TRIBUNBINTAN.COM, BINTAN - Sebanyak 3.442 mobil mewah dan alat berat asal Jerman masih dibongkar muat di Pelabuhan Bintan Offshore Marine Center (BOMC) Lobam.
Mobil asal Jerman tersebut terdiri berbagai brand dan tipe. Ada merek Mercy, BMW, VW dan Porshe.
Belum ada data resmi otoritas pelabuhan berapa unit setiap merek yang keluar kapal. Tidak semua mobil mewah tersebut murni dari Jerman seperti ramai diberitakan. Ada beberapa unit mobil dari negara lain.
Sebut saja Ferarri, brand produsen mobil sport yang berbasis di Maranello, Italia. Merek lain yakni Range Rover dan Jaguar, asal United Kingdom. Terakhir merek Volvo dan Scania asal Swedia.
Berdasarkan rekomendasi kegiatan bongkar barang yang diterbitkan Badan Pengusahaan (BP) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, ribuan mobil tersebut masuk ke Bintan lewat kapal MV Morning Composer, kapal dengan lambung bertuliskan Eukor.
Baca: Kunjungan Wisman Naik, Tapi Lama Menginap di Hotel Berbintang Justru Turun. Ini Penjelasan BPS Kepri
Baca: BMKG Tanjungpinang Ingatkan Cuaca Esktrem, Gelombang Laut Bintan dan Lingga Bisa Capai 2,5 Meter
Baca: Napi Meninggal di Lapas Klas IIA Tanjungpinang di Kijang Bintan, Polisi Telusuri Penyebabnya
Baca: Jumlah Tenaga Kerja di Bintan Tahun 2018 Sebanyak 35.834 Orang, Lebih Tinggi dari 2017
Kapal berbendera Panama tersebut masuk ke perairan Bintan melalui agen pelayaran PT Pelita Arsaka Bahari. Di manifest muatan, tertulis sebagai pengirim muatan atas nama DR Ingh. H.C.F Porsche AG Stugard - Germany. Penerima atas nama Freemantle Australia via PT Bintan Offshore Marine Center (BOMC).
Terlepas dari ramainya kontroversi kegiatan bongkar muat fumigasi tersebut, dunia otomotif tentu mengenal kendaraan tersebut sebagai merek-merek mahal di kelasnya. Ada yang menyebut, beberapa merek ditaksir harganya capai Rp 6 miliaran per unit bila menggunakan harga bandrol Indonesia.
Penelusuran di laman media resmi otomotif, www.oto.com, misalnya, disebutkan, satu unit mobil Porsce harga OTR Indonesia per 2018 dipasarkan Rp 1,5 miliar, tergantung kelasnya. Merek Ferarri disebut jauh lebih mahal lagi.
Jika melihat brand, harga hingga kredibilitas nama pabrikan, kapasitas mobil tersebut tentu tak perlu dipertanyakan lagi.
Lantas, mengapa perlu mendapatkan fumigasi lagi di Bintan? Mengapa tidak di Jerman langsung?
Kemudian, berapa besaran income buat negara atas kegiatan bongkar muat kendaraan impor mewah tersebut?
Soal income, Humas Bea dan Cukai Tanjungpinang, Oka Ahmad Setiawan kepada Tribunbatam.id mengatakan, Bea dan Cukai sebagai lembaga dibawah Menteri Keuangan sejauh ini tidak memberlakukan pajak dalam bentuk bea masuk dan sebagainya terhadap bongkar muat barang tersebut. Jadi kontribusi dalam bentuk pajak dan bea buat negara tidak ada.
Alasannya, mobil-mobil impor mewah tersebut berstatus angkutan lanjutan.
"Kegiatan angkut lanjut di seluruh dunia memang tidak akan dikenakan bea masuk. Kecuali barang tersebut masuk dan akan digunakan di Indonesia, pasti akan kita kejar bea masuk dan pajak dalam rangka impornya," kata Oka Ahmad.
Tapi ia memastikan, khusus untuk swasta yang terlibat atas kegiatan masuknya barang-barang impor mewah tersebut mendapatkan keuntungan. Diantaranya keuntungan pasti untuk PT BOMC, Sucufindo, hingga kawasan Industri Lobam.
"Dengan singgahnya kapal tersebut ke Lobam, pasti BOMC mendapatkankan keuntungan, dan keuntungan dari pihak swasta akan dikenakan pajak penghasilan. Begitu juga dengan Sucofindo. Biaya fumigasi akan membuat Sucofindo mendapatkan income. Sucofindo adalah BUMN. Ujung ujungnya keuntungannya untuk negara," kata Oki.
Khusus Bea dan Cukai, Oka memastikan tidak mendapatkan keuntungan dari aktivitas bongkar muat fumigasi. Sebab BC adalah lembaga non profit oriented.
Saat ditanya, berapa keuntungan pasti yang didapat swasta dari kegiatan fumigasi barang mewah tersebut seperti yang ia beberkan, Oka buru-buru menjawab bahwa soal hitung-hitungan bisnis ia tidak tahu.
"Waduh, kami ngga tahu hitung-hitungan bisnisnya. Itu di luar wewenang kita," kata Oka.(min)