'Saya Tidak Sholih, Berharap Barokah Orang Sholih' Ustaz Abdul Somad Minta Gus Ali Tiup Ubun-ubunnya

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustaz Abdul Somad minta kiai sepuh NU Jawa Timur tiup ubun-ubunnya.

TRIBUNBATAM.id - Meski sebagai pendakwah, Ustaz Abdul Somad merasa dirinya tidak sholih.

Oleh karena itu, ia minta doa dan barokah dari kiai sepuh NU KH Agoes Ali Masyhuri yang akrab disapa Gus Ali.

Momen itu terekam saat Ustaz Abdul Somad buka peci dan minta kiai sepuh NU Jawa Timur untuk tiup ubun-ubunnya.

Cerita bemula kala Ustaz Abdul Somad mengunjungi Jawa Timur (Jatim), Selasa (23/2/2021).

Tidak diketahui ada agenda apa Ustaz Abdul Somad alias UAS singgah ke Jatim.

Sebagai informasi, pada hari yang sama, sedang berlangsung vaksinasi Covid-19 98 kiai dan ulama Nahdlatul Ulama (NU).

Acara itu digelar di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ( PWNU) Jatim, Surabaya.

Melalui akun Instagram @ustadzabdulsomad_official, UAS mengunggah foto-foto serta narasi terkait kedatangannya ke PWNU Jatim.

Baca juga: Jemaah Pengajian Ustaz Abdul Somad Membludak, Dibubarkan Petugas, Panitia: Nanti Lihat di Youtube

Ustaz Abdul Somad kala singgah ke kediaman KH. Agoes Ali Masyhuri. (Instagram @ustadzabdulsomad_official)

Diterangkan UAS, ia diajak oleh seorang sahabat untuk mengunjungi kediaman KH Agoes Ali Masyhuri.

Kyai yang akrab disapa Gus Ali tersebut merupakan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Bumi Shalawat Sidoarjo.

Namun, sesampainya di sana, UAS tidak dapat bertemu Gus Ali lantaran kyai itu sedang pergi ke kantor PWNU.

"Uas dibawa salah seorang sahabat sowan ke kediaman KH. Agoes Ali Masyhuri. Sesampainya di Pondok Pesantren Bumi Sholawat Sidoarjo, malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, ternyata Kyai baru saja pergi ke kantor PWNU Jawa Timur," tulis Ustaz Abdul Somad pada keterangan unggahan Instagram.

Akhirnya, UAS bersilaturahmi dengan putra-putri Gus Ali.

Dialog pun nyambung dan berlangsung hangat.

Sebab, ternyata salah seorang putra Gus Ali, Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor, merupakan junior UAS di Al Azhar Mesir.

Ustaz Abdul Somad saat mengunjungi Kantor PWNU Jatim. (Instagram @ustadzabdulsomad_official)

Belakangan, Gus Muhdlor diketahui telah memenangkan pemilihan umum Bupati Sidoarjo 2020.

Setelah nyeruput kopi lanang yang disuguhkan shohibul bait, UAS pun mohon izin menuju Bandara Internasional Juanda.

Namun, tiba-tiba handphone sahabat UAS berbunyi.

Rupanya Gus Ali meminta supaya UAS segera ke kantor PWNU Jatim walau hanya lima menit.

"Adapun urusan lalu lintas dan keberangkatan ke Jakarta, Gus Ali bisa mengatur jam penerbangan, jangan khawatir," tulis UAS di Instagram.

Buka Peci dan Minta Ditiup di Ubun-Ubun, Ustaz Abdul Somad Ungkap Maknanya

Tanpa berpikir panjang, UAS langsung balik kanan dan bertolak menuju Kantor PWNU Jatim.

Jadilah ia ketemu dan bisa silaturrahim dengan para kyai.

Para kyai tersebut antara lain ada KH. Marzuqi Mustamar, ketua PWNU Jatim, dan KH. M Anwar Mansur, pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo.

Pada kesempatan itu UAS sempat bersalaman, ngalap barokah.

Seperti biasanya, UAS membuka peci yang ia kenakan.

Kemudian, ia meminta KH. M Anwar Mansur dan KH. Agoes Ali Masyhuri membacakan doa dan meniup ubun-ubunnya.

Diakuinya, tradisi ini diajarkan almarhumah ibunda UAS sejak kecil bila bertemu tuan-tuan guru.

Adapun makna dan tujuannya adalah berharap barokah dari orang-orang salih.

"Saya tidak sholih, berharap pada barokah orang-orang sholih", ungkap Ustaz Abdul Somad.

Unggahan UAS di Instagram tentang pertemuannya dengan para kiai NU di Jatim itu pun mendapat berbagai respons dari warganet.

Banyak dari warganet yang kagum atas akhlak mulia UAS dan menuliskan pujian pada kolom komentar.

“UAS memang luar biasa. Selalu rendah hati walaupun beliau berilmu tinggi,” tulis akun @sugiati549.

"Maasya Allah semakin bertambah ilmu UAS semakin bertambah pula adab dan kerendahan hatinya, tulis @arifin_alfathi.

"Baca saja ikut terharu sehat slalu UAS," ungkap @nourmaanna.

 Siapa sebenarnya Gus Ali? 

Berikut biodata dan sosoknya: 

1. Berusia 62 Tahun

Gus Ali lahir di Sidoarjo pada tanggal 3 September 1958.

Gus Ali adalah putra dari H. Mubin Dasuki dan Nyai Amnah.

Ulama khartismatik  ini memiliki istri bernama Qomariyah dan dikarunia 12 anak. 

Pengasuh Sekolah Progresif Bumi Shalawat ini sangat produktif melahirkan karya menulis dan video video ceramah melalui channel progresif.

2.  Berawal dari langgar kecil

Sebuah langgar di Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, menjadi titik awal sepak terjang Gus Ali dan Ponpes Bumi Shalawat-nya.

Langgar itu menjadi satu dengan lokasi rumah Gus Ali.

Santri pertama berjumlah sembilan orang pada 1982. Gus Ali mengurus segala keperluannya, mulai dari menyiapkan saran belajar hingga mengajar pada pagi, sore dan malam hari.

Model belajar masih kuno, mereka mendalami ilmu agama saja.

Gus Ali sendiri tidak mengerti dari mana mereka tahu ada aktivitas belajar agama di langgarnya.

“Semuanya takdir, mereka datang begitu saja dari Blora dan Bojonegoro. Saya tidak pernah menyebar informasi seperti pamflet, apalagi ponsel atau internet yang belum ada waktu itu,” kenangnya.

Baik saat santri masuk atau keluar, jumlah mereka bertahan di angka Sembilan.

Para santri pertama itu ngawulo semua, istilah yang dipakai Gus Ali bagi santri yang tidak mampu. Tempat tinggal, biaya hidup dan belajar ditanggung sang kiai.

Sampai saat ini, meski sudah berpredikat modern, santri ngawulo Gus Ali masih banyak, ada puluhan orang.

Tahun berganti, jumlah santri Gus Ali bertambah. Periode 1988 sampai 1990, jumlah santrinya melonjak menjadi 150 orang.

Perjalanan pondok kecilnya memang naik turun. Pada 1998, misalnya, jumlah santri turun meski tidak drastis.

Tantangan terberat dihadapi pada 2005, tetapi pondok masih bisa bertahan dan berkembang. Tepat pada 2010, berdirilah SMP dan SMA Progresif Bumi Shalawat di Lebo.

Sedangkan di Tulangan, diubah Gus Ali menjadi full day school yang sistemnya lebih modern.

Gus Ali juga membeli sebidang tanah di tengah pemukiman warga di Desa Lebo, Kecamatan Sidoarjo Kota.

Butuh sekitar 30 menit untuk sampai ke pondok ini dari pusat Kota Delta. Hanya ada plang sederhana di pinggir jalan yang menunjukkan lokasi pondok.

“Tanpa plang itu, banyak yang nyasar karena pondok saya ini masuk lewat gang sempit,” kata Gus Ali.
Memang benar, untuk mencapai area pondok, Anda harus melewati kampung.

Bagi yang pertama kali datang, mereka tidak akan menyangka di tengah perkampungan itu ada ponpes. Pintu masuk ponpes ini juga tidak berupa gapura besar.

Hanya ada tulisan sederhana yang melekat di tembok pembatas pondok. Masuk area pondok, pandangan kita akan dimanjakan dengan bangunan masjid megah.

Di bagian kanan, rumah sang kiai berdiri. Tepat di samping dan belakang masjid, ada bangunan tiga sampai empat lantai yang merupakan kelas dan ruang asrama.

Desain kompleks pondok ini sederhana, mirip sekolah umum. Di sinilah seribuan santri mengembangkan ilmu agama dan pengetahuan umumnya.

“Mereka belajar dan mengaji, dari sini santri saya lulus dan menyebar ke seantero Indonesia dan luar negeri untuk berkarya,” ungkapnya.

Bagi Gus Ali, tidak ada kebahagiaan lain kecuali melihat santrinya sukses. Hidupnya selalu bahagia karena mengeluti dunia pendidikan.

3. Infakkan anaknya untuk rakyat Sidoarjo

Rencana pencalonan Ahmad Muhdlor Ali sebagai calon bupati Sidoarjo juga Mendapat restu dari ayahnya, KH Agoes Ali Masyhuri, serta sejumlah kiai.

Gus Ali, panggilan KH Agoes Ali Masyhuri memberikan restu kepada putranya tersebut untuk mewujudkan harapan masyarakat Sidoarjo.

"Saya Infakkan putra saya Muhdlor untuk mengabdi pada masyarakat Sidoarjo," kata pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat tersebut.

Mendapat dukungan dan restu dari sang ayah serta para kiai, Gus Muhdlor berjanji akan mengemban mandat tersebut dengan penuh amanah.

Ditanya tentang bayang-bayang sang ayah, Gus Muhdlor menyebut bahwa hal itu tidak bisa dipungkiri. Itu adalah pemberian dari Tuhan.

"Itu given. Jadi tidak bisa dipungkiri," jawab Muhdlor.

Tapi disebutnya, emas itu ditaruh di manapun tetap berharga. Di selokan atau di istana, emas tetaplah barang yang berharga.

Analogi tersebut dirasa relevan. Anak kiai atau anak siapapun, ketika punya kemampuan, punya leadership yang bagus, dan skil mumpuni, tentu layak.

"Leadership itu bakat dan bawaan. Artinya kami benar-benar bisa dan mampu, bukan hanya mengandalkan orang tua," katanya.(TribunStyle.com/Gigih Panggayuh)

baca berita terbaru di google news

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul TERJAWAB, Tujuan Ustaz Abdul Somad Buka Peci, Minta Kiai Sepuh NU Jatim Tiup Ubun-ubunnya 'Barokah'

Berita Terkini