BATAM.TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Dengan alasan impitan ekonomi, pasangan suami Istri (Pasutri) M Idris (39) dan Nursanti (32) nekat menjambret di Kawasan Casar Cayaha Garden, Bengkong, Batam, Minggu (10/7/2016).
Mirisnya lagi, saat beraksi Idris membawa dua orang anaknya yang masih berusia enam dan empat tahun.
Nursanti yang ditemui di Mapolsek Bengkong terlihat lesu dan berlinangan air mata.
Walaupun mengaku menyesal, namun perbuatannya bersama sang suami tetap membawa mereka ke balik jeruji besi.
Diceritakan Nursanti, saat kejadian itu ia berencana hendak pergi ke Kampung Nanasm tempat tinggal dia sebelumnya.
"Kami mau ambil barang ke Kampung Nanas, kemarin kami baru pindah rumah ke Tanjunguma. Rencananya tadi mau angkat barang,"aku Nursanti.
Saat melintasi pasar Cahaya Gareden, tiba-tiba saja suaminya menarik dompet seorang ibu-ibu.
Nursanti kaget saat sang suami mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi.
Tanpa sadar, ternyata sang suami sudah dikejar warga karena dompet yang dicurinya.
"Awalnya saya tidak tahu. Tiba-tiba saja abang bawa motornya laju. Ternyata dia baru saja mengambil dompet ibu-ibu tadi," lanjut Nursanti.
Didekat bundaran tidak jauh dari Pasar Cahaya Garden, seorang warga yang sudah mengejar pelaku langsung menghentikan laju kendaraan motor suaminya.
Empat orang anak-beranak ini lalu dibawa ke Pos Polisi yang ada di depan Pasar Cahaya Garden.
Saat dibawa, warga yang emosi terus memukuli Idris yang mengakibatkan darah segar keluar dari pelipis kiri sang suami.
Melihat kejadian tersebut, Nursanti dan kedua anaknya hanya bisa menangis histeris.
"Kami langsung dibawa ke Pos Polisi kemudian dibawa kesini (Polsek Bengkong)," lanjutnya.
Di sel tahanan Polsek Bengkong, kedua orang ini dipisahkan.
Idris dimasukan ke sel tahanan sebelah kiri sementara Nursanti disel sebelah kanan.
Sedangkan kedua anaknya dibawa pulang oleh adik kandung Nursanti.
Saat di sel tahanan pikiran Nursanti masih melayang teringat anak sulungnya yang ditinggal di kawasan Tanjunguma karena saat kejadian, anak sulungnya sengaja tidak dibawa lantaran Mio J yang mereka kendarai tidak bisa memuat banyak orang.
"Saya kepikiran anak saya yang paling besar. Dia masih di rumah dan tidak tahu apa-apa. Tadi saya suruh adik saya menjemputnya tapi dia tidak tahu dimana rumah kami yang baru itu,"sambung Nursanti.
Saat ditanyakan apa alasan sang suami nekat melakukan aksi kejahatan bersama anak dan istrinya, menurut Nursanti karena himpitan ekonomi.
Selama ini Idris hanya bekerja sebagai pengumpul rongsokoan alias pemulung.
Sementara anak keduanya hendak masuk sekolah dan sang kakak naik kelas tiga.
"Kakaknya butuh bayar uang buku, kalau adiknya mau masuk sekolah. Sementara kredit motor kami masih macet. Mungkin itu yang membuat abang nekat menjambret," tambahnya lagi.
Di Tanjunguma, Nursanti dan Idris merupakan warga pendatang baru.
Mereka mengontrak sebuah kamar kecil dengan harga Rp 400 ribu perbulanya.
Saat ini hanya satu keinginan Nursanti yaitu anak sulungnya bisa ditemukan pihak keluarga.
"Yang penting anak saya ketemu dulu. Karena disana dia sendirian saja. Gak tau sama siapa dia disana, pasti dia bingung mengapa mamak dan bapaknya gak pulang-pulang dari tadi,"tukasnya dengan berlinangan air mata.
Sementara itu, Idris saat dimintai keterangan hanya diam.
Dia hanya menundukan kepalanya saat digiring pihak kepolisian ke ruang penyidikan. (*)