Demi Keluarga di Kampung, Subandi Dorong Harapan dari Balik Gerobak Keripik Singkong di Natuna

Kisah perjuangan hidup kali ini datang dari Subandi, pedagang Keripik Singkong Sukmo Roso Bojonegoro di Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri.

TribunBatam.id/Birri Fikrudin
PEJUANG RUPIAH DI NATUNA - Subandi, pedagang Kripik Singkong Sukmo Roso Bojonegoro saat ditemui di tepi Jalan Soekarno Hatta, Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepri, Selasa (17/6). Ia rela merantau ke Natuna dan jauh dari keluarga demi menafkahi anak dan istrinya. 

TRIBUNBATAM.id, NATUNA - Deru kendaraan bermotor lalu lalang di Jalan Soekarno Hatta, Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat sore menjelang malam.

Di antara hiruk pikuk itu, tepat di seberang jalan di kawasan taman kota Pantai Piwang, Kabupaten Natuna berdiri Subandi.

Sebuah gerobak sederhana bertuliskan 'Kripik Singkong Sukmo Roso Bojonegoro' ada di dekatnya.

Pria berumur 35 tahun asal Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur (Jatim) itu tampak sabar menunggu pembeli.

Sejak 2022, Subandi mulai mengadu nasib di Natuna dengan satu tujuan mulia, menghidupi keluarga kecilnya dari hasil menjual keripik singkong.

"Awalnya saya ikut abang saya jualan di sini, tapi sekarang dia sudah pindah ke Anambas. Jadi saya lanjutkan usahanya di Natuna," ujarnya saat ditemui , Selasa (17/6/2025) sore.

Baca juga: Sukacita Kepulangan 57 Jemaah Haji Natuna, Bupati Cen Sui Lan: Semoga Menjadi Haji Mabrur

Dari hasil penjualan kripik buatannya sendiri, Subandi menafkahi istri dan menyekolahkan dua anaknya, yang masih duduk di sekolah TK dan bangku SMP yang mondok di pesantren.

Dalam sehari, ia bisa mendapat untung hingga Rp 100 ribu.

Jika sedang ramai, ia bisa membawa pulang dua kali lipatnya.

"Alhamdulillah, disyukuri saja,” tuturnya sambil tersenyum.

Hidup di tanah rantau dan jauh dari orang tercinta, Subandi mengaku sudah dua tahun tak pulang ke kampung halaman. 

Rindu pun menumpuk di dada, namun tekadnya tetap kokoh.

Baca juga: Tangis Haru Sambut Kedatangan Jemaah Haji Natuna di Masjid Agung Baitul Izzah

“Kalau pulang, ya pasti mau ketemu anak dan istri. Tapi biaya sekolah anak masih prioritas. Jadi saya tahan dulu,” katanya lirih.

Subandi kini tinggal di kontrakan kecil seorang diri, tempatnya berteduh dan memproduksi dagangannya itu.

Ia berjualan setiap sore hingga malam hari, menjajakan dua varian kripik singkong original dan balado. 

Produksinya mencapai 15 hingga 20 kilogram ubi kayu per hari, bahkan bisa melonjak hingga 25 kilo saat musim ramai seperti Lebaran.

“Dibilang berat ya berat, tapi ya dinikmati saja. Yang penting kebutuhan tercukupi dan anak-anak bisa sekolah,” ucapnya.

Meski jauh dari kata cukup dan hidup dalam keterbatasan, Subandi adalah cerminan dari ketulusan dan semangat seorang ayah. 

Baca juga: Pemkab Natuna Salurkan Bantuan Sosial Tunai di Serasan, Warga Kurang Mampu Terima Rp1,2 Juta

Ia bukan hanya seorang penjual kripik di pinggir jalan. Tapi juga pahlawan keluarga, dan kini jadi sosok inspiratif bagi siapa pun yang mengenalnya.

Dari gerobak kecilnya, Subandi tak hanya menjajakan kripik dan tak kenal lelah.

Ia membuktikan bahwa dari harapan, ketulusan, dan cinta keluarga mampu menempuh jarak, menaklukkan rindu, dan bertahan dalam segala cobaan. (TribunBatam.id/Birri Fikrudin)

Baca juga Berita TribunBatam.id lainnya di Google News

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved