KARIMUN, TRIBUNBATAM.id - Seekor buaya sepanjang 2,4 meter dilaporkan terjerat di PT KMS yang berlokasi di Parit Lapis, Kelurahan Parit Benut, Karimun, pada Rabu (16/12/2020) lalu.
Buaya itu terjerat di alur sungai kecil, tidak jauh dari galangan kapal milik PT KMS.
Kapolsek Meral AKP Doddy Santosa Putra membenarkan kabar itu.
Doddy menjelaskan, perangkap buaya sengaja dipasang karena karyawan PT KMS sering mendapati kemunculan buaya di sekitar perairan galangan kapal.
"Kondisi buaya saat ini dalam kondisi baik, dan sudah diamankan didalam kandang besi berukuran panjang," ucap Doddy.
Ia mengatakan, saat akan dievakuasi, buaya tersebut sempat memberikan perlawanan dengan memutarkan tubuhnya.
Selanjutnya, buaya itu akan diserahkan ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kota Batam.
Pesan PT KMS untuk Keselamatan Pekerja
Tahun lalu, penampakan buaya juga muncul di sekitar perairan PT KMS.
Saat itu pihak PT Karimun Marine Shipyard (KMS) mengeluarkan surat edaran terkait kewaspadaan para pekerja terhadap binatang buas, yakni buaya.
Di dalam surat yang bertanggal 17 September 2019 tersebut berisi sejumlah poin imbauan.
Surat itu dibuat oleh Safety Officer Tomson Pakpahan dan disetujui oleh Manager PT KMS yakni Arianto ST.
Namun bukan hanya waspada binatang buas saja, akan tetapi surat itu juga menyampaikan komitmen PT KMS dalam mengurangi kecelakaan kerja.
Dimana poin-poin imbauan yang tertulis adalah tetap waspada saat bekerja di tepi laut, dilarang berenang di perairan kawasan PT KMS, buanglah sampah pada tempatnya serta bersikap disiplin dan sopan.
Seorang sumber pekerja di PT KMS membenarkan adanya kabar kemunculan buaya di sekitar perairan perusahaan.
Namun Ia menyebutkan kemunculan reptil itu sudah terjadi sekira dua atau tiga pekan yang lalu.
"Iya ada. Tapi sudah dua atau tiga minggu yang lewat," katanya saat dihubungi tribunbatam.id, Kamis (19/8/2019).
Bahkan menurut sumber yang enggan namanya dikorankan itu, kemunculan buaya juga pernah terjadi di Pelabuhan Roro Parit Rempak.
"Yang di roro sebelum nampak di KMS," ujarnya.
Kemunculan buaya tersebut cukup menghebohkan Karimun.
Pasalnya ada video berdurasi pendek yang tersebar di media sosial.
Dimana seekor buaya yang berukuran cukup besar terlihat pada malam hari, dan dikabarkan muncul di perairan PT KMS.
PT KMS sendiri merupakan perusahaan galangan yang terletak di pinggir laut Desa Pangke, Kecamatan Meral Barat, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Juga terjadi di Tanjungpinang
Kasus kemunculan buaya juga terjadi di Tanjungpinang.
Warga Kampung Bangun Sari, Jalan Kepodang, Kelurahan batu 9, kembali digegerkan penemuan buaya anak Sungai Toca pada Kamis (17/12/2020).
Buaya sepanjang 2 meter tersebut berhasil ditangkap warga, Wahidin di tambak peternakan ikan lele dan patin miliknya sekira pukul 01.00 WIB dini hari.
Wahidin menyebutkan, jejak hewan buas tersebut sering terlihat beberapa kali dan memakan ikan di tambak miliknya.
"Awalnya saya kira biawak, karena penasaran langsung saya pasang jerat dan tubuhnya ketangkap. Pagi tadi lapor RT dan Lurah untuk segera dibawa," terangnya.
Pantauan Tribunbatam.id, kondisi buaya masih hidup namun terlihat lemas akibat terjerat tali tambang di bagian leher. Tampak mulutnya sesekali menganga seolah ingin menerkam mangsa.
Diketahui buaya rawa tersebut telah memakan beberapa ikan lele dan patin milik Wahidin. Akibatnya, usaha tambak ikan Wahidin diperkirakan mengalami kerugian sebesar Rp 20 juta.
"Walau begitu saya bersyukur tidak ada korban lain. Hanya saja kami warga sekitar masih tetap khawatir dengan keberadaan buaya-buaya anak Sungai Toca. Mungkin jika dibuatkan tembok dapat diantisipasi," tuturnya.
Di tempat yang sama Rumono, RT 01 RW 10 meminta pemerintah untuk mengembalikan buaya tersebut ke habitat aslinya.
"Kita sudah hubungi BPBD Tanjungpinang untuk segera dievakuasi agar dikembalikan ke habitatnya yang jauh dari pemukiman warga. Harapan kita hewan ini tetap harus dilindungi," ujarnya.
Mengantisipasi kemunculan buaya-buaya anak Sungai Toca, Rumono berharap ada bantuan dan kerja sama dari Pemerintah Kota Tanjungpinang.
"Di sepanjang anak Sungai Toca ini harus dipasang tembok. Kita khawatir karena jumlah buayanya tidak sedikit. Kita dari warga kurang mampu dan hanya bisa berharap ke pemerintah," tutupnya.
(TRIBUNBATAM.id/Yeni Hartati/Elhadif Putra/Momentum Jalinan Simanjuntak)
Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google