Pabrik di China Bikin Robot Raksasa Donald Trump BAB Sambil Main Twitter

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Robot Donald Trump sedang BAB sambil ngetwit

TRIBUNBATAM.ID, SICHUAN - Perang dagang AS vs China yang dikampanyekan Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat hubungan ke dua negara  itu memanas, bahkan mulai mengguncang ekonomi dunia.

Perang dagang AS vs China ini juga membuat banyak industri di China marah karena Donald Trump akan menerapkan tarif impor yang besar bagi produk-produk asal China.

Sebuah pabrik di China membuat robot Donald Trump raksasa setinggi 16 kaki atau sekitar 4,9 meter.

Donald Trump Mengamuk. China Tiba-tiba Mundur dari Rancangan Kesepakatan Dagang yang Disusun

Video Detik-detik Lalu Muhammad Zohri Pecahkan Rekor di Osaka Jepang dan Lolos ke Olimpiade 2020

Lieus Sungkharisma Ditangkap Dugaan Makar, Tangan Diborgol Setiba di Polda Metro Jaya

Robot yang dibuat untuk tujuan satire itu terlihat sedang buang air besar di atas toilet emas sementara tangannya sedang asik main Twitter.

Robot tersebut juga mengucapkan kata-kata seperti "Anda adalah berita palsu", "tidak ada kolusi"  dan "Saya jenius yang sangat stabil",  sementara bagian belakang robot ini sedang terkentut.

Menurut Guardian, pabrik ini biasanya membuat benda-benda seperti robot dinosaurus untuk taman hiburan.

Tetapi, robot satire itu bukan inisiatif pabrik di Sichian.

Robot itu dipesan oleh Don Lessem, seorang ahli dinosaurus yang berbasis di Philadelphia yang juga seorang anti-Trump.

Ia mengeluarkan uang AS$ 25.000 untuk memesan robot tersebut.

Kebijakan negara Lewat Twitter

Seperti diketahui, Donald Trump adalah presiden yang seringkali menyampaikan kebijakan negara lewat Twitter, bukan saluran kenegaraan resmi, sehingga pernyataannya di Twitter tersebut sering membuat heboh.

Seringkali cuitan Donald Trump sering membuat pergerakan pasar saham dan pasar uang global jumpalitan.

Padahal, sering juga cuitan Trump tersebut ternyata hanya gertak sambal yang tidak dilaksanakan kemudian.

Seminggu yang lalu, Trump kembali membuat bursa berdarah-darah oleh cuitannya.

Setidaknya, ada 102 kata cuitan Trump yang membuat keuntungan saham menguap sekitar US$ 1,3 miliar di pasar global dalam sepekan.

Mengutip Bloomberg, pasar saham di seluruh dunia diguncang oleh cuitan Trump pada Minggu (5/5/2019) yang menyatakan akan menaikkan tarif barang-barang China.

Tak hanya memicu kerugian di pasar modal, tetapi juga mendatangkan volatilitas dengan Cboe Volatility Index naik 50% dalam dua hari untuk menembus 20 untuk pertama kalinya sejak Januari.

Bahkan, meskipun delegasi China mengirimkan delegasi ke Washington untuk membahas rancangan dagang kedua negara, Jumat besok, Trump masih berkicau di media sosial.

Risiko seputar hubungan dagang antara AS-China yang sebelumnya sudah hilang dari perhatian investor hingga pekan lalu, akhirnya kembali datang.

Dalam beberapa pekan terakhir, pasar saham mulai percaya dengan beberapa sentimen positif, seperti optimisme perundingan dagang yang berjalan baik, pernyataan bank sentral utama yang dovish dan laporan kinerja kuartal I-2019 emiten-emiten di AS yang lebih baik.

Kerry Craig, ahli strategi pasar global di JPMorgan Asset Management masih percaya kesepakatan perdagangan dapat dicapai meski akan memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan.

"Penarikan kembali di pasar disebabkan oleh betapa kuatnya rally di pasar saham dan investor mungkin sudah mencari alasan untuk profit taking," katanya.

Mengingat penurunan yang besar di pasar saham, beberapa investor jelas melakukan reposisi.

"Investor mengurangi portofolio mereka sebagai tindakan pencegahan," ujar Jeffrey Halley, analis pasar senior di Oanda Asia Pasifik.

Halley melihat jalan tengah untuk pasar dengan sentimen yang mendasari bahwa kesepakatan akan dilakukan dan hal itu dapat mengangkat ekspektasi pertumbuhan dan pendapatan. "Saya tidak akan meninggalkan pasar saham," ujar Craig.

Selain itu, menurut Alex Wong, Direktur aset manajemen Ample Capital Ltd bilang sikap dovish bank sentral berbeda dibanding tahun lalu ketika AS dan China memperketat kebijakan.

"Bahkan jika tidak ada kesepakatan yang dicapai, dampaknya tidak akan separah itu," ujar Wong. "Aku tidak khawatir."

Kini semuanya tergantung pada apa yang akan terjadi dalam perundingan yang akan digelar pada Kamis dan Jumat waktu Washington, ketika kedua negara menggelar perundingan dagang.

"Ini membuat kami berpotensi mengalami pekan yanng sangat emosional," kata Halley Oanda.

Seperti diketahui, hubungan diplomatik antara Beijing dan Washington kembali memanas.

Negosiasi berbulan-bulan yang menghasilkan rancangan kesepakatan setebal hampir 150 halaman, hancur lebur setelah China menarik hampir seluruh poin kesepakatan.

Sumber Reuters menyebutkan, dokumen itu penuh dengan upaya China untuk membalikkan tuntutan inti AS. 

Dari tujuh bab rancangan perjanjian dagang, China telah menghapus komitmennya untuk mengubah UU untuk menyelesaikan keluhan inti yang menyebabkan AS melancarkan perang dagang.

Yakni, pencurian kekayaan intelektual AS dan rahasia dagang, transfer paksa teknologi, kebijakan persaingan, akses layanan keuangan dan manipulasi mata uang.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin sangat terkejut dengan perubahan sikap China tersebut.

Buntutnya, Presiden AS Donald Trump menanggapinya lewat sebuah cuitan pada Minggu (5/5/2019) yang berisi ancaman untuk menaikkan tarif barang-barang China senilai US$ 200 miliar dari 10% menjadi 25% pada Jumat pekan ini.

Bahkan AS lewat pengumuman yang diposting di daftar Federal mengatakan bahwa tarif yang lebih tinggi mulai berlaku Jumat ini.

Pada Hari Rabu (8/5), Trump mengatakan keliru jika China berharap untuk bernegosiasi dagang dengan pemerintahan presidensial demokrat.

Berita Terkini