Seleb Terkini

Gemasnya Joshua Cilik Dipangku Habibie, Sampai Dibuatkan Sebuah Lagu, Ini Kisahnya Dengan Eyang

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokumen Joshua

TRIBUN BATAM.ID - Siapa yang tak kenal Joshua? penyanyi lagu diobok-obok ini ternyata punya kenangan masa kecil  bersama Presiden ketiga Indonesia, B.J.Habibie .

Sangat mengidolakan sosok eyang, ia bahkan punya lagu yang di dalam liriknya menyebut nama Pak Habibie. 

"Cita-citaku...uu...uu, ingin jadi profesor. Bikin pesawat terbang, seperti Pak Habibie." Demikian penggalan lirik lagu yang dinyanyikan artis Joshua Suherman saat masih cilik.

Melalui akun Instagram @jojosuherman, Joshua membagikan cuplikan video lagu tersebut. Joshua juga mengunggah foto kenangan saat ia kecil berasama Habibie.

Foto pertama, Joshua memperlihatkan gambar pesawat menggunakan pensil dan tanda tangan Habibie di atas kertas.

Oretan tangan Habibie itu dibuat tanggal 20 Juli 1999.

Foto kedua, ada foto Joshua tengah dipangku Habibie.

Ketiga, Joshua membagikan foto melihat Habibie mengoperasikan komputer.

Dalam keterangan foto itu, Joshua menuliskan, "Selamat jalan, Eyang. Pak. Prof.. #rip"

Tak hanya di akun Instagram, Joshua juga membagikan kenangan itu di akun Twitter-nya @jojosuherman.

"Scientist pertama yg gue tau, dan gue banggakan tentunya. #RIP" tulis Joshua.

Presiden ketiga RI, Bacharuddin Jusuf Habibie meninggal dunia.

Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya.

Sebelum meninggal, keluarga dekat sudah berkumpul di RSPAD Gatot Soebroto, tempat Habibie dirawat.

Diketahui, Habibie telah menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.

Keponakan Habibie, Rusli Habibie, menyebutkan bahwa seluruh keluarga dekat sudah dipanggil dan berkumpul di Paviliun Kartika, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Rabu (11/9/2019).

Selama masa perawatan, Habibie ditangani tim dokter spesialis dengan berbagai bidang keahlian, seperti jantung, penyakit dalam, dan ginjal.

Julukan Mr Crack dan Teori Habibie yang Jadi Rujukan Dunia

Bachruddin Jusuf Habibie adalah sosok pemimpin bangsa yang sangat inspiratif juga jenius.

Beliau merupakan ilmuwan sekaligus politisi yang sangat mencintai keluarga.

Mengenang Habibie, bukan hanya kisah cintanya dengan Ainun saja yang membuat kita kagum.

Sejumlah tokoh negeri mengenang Presiden RI ketiga kita sebagai sosok yang berhasil memimpin negeri dalam masa transisi di era Orde Baru ke era Reformasi yang lebih demokratis.

Selain nasionalismenya yang tak diragukan lagi, kejeniusan Habibie juga diakui dunia, khususnya dalam bidang kedirgantaraan Internasional lewat temuan "Crack Progression Theory".

Di dunia iptek, para ahli dirgantara mengenal apa yang disebut Faktor Habibie, Teori Habibie, atau Fungsi Habibie.

Crack Progression Theory dianggap sangat penting dalam dunia dirgantara karena teori ini menjadi solusi dari masalah panjang yang dapat ditimbulkan oleh retaknya bagian sayap dan badan pesawat akibat mengalami guncangan selama take off dan landing.

Tak main-main, faktor Habibie masih dijadikan pedoman dalam pembuatan pesawat terbang seluruh dunia hingga saat ini.

Berkat temuan pentingnya, Habibie dijuluki Mr Crack.

Memahami Crack Progression Theory dari Mr Crack

Di masa muda, Habibie sempat mengenyam bangku pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), dulu bernama Universitas Indonesia Bandung, tapi hanya satu tahun.

Sebab, Habibie mendapat beasiswa dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk melanjutkan kuliah di Rhein Westfalen Aachen Technisce Hochshule (RWTH) Jerman pada 1955.

Habibie mendapatkan gelar Ing dari Technische Hochschule Jerman pada tahun 1960.

Kemudian Habibie melanjutkan studi doktornya Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen Jerman dan mendapatkan gelar doktornya pada 1965.

Di sinilah Habibie mulai menggeluti bidang dirgantara.

Dilansir Tribunnews, julukan Mr Crack disandang Habibie karena keahliannya dalam menghitung crack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang.

Sebelum titik crack bisa dideteksi secara dini, para insinyur mengantispasi kemungkinan muncul keretakan konstruksi dengan cara meninggikan faktor keselamatannya (SF).

Caranya, meningkatkan kekuatan bahan konstruksi jauh di atas angka kebutuhan teoritisnya.

Akibatnya, material yang diperlukan lebih berat.

Untuk pesawat terbang, material aluminium dikombinasikan dengan baja.

Namun setelah titik crack bisa dihitung maka derajat SF bisa diturunkan.

Misalnya dengan memilih campuran material sayap dan badan pesawat yang lebih ringan.

Porsi baja dikurangi, aluminium makin dominan dalam bodi pesawat terbang.

Dalam dunia penerbangan, terobosan ini tersohor dengan sebutan Faktor Habibie.

Faktor Habibie bisa meringankan operating empty weight (bobot pesawat tanpa berat penumpang dan bahan bakar) hingga 10 persen dari bobot sebelumnya.

Bahkan angka penurunan ini bisa mencapai 25 persen setelah Habibie menyusupkan material komposit ke dalam tubuh pesawat.

Faktor Habibie juga berperan dalam pengembangan teknologi penggabungan bagian per bagian kerangka pesawat.

Sehingga sambungan badan pesawat yang silinder dengan sisi sayap yang oval mampu menahan tekanan udara saat tubuh pesawat lepas landas.

Begitu juga pada sambungan badan pesawat dengan landing gear jauh lebih kokoh, sehingga mampu menahan beban saat pesawat mendarat.

Faktor mesin jet yang menjadi penambah potensi fatique menjadi turun.

Harapan baru Habibie pada R80

Visi dirgantara Indonesia baru berlanjut pada 2017 dengan berhasilnya uji terbang pesawat N-219, sebuah pesawat kecil dengan kapasitas tak lebih dari 19 orang di dalam kabin.

Melihat keberhasilan ini, Habibie pun menitipkan harapannya pada proyek pesawat R80.

Habibie pernah berkata bahwa bila hendak kembali berjaya di industri dirgantara, Indonesia harus membangun pesawat berkapasitas 80-90 orang.

R80 ini mampu mengangkut 80-90 penumpang dengan kecepatan maksimal 611 kilometer per jam dan kecepatan ekonomis 537 kilometer per jam.

Sekali melesat, pesawat ini juga mampu menjangkau 1.480 kilometer.

Jika sesuai rencana, R80 akan mengudara pada 2025 dan bersamanya, harapan Habibie akan kejayaan industri dirgantara Indonesia akan mengudara.

Selamat terbang eyang Habibie, selamat bertemu ibu Ainun di keabadian.


Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kenangan Joshua Saat Dipangku Pak Habibie, https://jogja.tribunnews.com/2019/09/12/kenangan-joshua-saat-dipangku-pak-habibie?page=all

Berita Terkini