Analisa Bank Indonesia Tentang Perekonomian Nasional di Tengah Geopolitik Global

Gubernur Bank Indonesia menganalisa pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi geopolitik global.

TribunBatam.id/Dok Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menganalisa pertumbuhan ekonomi nasional di tengah kondisi geopolitik global. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Bank Indoesia (BI) memperkirakan perekonomian Indonesia tetap tumbuh baik dan berdaya tahan terhadap dampak rambatan global.

Pada triwulan III 2023, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi swasta, termasuk konsumsi generasi muda, yang meningkat sejalan peningkatan konsumsi di sektor jasa dan keyakinan konsumen yang masih tinggi.

"Pertumbuhan investasi juga tetap baik didorong berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN)," ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI dalam keterangan yang diterima TribunBatam.id, Sabtu (21/10/2023).

Sementara itu, pertumbuhan riil ekspor barang menurun seiring pelemahan permintaan dari negara mitra dagang utama, terutama Tiongkok, dan penurunan harga komoditas.

"Sedangkan ekspor jasa tetap tumbuh tinggi sejalan dengan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara," ujar Perry.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di Sulampua, Kalimantan, dan Jawa.

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3 persen pada 2023 dan meningkat pada 2024.

Berlanjutnya perbaikan ekonomi pada 2024 terutama didorong oleh permintaan domestik sejalan dengan kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN), penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan, Bank Indonesia terus meningkatkan stimulus kebijakan makroprudensial dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, dengan sinergitas kebijakan fiskal Pemerintah yang semakin erat.

Sementara itu, perekonomian global melambat dengan ketidakpastian yang semakin meningkat tinggi.

Pertumbuhan ekonomi global diprakirakan melemah dan disertai divergensi pertumbuhan antar​negara yang semakin melebar.

Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprakirakan sebesar 2,9 persen dan melambat menjadi 2,8 persen pada 2024 dengan kecenderungan risiko yang lebih rendah.

Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada 2023 masih tumbuh kuat terutama ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa yang berorientasi domestik.

Sedangkan Tiongkok melambat dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti.

"Meningkatnya ketegangan geopolitik mendorong harga energi dan pangan meningkat sehingga mengakibatkan tetap tingginya inflasi global," ujar Perry.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved