umat?

Baca juga: Batam Tambah Lima Kasus Baru Covid-19, Kini Ada 18 Pasien Berjuang Sembuh Corona

Ketua MUI: Perlu kami sampaikan MUI ini bukan lah lembaga negara dan ini harus kita catat.

Kalau bukan lembaga negara, maka gerakannya juga tidak sama dengan lembaga negara.

Tapi kalau entry point planning itu kita banyak, hanya budgeting kita tidak dibiayai oleh negara.

Ya semuanya bergantung, kalau kepala daerahnya care dengan kita mengajukan, maka akan diberikan.

Ini yang perlu kami sampaikan, agar jangan sampai MUI itu dikira adalah perpanjangan tangan pemerintah, jelas itu tidak.

Kita adalah independen dan wadah musyawaroh ulama umat dan pemerintah guna mencari solusi jika ada persoalan kebangsaan dan keagamaan.

Kalau diputusan rapat kerja daerah kita itu, sebenarnya banyak dan memang diperiode saya saat ini, komisi yang sebelumnya ada lima, saya kembangkan menjadi 13.

Karena itu tadi berangkat dari pengalaman saya saat menjadi wakil ketua sebelumnya.

Ternyata persoalan yang harus diselesaikan oleh MUI itu banyak kalau tidak kita pilah akan kedodoran.

Kita bersyukur hampir setiap bulan itu program kerja bisa berjalan meski dengan budget yang lemah, kita dapat berkolaborasi dengan pihak-pihak lainnya dan saya rasa di tengah situasi sulit seperti ini.

Baca juga: Pemko Batam Kejar Capaian Vaksinasi Booster Covid-19, Kini 55,37 Persen

Cara tersebut sangat lah efektif.

TB: Dengan komisi yang bapak bentuk dan kembangkan itu, menurut bapak apakah sudah efektif menyelesaikan persoalan umat?

Ketua MUI: Pertama tentang nomenklatur komisi itu ada pedoman dari MUI pusat, tapi kemudian dalam klausul pedoman dasar dan rumah tangga membolehkan kita berinisiatif membentuk komisi tersendiri.

Jadi kalau ditanya apakah komisi itu cukup menyelesaikan masalah saya rasa ukurannya tidak akan cukup.

Namun, paling tidak sudah ada progres dari yang sebelumnya bagaimana kita dengan komisi yang banyak akan berbagi tugasnya bisa lebih mudah.

TB: Bicara impian dan cita-cita, kalau boleh tahu seperti apa pak kiai memandang MUI ini untuk lima tahun ke depan?

Ketua MUI: Ya baik, karena amanat besar waktu itu bagaimana MUI punya kemandirian, yang salah satunya adalah punya kantor sendiri maka saat ini kita sudah punya lahan hanya sekarang lagi kita kaji teknisnya itu untuk dapat dibangun.

Dengan impian saya, saat ditanya tentang ukuran dan model bangunan, impian saya kalau bisa sembilan lantai.

Meski tidak harus dimasa saya diselesaikan, tapi saya punya planning konsepnya untuk pengurus dimasa yang akan datang.

Dan nama ruangan salah satunya itu saya beri nama Graha Ulama.(TribunBatam.id/Noven Simanjuntak)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google

Berita Tentang Wawancara Eksklusif

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved