TRIBUNBATAM.id - Wajah personel pasukan khusus AS kebingungan saat melihat anggota Kopassus makan beling.
Mereka tak mengira pasukan elite TNI AD itu berani melakukan hal tersebut.
Namun, yang paling mudah untuk membuat klenger pasukan khusus AS, ketika dalam latihan jungle survival disuguhi buah durian.
Pasukan yang dibentuk harus memiliki kemampuan antiteror.
• Kondisi Siswi SMP di Sumedang Usai Diperkosa 5 Pria, Pingsan Dicekoki Obat Anti Mabuk
• 4 Alasan Brondong Lebih Suka Berpasangan dengan Perempuan Dewasa
• Stop Mobil Patroli Polisi di Nagoya, Ternyata 2 Turis Australia Kebingungan Cari Lokasi Pelabuhan
Sebagai referensi, ada beberapa satuan pasukan khusus dari berbagai negara menjadi acuan.
Referensi yang diperoleh, seperti ilmu pasukan khusus dari Jerman (GSG-9), Inggris (SAS), pasukan khusus antiteror Angkatan Laut Prancis dan pasukan khusus Korea Selatan.
Satuan-satuan itu banyak mempengaruhi pembentukan pasukan khusus di lingkungan TNI.
Kemudian, teknik pelatihan pasukan khusus dari sejumlah negara itu direkomendasikan oleh Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategi Letjen TNI, LB Moerdani, untuk segera diterapkan dalam pembentukan pasukan khusus TNI di kesatuan Kopassus.
Pasalnya, semua teknik yang diramu dari berbagai ‘aliran’ pasukan khusus itu, diyakini mampu membentuk tiap personel pasukan khusus TNI menjadi pasukan tempur yang sangat profesional.
Apa maksud dari pasukan tempur sangat profesional?
Letjen Benny menjelaskan bahwa tiap personel pasukan khusus yang sudah terlatih baik bisa melaksanakan misinya hingga tuntas, meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.
Dengan kata lain, kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.
Melainkan, oleh kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam, dan ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.
Demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.
Hingga saat ini, pasukan-pasukan khusus AS seperti Green Berets, Navy Seal, Delta Force, SWAT dan lainnya memang selalu tergantung teknologi militer untuk mendukung operasi tempur.
Misalnya, untuk melakukan pertempuran malam hari, pasukan khusus AS sangat tergantung kepada teropong pelihat malam (Night Vision Google/NVG) sehingga bisa melihat targetnya dalam gelap.
Tapi, bagi pasukan khusus seperti Kopassus, untuk melihat dalam gelap tidak perlu NVG karena mereka sudah dibekali ilmu beladiri pernapasan Merpati Putih sehingga bisa ‘melihat’ dalam gelap.
Setiap prajurit Kopassus juga mampu menembak tepat layaknya sniper tanpa dibantu oleh teropong dalam jarak minimal 300 meter. Sedangkan pasukan khusus AS umumnya bisa melakukannya dengan bantuan teropong.
Ada cerita saat pasukan elite TNI dan pasukan khusus AS melakukan latihan bersama.
Pasukan khusus AS yang umumnya berbadan besar, kadang merasa superior dibandingkan pasukan khusus TNI yang berbadan lebih kecil.
Tapi para pasukan khusus AS itu menjadi tidak berkutik ketika ilmu debus pasukan khusus TNI mulai dikeluarkan.
Selain menjadi kebal oleh sabetan senjata tajam, berkat ilmu debus yang dikuasai, seorang pasukan khusus AS yang berbadan raksasa hanya bisa kebingungan.
Pasalnya ketika pasukan khusus AS itu di suruh berdiri di atas selembar kertas koran dan kemudian diangkat oleh dua pasukan khusus TNI sambil mengerahkan negara dalamnya, dia bisa terangkat dengan mudah.
Namun, yang paling mudah untuk membuat klenger para pasukan khusus AS adalah ketika dalam latihan jungle survival mereka disuguhi buah durian.
Tak ada seorang pun pasukan AS berani makan durian, sementara pasukan khusus TNI bisa menyantap semua durian penuh gairan dan suka cita.
Berkat kemampuan pasukan khusus Indonesia yang tiap personelnya menguasai ilmu beladiri dan tenaga dalam itu, sesungguhnya telah membuat para jenderal di markas besar militer AS, Pentagon ketakutan.
Para jenderal di Pentagon yakin, pasukan khusus Indonesia menguasai ‘ilmu hantu’, sementara pasukan khusus AS sama sekali asing dengan ilmu kebatinan tersebut.
Oleh karena itu, jika dalam latihan bersama para pasukan khusus TNI mulai menerapkan ilmu kanuragannya (beladiri dan tenaga dalam), misalnya makan beling sewaktu mempraktikkan ilmu debus, benar-benar membuat para pasukan khusus AS sama sekali tak berkutik.
Maka menjadi masuk akal, jika dalam pertempuran melawan pasukan khusus TNI, para pasukan khusus AS yang bertempur tanpa menggunakan teknologi militer canggihnya, bisa dengan mudah dikalahkan.
Tulisan di atas bersumber dari buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Penerbit Buku Kompas, 2009.
Baca kisah-kisah Kopassus dan pasukan elite TNI di Tribunjambi.com.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Saat Kopassus Makan Beling, Pasukan Khusus AS Langsung Heran, Para Jenderal Pentagon Kaget