PARIWISATA KEPRI AMAN
Situs Istana Damnah Jadi Peninggalan Sejarah Kerajaan Melayu Riau Lingga di Kepri
Istana Damnah dibangun oleh Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah III pada saat Kerajaan Melayu Riau Lingga mengalami masa kejayaan. Kini tinggal puing
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Situs Istana Damnah yang terletak di Kampung Damnah, Daik, Kecamatan Lingga, merupakan situs jejak peninggalan Kerajaan Riau Lingga yang sarat dengan sejarah.
Istana Damnah dibangun oleh Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah III (1857-1883), pada saat Kerajaan Melayu Riau Lingga mengalami masa kejayaan.
Bangunan aslinya kini sudah roboh. Hanya menyisakan puing-puing atau struktur-struktur yang masih tertinggal di sana.
Namun para pengunjung bisa melihat Replika Istana Damnah, yang tepat berdiri tidak jauh dari bangunan aslinya.
Bangunannya tampak memiliki ciri khas Melayu, dengan balutan warna kuning dan hijau.
Ditambah lagi corak bangunan yang unik, seperti bagian jendela, pintu, dan bentuk bunga berwarna kuning di bagian sisi atap.
Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardy menyebutkan, bahwa Istana Damnah Dibangun pada masa Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II.
Beliau bertahta di Kerajaan Riau Lingga pada tahun 1857 hingga 1883 M.

Tepatnya ini dibangun pada tahun 1860 M untuk dijadikan kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, sebagai tempatnya memimpin kerajaan.
Dalam pembangunan Istana Megah ini, Lazuardy menerangkan bahwa saat itu Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah II dibantu oleh Raja Muhammad Yusuf Al Ahmadi.
Beliau adalah Yang Dipertuan Muda Riau X pada masa periode 1857 sampai 1899 M.
Baca juga: Ini Asal Tanah Daik yang Dibawa Gubernur Kepri ke IKN: Bekas Tapak Istana Damnah
"Bangunan ini adalah saksi sejarah, di mana Sultan pernah bertahta di kawasan ini," ujar Lazuardy kepada TribunBatam.id.
"Jadi Istana Damnah ini tempat Balairung bertitah, ada Balairung sri, dan di belakang ada Balai peraduan dan sebagainya, banyak. Lebih kurang ada 7 bangunan yang ada di Istana Damnah," sambungnya.
Hingga kini bangunan Replika Istana Damnah ini difungsikan sebagai tempat untuk melakukan acara adat dan budaya di Lingga.