Editor: Widi Wahyuning Tyas
TRIBUNBATAM.id - Delirium adalah perubahan mendadak pada otak yang menyebabkan kebingungan mental dan gangguan emosi.
Kondisi ini bisa membuat penderitanya sulit untuk berpikir, mengingat, tidur, fokus, dan sejenisnya.
Biasanya, hal ini terjadi saat seseorang mencoba berhenti mengonsumsi alkohol, setelah operasi, berada dalam tekanan emosional yang tinggi atau mengalami demensia.
Delirium biasanya bersifat sementara dan dapat diobati secara efektif.
Penyebab
Delirium biasanya disebabkan oleh adanya peradangan dan infeksi yang mengganggu fungsi otak.
Selain itu, delirium juga bisa disebabkan karena konsumsi oat-obatan tertentu yang menganggu struktur kimia di otak.
Itu sebabnya, konsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan bisa menyebabkan delirium.
Sesak napas maupun asma juga bisa menyebabkan terjadinya delirium.
Pasalnya, sesak nafas dan asma menyebabkan otak kekurangan oksigen sehingga tidak bisa befungsi optimal.
Orang yang berusia di atas 65 tahun berisiko besar mengalami delirium.
Selain itu, berikut kondisi yang membuat seseorang rentan mengalami delirium:
- pasca operasi
- mengalami gejala penarikan alkohol atau narkoba
- memiliki penyakit yang merusak otak, seperti stroke dan demensia
- berada di bawah tekanan emosional yang ekstrem
- kurang tidur
- dehidrasi
- infeksi
- nutrisi yang buruk.
Gejala
Delirium memengaruhi pikiran, emosi, kontrol otot, dan pola tidur.
Kondisi ini juga bisa membuat kita mengalami hal berikut:
- sulit berkonsentrasi atau merasa bingung dengan keberadaan diri
- bergerak lebih lambat atau lebih cepat dari biasanya
- mengalami perubahan suasana hati
- tidak bisa berpikir atau berbicara dengan jelas
- kurang tidur dan merasa mengantuk
- memori jangka pendek berkurang
- kehilangan kontrol otot.
Cara mengatasi
Delirium bisa diatasi berdasarkan penyebabnya.
Biasanya, metode yang digunakan untuk mengatasi delirum bisa berupa pemberian obat tetentu.
Jika delirium disebabkan seragan asma yang parah, hal ini biasanya diatasi dengan pemberian inhaler atau oksigen untuk megenbalikan pernapasan.
Dokter juga bisa memberika antiobiotik jika delirium disebabkan oleh infeksi bakteri.
Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa menyarankan pasien berhenti mengonsumsi alkohol atau obat tertentu.
Delirium yang disebabkan karena tekanan emosional biasanya diatasi dengan pemberian antidepresan, obat penenang, atau tiamin.
Kondisi ini juga bisa diatasi dengan metode konseling untuk membuat pasien merasa nyaman dan aman untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penyakit Delirium: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya".