VIRUS CORONA

Hasil Riset AS, Pria Berambut Botak Lebih Berisiko Terpapar Covid-19

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kerontokan rambut/ Sebuah riset yang dilakukan oleh Profesor Carlos Wambier dari Brown University, AS mengungkapkan bahwa pria botak berisiko lebih tinggi terpapar covid-19.

Editor: Danang Setiawan

TRIBUNBATAM.id - Sebuah riset yang dilakukan oleh Profesor Carlos Wambier dari Brown University, AS mengungkapkan bahwa pria botak lebih berisiko terpapar covid-19.

Wambier mengambil data sejak awal wabah yang terjadi di Wuhan, China pada Januari 2020.

Wambier menyebut kebotakan adalah prediktor sempurna dalam menunjukkan tingkat keparahan Covid-19

Dilansir Kompas.com dari Telegraph, Sabtu (25/7/2020), pria botak disebut lebih berisiko menderita atau terinfeksi Covid-19 yang parah.

Hal ini ditunjukkan bukti yang kuat dengan mengambil faktor risiko yang disebut "tanda Gabrin".

Istilah tersebut digunakan sebagai pengingat dari dokter AS pertama yang meninggal karena Covid-19 di AS, Dr Frank Gabrin.

Diketahui, Gabrin juga memiliki ciri botak.

UPDATE Corona Batam: 9 Pasien Covid-19 Dinyatakan Sembuh, 3 Diantaranya Pedagang Tos 3000

Jelang Bergulirnya Liga 1 2020, Persib Bandung Gelar Latihan di Lapangan Sabilulungan

Data tersebut menunjukkan bahwa pria lebih mungkin meninggal setelah terinfeksi virus corona.

Sebuah laporan dari Public Health England menemukan, laki-laki dengan usia kerja berpotensi dua kali lebih mungkin untuk mati setelah didiagnosis Covid-19 pada Juni 2020.

Perubahan gaya hidup

Ilustrasi merokok (kompas.com)

Sampai saat ini, para ilmuwan belum mengetahui mengapa hal ini terjadi.

Namun, mereka menunjuk pada faktor-faktor seperti gaya hidup, merokok, dan perbedaan sistem imunitas di antara kedua jenis kelamin.

Tetapi, semakin mereka percaya pada faktor-faktor tersebut bisa terjadi karena androgen (hormon seks pria seperti testosteron) mungkin berperan tidak hanya dalam kerontokan rambut, melainkan dalam meningkatkan kemampuan virus corona untuk menyerang sel.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa perawatan yang menekan hormon-hormon ini, seperti yang digunakan untuk kebotakan serta penyakit seperti kanker prostat, dapat digunakan untuk memperlambat virus, dan memberi pasien waktu untuk melawannya.

Halaman
123

Berita Terkini