Editor: Putri Larasati Anggiawan
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Tidak semua anak selalu memiliki karakter yang percaya diri dan ceria.
Terkadang, ada anak yang memiliki sifat sensitif terhadap sesuatu.
Terutama untuk usia balita, terkadang mereka menggunakan tangisan untuk mengekspresikan keinginan.
Baik itu karena takut, butuh perhatian, tidak nyaman, atau frustasi.
Jika si kecil justru gampang menangis karena segala hal, kamu perlu mencari tahu alasannya.
Apalagi jika sifatnya itu membuat kamu mudah kehilangan kesabaran menghadapinya.
• Hasil, Klasemen, Top Skor Liga Spanyol, Madrid & Barcelona Belum Main, Anak Luis Milla Cetak Gol
1. Kurang percaya diri
Dilansir dari youngparents, alasan paling umum anak gampang menangis adalah karena kurang percaya diri.
Kepercayaan diri seorang anak di usia balita sangatlah kuat dalam beberapa hal, namun rapuh dalam hal lainnya.
Sebesar apapun keberanian seorang anak pada umumnya, melihat wajah-wajah asing atau kemungkinan anak lain menolak ajakan main dengannya bisa cukup mengurangi rasa amannya dan membuatnya merasa rentan.
Di saat seperti itulah mereka mulai menangis.
Cara paling efektif menghadapi anak yang bersikap seperti ini adalah dengan membangun kepercayaan dirinya melalui tahapan-tahapan kecil.
Yakinkan dia bahwa dia akan baik-baik saja dan secara bertahap dorong dia untuk menjadi lebih tangguh.
Misalnya, beri tahu dia bahwa ayah atau ibunya tidak akan marah jika dia menangis, tapi hanya jika dia bisa menyelesaikan puzzle-nya (atau pekerjaan dan tantangan lainnya) dengan usaha terbaiknya.
Kamu juga bisa mengatakan kepadanya bahwa jika lain kali dia tidak mendapatkan atau menemukan mainan kesukaannya, dia boleh meminta bantuan namun tanpa merengek.
Tingkatkan kepercayaan dirinya secara perlahan dan mantap.
Setiap kali dia berhasil mengatasi kesulitan kecil tanpa merengek atau menangis, beri dia banyak pujian.
2. Cari perhatian
Perilaku anak yang cengeng juga bisa karena mereka menyadari bahwa tangisan adalah cara efektif untuk mendapatkan perhatian.
Strategi yang diberikan untuk anak yang kurang percaya diri tidak bisa diterapkan untuk anak yang mencari perhatian.
Sebab, semakin sering orangtua memanjakannya, ia akan mengulangi perilakunya itu.
Sesekali abaikan si kecil ketika menangis karena manipulatif.
Salah satu cirinya adalah menangis melengking, sambil berguling-guling atau menendang, serta sesekali melirik ke arah orangtua.
Jika diabaikan, ia mungkin akan menangis lebih kencang, namun cobalah untuk tidak bereaksi apapun.
Misalnya, jika dia merengek dan menangis terus-menerus sambil menyela pembicaraanmu dengan orang lain, teruslah berbicara seolah kamu tidak terganggu dengan tangisannya.
Sebaliknya, cobalah mengambil kontrol ketika anak sedang memperhatikanmu.
Ini akan dicapai sebagian ketika kamu mengabaikan tangisannya dan justru memberikan perhatian ketika dia sedang tidak mengharapkannya.
Misalnya, setelah 10 menit mengabaikan air matanya sampai dia berhenti menangis, katakan padanya betapa senangnya dirimu bahwa dia tidak membuat keributan lagi.
Kombinasi dua teknik ini pada akhirnya akan mengurangi kebiasaan menangisnya sekaligus bahan pembelajaran bahwa perhatian dapat ditarik dengan cara yang lebih positif.
3. Cemas dan tidak bahagia
Tentu saja, anak menangis mungkin juga merupakan tanda kecemasan dan ketidakbahagiaan.
Misalnya, ketika anak sering mendengar pertengkaran orangtuanya di rumah atau cemburu pada saudara kandungnya.
Namun, dalam keadaan ini dia menangis karena memang menghadapi suatu kondisi sulit.
Cobalah untuk mengetahui penyebab ketidakbahagiaannya dengan mengamati perilakunya dan berbicara dengannya.
Setelah titik stresnya berkurang, mereka mungkin akan berhenti menangis.
(*)
• Partai Gelora Dukung Anak dan Menantu Jokowi di Pilkada 2020
• Anggota DPRD Laporkan Anak Kandungnya ke Polisi karena Status Facebook
• Pria Tewas Ditikam Oleh Sumi Siri Istrinya, Pembunuhan Dilakukan Didepan Sang Anak
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cara Hadapi Anak yang Gampang Menangis".