TRIBUNBATAM.id - Pada beberapa hari belakangan beredar dokumen bertajuk Risalah Rapat Pengangkatan Menteri Pembantu Presiden Joko Widodo Dalam Kabinet Kerja Jilid II Periode 2019-2024.
Dokumen berkop Koalisi Indonesia Maju Republik Indonesia tersebut berisi susunan kabinet dan nama materi serta pejabat setingkat menteri.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi‑Amin, Abdul Kadir Karding, memastikan isi dokumen itu hoax alias palsu.
Bagaimana Jokowi mempersiapkan Kabinet Indonesia Kerja Jidil II, melanjutkan pembangunan infrastruktur, dan melakukan reformasi birokrasi.
• Download Lagu MP3 Unity Alan Walker Baru Dirilis, Lengkap Lirik Lagu dan Video Klip
• Prajurit TNI Gugur Ditembak KKB Papua Saat Shalat, Begini Kabar Terkini Prada Usman
• Kisah Sedih di Kebun Tebu: Suami Pingsan Lihat Video Istrinya Selingkuh dengan Kakek-kakek
• Tasyakuran Kehamilan 3 Bulan, Lihat Penampilan Irish Bella Saat Gunakan Hijab
Kemarin sempat beredar daftar menteri Kabinet Kerja Jilid II, bagaimana komentar Anda?
Ya tanya saja kepada yang mengedarkan. Nggak ada itu (daftar menteri kabinet baru). Memang bisa saja yang lama (menteri lama) ada yang masih dipertahankan. Pasti ada.
PKB kalau nggak salah kan minta jatah 10 menteri?
Minta ya silakan. Mau minta 10, mau minta 30, ya nggak apa-apa.
Apakah memang berani mengangkat orang muda (milenials) menjadi menteri?
Saat ini dunia berubah cepat dan dinamis. Dalam kondisi seperti itu yang dapat merespon paling cepat, ya anak muda. Menurut saya, warna anak muda perlu kelihatan.
Baca: Pengakuan Nunung di Hadapan Sang Buah Hati, Menyesal Pakai Narkoba Hingga Membuat Ibundanya Terpukul
Baca: Kembali Dijenguk Hari Ini, Nunung Minta Dibawakan Lauk, Sayur Lodeh dan Sambal
Baca: Nonton Persija Lagi, Manohara Bantah Kedekatan dengan Marko Simic
Baca: Kabar Syahrini Hamil Kembali Menguat, Susu Kehamilan Istri Reino Barack Terekam Kamera Aisyahrani
Baca: Ketua KPSN Prihatin AFC Hukum PSSI
Ya bisa saja umur 20, 25 tahun. Tapi, ya harus punya pengalaman managerial, bukan hanya sekadar muda usia saja. Selain itu, juga mampu mengeksekusi program yang telah ditentukan.
Tidak ada rencana atau pemikiran membawa anggota keluarga masuk ke dunia politik?
Sampai detik ini, saya melihat anak-anak saya tidak tertarik ke dunia politik. Gibran (Gibran Rakabuming, anak sulung Jokowi), Kaesang (Kaesang Pengarep, anak bungsu), maupun yang lain senangnya di dunia usaha.
Tapi, ya nggak tahu lagi, kalau tahu-tahu besok pagi bilang, "Pak saya kepingin jadi wali kota." Siapa tahu. Minggu depan bilang, "Pak saya siap jadi wali kota."
Kalau ditanya itu, saya akan bilang, ya jadi saja. Saya tidak pernah memaksa anak saya masuk ke dunia politik. Saya serahkan sepenuhnya kepada mereka untuk menentukan pekerjaan dan karier masing-masing.
Kalau tahu-tahu mereka ada yang bilang, "Pak saya siap untuk ikut pilkada," saya bilang maju saja. Itu jawaban saya
Pada masa pemerintahan Anda, proyek infrastruktur begitu masif. Setelah itu apalagi targetnya?
Masih banyak kebutuhan infrastruktur yang belum kita selesaikan. Ini kan baru awal, meski dilakukan secara besar-besaran.
Coba dilihat infrastruktur per kapita kita, masih rendah sekali. Bandingkan dengan Malaysia dan Thailand atau China, kita masih rendah sekali.
Memang setelah dilakukan pembangunan infrastruktur selama lima tahun belakangan ini ranking kita naik drastis. Ranking kita, seingat saya naik menjadi 50 dari semula 70-an.
Mengapa pembangunan infrastruktur secara besar-besaran belum mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi?
Ya karena pertumbuhan ekonomi global yang turun terus. Masih untung kita tidak ikut turun. Coba bandingkan dengan negara lain, baru bisa kelihatan. Lihat saja di Uni Eropa, Amerika Selatan, silakan dibandingkan.
Pembangunan infrastruktur ini memang belum selesai. Nanti kalau sudah dikoneksikan dengan kawasan wisata, kawasan industri, kawasan perkebunan, pertanian, perikanan, kawasan ekonomi khusus, kawasan industri kecil, kawasan industri besar, baru manfaat ekonominya kelihatan.
Yang kita banguan ini kan baru besarnya, sehingga tugas pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk menghubungkan infrastruktur utama dengan kawasan-kawasan yang saya sebut tadi. Kalau mereka tidak mampu, ya pemerintah pusat ikut turun tangan.
Kalau sudah tersambung semua, competitiveness (daya saing) kita jadi naik. Kita mau ngebut hingga lima tahun ke depan supaya segera terealisasi.
Berapa taget pertumbuhan ekonomi di pemerintahan yang kedua nanti?
Ini bukan janji lho ya, ini target. Menurut saya kita harus punya target pertumbuhan ekonomi 6-7 persen.
Beratnya, pertumbuhan ekonomi global terus turun, bolak-balik direvisi. Dalam kondisi seperti saat ini, semua negara memproteksi diri untuk kepentingan masing-masing.
Anda bolak-balik menyebut soal investasi terkait kondisi ekonomi nasional. Apa maksudnya?
Untuk menyelesaikan masalah ekonomi itu kuncinya ada dua, yaitu transaksi berjalan dan menyelesaikan neraca perdagangan. Dua-duanya kita dalam kondisi defisit sudah puluhan tahun.
Lha untuk menyelesaikan itu hanya ada dua cara, yaitu investasi masuk dan peningkatan ekspor sebesar-besarnya.
Penyebab defisit neraca perdagangan itu di antaranya impor bahan bakar minyak (BBM) yang masih tinggi. Bagaimana ini?
Problemnya lifting (produksi minyak mentah dan gas) belum bisa melompat, sedangkan kebutuhan makin meningkat karena kendaraan makin banyak. Kalau impornya makin banyak ya menambah makin defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan kita.
Oleh sebab itu kita berusaha menyelesaikan ini bukan hanya melalui lifting tetapi juga penerapan B20 (bio solar, campuran antara solar dan minyak sawit). Penggunaan B20 itu kan hampir 100 persen dari target, ini mau kita tingkatkan lagi.
Saya targetkan sampai akhir tahun masuk ke B30. Lha ini gedhe (besar).Kemudian untuk substitusi impor kita juga memproduksi solar. Mengurangi (impor) banyak sekali.
Avtur juga kita produksi sendiri. Baru saja, kira-kira baru sebulan. Kemudian nanti elpiji, juga mulai kita produksi, mungkin baru dua tahun. Insyaallah selesai dalam dua tiga tahun. Semua butuh waktu.
Impor petro chemical kita juga besar sekali. Mengapa masalah ini nggak selesai-selesai, karena kita tak mau bangun kilang. Sudah sekira 30 tahun kita nggak membangun. Sekarang ini dalam proses, tapi kan selesainya empat tahun, lima tahun.
Kalau punya kilang minyak, turunannya (petro chemical) itu bisa banyak banget, sehingga bisa mengurangi impor.
Apa terobosan yang akan dilakukan pada periode kedua (2019-2024) mendatang?
Birokrasi kita ini ruwet, terlalu banyak eselon. Coba bayangkan, kita perintah ke menteri. Menteri perintah kepada direktur jenderal (dirjen). Selanjutnya dirjen kepada direktur.
Direktur kemudian kepada kasubdit, selanjutnya turun ke kepala seksi. Wow.., muter-muter, beberapa bulan kemudian baru sampai ke saya lagi. Ini yang membuat kecepatan, fleksibilitas, menjadi hilang.
Sebenarnya kita sudah motong banyak sekali. Contoh, izin membangun pembangkit tenaga listrik, sebelumnya perlu 259 izin. Nggak tahu, mungkin 10 koper untuk membawa dokumen tidak cukup.
Itu sudah kita potong menjadi 58 izin.
Menurut saya, 58 (izin) itu masih banyak banget. Ini lah mengapa investasi kita tersendat-sendat. Mangkanya kami masih diberi kesempatan lima tahun lagi, ya untuk menata yang seperti ini. (feb/amb/yls/wil/deo/coz)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Blak-blakan Jokowi Seusai Temu dengan Prabowo : 'Anak Saya Tak Ada yang Tertarik Politik'