LINGGA TERKINI

Jaga Warisan Budaya, Warga Berharap Gasing Lingga Dikenalkan Sampai ke Luar Daik

Warga berharap permainan Gasing Lingga bisa dipopulerkan sampai ke luar Daik. Sebab permainan ini telah jadi warisan budaya dan HAKI

Penulis: Febriyuanda | Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Febriyuanda
GASING LINGGA - Potret lomba permainan Gasing Lingga di Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri beberapa waktu lalu. Warga inginkan permainan ini bisa meluas ke seluruh wilayah di Lingga 

LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Permainan Gasing Lingga saat ini masih eksis dan digemari oleh kalangan warga di Daik, Kecamatan Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Bahkan dalam setahun, lomba permainan dari kayu ini sering diadakan beberapa kali, baik dari instansi maupun oleh pemuda setempat di Ibu Kota Kabupaten Lingga tersebut.

Meskipun disebut dengan nama Gasing Lingga, namun permainan tradisional ini masih belum dikenali di luar wilayah Daik.

Sebab Gasing Lingga hanya dimainkan di wilayah Daik dan sekitarnya di Kecamatan Lingga.

Baca juga: Warga Kampung Melukap Lestarikan Permainan Gasing Lingga dengan Gelar Lomba

Sementara, 12 Kecamatan di Lingga lainnya, masih belum pernah memainkan atau mengetahui permainan asli Gasing Lingga yang berkembang di Ibu kKota Daik itu.

Padahal, permainan ini telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada 2019 hingga menjadi hak cipta atau ditetapkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada 2021 dengan nama 'Gasing Lingga'.

Hingga saat ini, belum ada pelestarian Gasing Lingga ke 12 kecamatan lainnya yang dilakukan dari pihak terkait.

Beberapa wilayah, seperti Dabo Singkep dan sekitarnya, saat ini masih mengenali permainan gasing jantung atau gasing yang ditarah menggunakan parang.

Potret perlombaan gasing Lingga yang diikuti pelajar SD di Daik, saat event Museum Linggam Cahaya Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri pada November 2021 lalu.
Potret perlombaan gasing Lingga yang diikuti pelajar SD di Daik, saat event Museum Linggam Cahaya Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri pada November 2021 lalu. (tribunbatam.id/Febriyuanda)

 


Permainannya masih sangat tradisional, dan hampir sama dengan cara bermain gasing di wilayah Indonesia bagian lainnya.

Sementara itu, Gasing Lingga merupakan permainan yang berkembang di Daik. Pembuatannya sudah menggunakan mesin.

Bukan dari segi pembuatan saja, namun cara bermain dan aturannya, hingga bentuk pun berbeda dari gasing pada umumnya.

Dijelaskan Pemerhati Sejarah dan Budaya Lingga, Lazuardi, uniknya Gasing Lingga, ada tiga jenis gasing yang digunakan dalam permainan ini.

Baca juga: Gasing Lingga Permainan Tradisional yang Masih Eksis, Ajarkan Fokus dan Kompak

"Jadi kalau bermain di Daik dan jika diadakan lomba pun, masing-masing orang memakai tiga jenis gasing, dengan kegunaan yang berbeda, itu jadi salah satu ciri khas Gasing Lingga," ungkap Lazuardi kepada Tribunbatam.id, Minggu (23/6/2024).

Tiga jenis gasing itu, di antaranya Gasing Pemangkah atau pemukul, Gasing Pemasang atau penahan, dan Gasing Uri.

Sementara di wilayah Dabo, Senayang, dan kecamatan lainnya, kalangan warga hanya menggunakan gasing tradisional turunan masyarakat setempat.

Di mana, pada umumnya, ada satu jenis gasing yang diperuntukkan untuk semua kegunaan dan fungsi dalam permainan.

"Kalau di tempat kami, gasing kalau main cuma 1 itu aja, dibuat pakai parang, dan tali pemutar atau tali alet dari tali rafia," ungkap seorang warga Senayang, Iwan.

Di tempat terpisah, seorang warga Dabo, Den berharap, agar Gasing Lingga bisa dikenalkan di luar Daik.

"Ini sebagai bentuk pelestarian, jadi setiap ada kegiatan lomba Gasing Lingga, tak melulu dibuat di Daik, bisa di Dabo atau kecamatan lain," ungkapnya.

Ia juga berharap, Dinas Kebudayaan (Disbud) bisa menggalakkan pelatihan ini ke 12 kecamatan lainnya.

Sebab selama ini, kegiatan hanya mengarah kepada lomba-lomba tahunan di Museum Daik.

Menurutnya, pengenalan Gasing Lingga bisa menyasar dari tingkat pelajar SD, SMP, SMA hingga tingkat pemuda di desa-desa.

"Kalau nanti sudah diajarkan, lama kelamaan Gasing Lingga bisa berkembang di Dabo atau kecamatan lain. Jadi permainan ini tetap terjaga dari zaman ke zaman," ujar Den.

Ia menyebutkan, saat ini Tudung Manto yang telah menjadi WBTB dan HAKI milik Lingga, sudah diketahui dan menyebar luas ke seluruh 13 kecamatan di Kabupaten Lingga.

Baca juga: Warga Natuna Antusias Lihat Lomba Gasing Kapolda Kepri Cup Hari Pertama, Diikuti 8 Tim

Baik itu lewat pelatihan, hingga promosi yang dilakukan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Lingga

"Kini giliran Gasing Lingga dikenalkan di seluruh wilayah," imbuhnya.

Ia mengenang, semasa dirinya masih anak-anak, dulunya gasing masih sering dimainkan.

Namun, berkembangnya zaman di era teknologi digital, permainan rakyat ini mulai tidak pernah terlihat dimainkan oleh anak-anak di daerahnya Dabo Singkep.

"Mudah-mudahan bisa dilestarikan lagi dengan permainan Gasing Lingga, karena Gasing Lingga punya ciri khas tersendiri untuk masyarakat kita, berbeda dengan permainan gasing lain," tambahnya. (Tribunbatam.id/Febriyuanda)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved